NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Dua Garis Merah

Setelah berlama-lama di dalam kamar, Tyas akhirnya keluar. Ia mengikat rambutnya ke belakang dengan asal, sementara pakaiannya tampak sedikit berantakan.

Ia ingin pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Sesampainya di luar kamar, ia melihat mama Zora juga keluar dari kamarnya. Penampilannya pun sama sepertinya. Berantakan.

"Ma, baru keluar?" sapa Tyas.

Zora menoleh, lalu menghampiri Tyas. "Iya, kamu mau kemana?" tanyanya.

"Mau ke dapur Ma, ambil minum. Mama mau kemana? Capek banget kelihatannya," tanya Tyas sambil tersenyum miring, alisnya terangkat naik-turun.

Zora tersenyum malu-malu. Pipinya merona merah. "Mau keluar aja. Gerah di dalem," jawabnya.

"Kaesang mana Yas? Tepar di kasur ya?" goda Zora sembari menvsuk-nvsuk pipi Tyas dengan jari telunjuknya. Senyumnya merekah.

Tyas langsung salah tingkah. Ia menepuk pelan pundak Mama Zora, tersenyum malu-malu. "Mama jangan goda Tyas! Tyas malu tau Ma," katanya.

Zora tertawa. "Hahaha, canda kali Yas. Tapi kalo emang bener juga nggak papa kali. Kamu sama Kaesang baru aja main kan? Sama, mama juga. Tadi mama sama papa juga baru aja main habis dua r0nde. Terus papa kamu tepar, ketiduran dia," katanya blak-blakan, lalu tertawa lagi.

Tyas ikut tertawa, meskipun malu juga. "Kaesang juga Ma. Dia bilang capek, mau tidur aja. Ma, aku mau ke dapur. Mama mau ikut? Di sini ada minuman kan?" tanyanya.

Zora menghela napas pelan, berpikir sejenak, lalu menjawab, "Nggak tau Mama. Mama baru kali ini juga ke villa ini Yas. Papa kamu itu punya banyak villa, salah satunya villa ini. Tapi ya gitu, karena kesibukannya jarang banget papa kamu cek satu-satu villa nya. Yuk, mama ikut ke dapur. Siapa tau di sana ada minuman."

Tyas dan Zora berjalan beriringan menuju ke dapur villa yang lokasinya ada di lantai bawah. Sesampainya di lantai bawah, mereka berbelok hendak menuju ke dapur villa.

Tapi, mereka menghentikan langkah mereka. Serentak mereka menoleh ke...

Lingga. Dia sedang duduk sendirian di sofa ruang tengah, asyik menonton televisi. Zora menoleh ke Tyas dan Tyas mengangguk. Keduanya berjalan menuju ke tempat Lingga.

"Ling, nonton TV?" tanya Zora setelah tiba.

Lingga sekilas menoleh, lalu kembali menatap layar televisi. "Hmm," gumamnya.

Zora dan Tyas duduk di sebelah Lingga.

"Udah selesai sama urusannya, makanya keluar kamar?" tanya Lingga tanpa menoleh.

Zora dan Tyas tersentak, keduanya terdiam.

Menyadari mama dan kakak iparnya hanya diam, Lingga kembali bicara, "Kok diem? Kenapa? Ada yang salah sama pertanyaanku?" Lingga bertanya lagi. Nada suaranya sedikit mengintimidasi, membuat Zora dan Tyas bungkam.

"Ah, ehm kamu haus nggak? Mama sama Tyas mau ke dapur ambil minum. Kamu mau? Nanti mama ambilin minum sekalian," kata Zora, mengalihkan pembicaraan. Pertanyaan Lingga membuatnya sedikit risih.

"Mama belum jawab pertanyaanku," kata Lingga, masih tidak menoleh.

Zora menghela napas panjang. Alisnya bertaut, wajahnya menegang. "Kamu tanya apa sih Ling? Masih perlu mama jawab pertanyaan kamu yang ngawur itu?!" Nada suaranya sedikit meninggi, membuat Lingga langsung menoleh.

Lingga kemudian berdiri. Wajahnya datar. Tidak menunjukkan ekspresi apapun.

"Aku pengen punya adik Ma. Setelah dari sini aku harap mama bvnting dan aku segera punya punya adik," kata Lingga. "Oh iya, kakak ipar juga. Aku harap kakak ipar segera h4mil dan kalian berdua h4mil barengan. Aku pergi dulu," lanjutnya.

Lingga lalu pergi dari sana, entah pergi ke mana. Zora menoleh ke arah Tyas yang sedari tadi hanya diam.

"Kamu denger ucapan adik ipar kamu Yas. Dia semakin ngada-ngada lama-lama. Masa iya mama yang udah tuwa gini di suruh h4mil lagi," ucap Zora, lalu mendengus.

Tyas tersenyum tipis, menyentuh tangan mama mertuanya. "Siapa bilang mama udah tuwa? Mama masih cantik kok, awet muda banget. Ehm, mama masih haid lancar kan?" tanyanya.

Zora mengangguk. "Iya masih. Mama juga udah lama nggak make alat kontrasepsi lagi semenjak papamu sering pulang. Emang kenapa Yas?" tanyanya.

"Itu tandanya mama masih bisa h4mil lagi. Mungkin aja di perut mama sekarang udah ada adek bayi," ucap Tyas gembira, tangannya yang tadinya menggenggam tangan Zora kini dengan lembut menyentuh perut Zora yang masih rata.

Puk

Zora menepuk pundak Tyas, pipinya merona malu. "Ah kamu mah, apaan sih? Kamu aja yang h4mil ya. Kalo mama mah dah tuwa. Udah nggak cocok h4mil lagi," katanya.

Tyas menggeleng. "Mama masih cantik kok. Mama belum tuwa. Ma, ehm kalau seumpama mama h4mil beneran ya, terus aku juga h4mil kita bisa h4mil barengan Ma. Kan lucu ya kalo bayi kita lahir barengan, kita cek kandungan bareng. Ish, lucu Ma!" seru Tyas. Ia tak lagi merasa canggung ketika berbicara dengan Zora. Ia sudah merasa nyaman dan mulai terbiasa.

Zora tertawa terbahak-bahak. "Haduh kamu ikut-ikutan kayak Lingga Yas," katanya.

Tyas kembali meraih tangan Mama Zora, menggenggamnya lembut. "Ma, maaf ya, mama terakhir h4id kapan?" tanyanya penasaran.

Zora tersentak. Ia berpikir sejenak, lalu matanya melebar. Dengan terkejut, ia menepuk dahinya sendiri.

"Mama baru inget Yas. Mama terakhir h4id dua bulan lalu!" Seketika, wajah Zora memucat karena khawatir.

"Ma," panggil Tyas, menyadari raut khawatir di wajah mama mertuanya.

Zora menoleh. Kecemasan masih terlihat jelas di wajahnya. Ia menggenggam erat tangan Tyas yang masih bertaut di tangannya.

"Kalau mama h4mil lagi gimana Yas? Usia mama udah nggak muda lagi loh. Mama udah mau kepala empat. Mama takut kalau..." Zora tidak melanjutkan ucapannya. Dia merasa senang jika di usianya yang sekarang ia akan h4mil lagi. Tapi ia merasa takut.

"Takut kenapa Ma? Kami akan jagain mama dan kandungan mama kalau mama h4mil lagi. Kami akan pastiin mama---" Belum selesai Tyas bicara Zora langsung berdiri.

Eumppp...

Sebuah rasa mual tiba-tiba menyergapnya. Zora langsung berlari ke kamar mandi kecil yang terletak di dekat dapur.

Tyas mengerutkan keningnya melihat mama mertuanya. "Apa...Mama beneran h4mil ya?" tanya Tyas sendiri.

Tak lama ia melihat mama Zora keluar dari kamar mandi yang dari tempatnya duduk masih kelihatan jelas. Mama Zora kembali menghampirinya.

Zora duduk di samping Tyas, mengambil ponsel dari saku, membuka dan memainkan sebentar, lalu menyimpannya kembali.

"Yas, mama pesenin tespek tadi, buat mastiin," kata Zora, menoleh ke Tyas.

"Oh, ehm tadi yang mama rasain apa? Pusing, mual?" tanya Tyas.

Tangan Zora terangkat sebelah, memijit pelipisnya. Ia memejamkan mata sejenak, lalu membukanya kembali. "Mama tiba-tiba ngerasa mual Yas, pusing kepala mama. Terus badan mama juga lemes banget. Kayak nggak makan sehari penuh. Haduh, tiba-tiba mama nggak mood ngelakuin apapun," ungkapnya.

Tyas tersenyum manis. "Itu tandanya mama beneran h4mil. Syukurlah kalo begitu. Aku ikut senang dengernya," katanya.

Tinggg!!

Ponsel Zora berdering pelan, ada pesan yang masuk. Ia merogoh ponselnya, mengetuk dua kali di layar dan layarnya langsung menyala terang.

Di layar ia melihat jika pesanan tespeknya sudah tiba. Ia lalu menutup ponselnya, menyimpannya lagi ke dalam saku bajunya.

"Pesanan tespek mama dah sampai Yas. Mama keluar dulu ya," kata Zora lalu berdiri, melangkah pergi ke luar vila untuk mengambil paketnya.

Tyas ikut berdiri, lalu berbalik menuju dapur untuk mengambil minuman seperti niatnya awal.

Setelah menerima paketnya, Zora masuk kembali ke dalam villa. Di perjalanan, ia sudah tak sabar membuka bungkusan tespek yang tersegel rapat. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengeluarkan alat itu dan mulai membaca petunjuk penggunaannya. "Aku harus melakukannya dengan tenang," pikirnya.

Zora melangkah menuju kamar mandi dengan langkah yang sedikit bergetar. Sesampainya di sana, ia menutup pintu dan mengambil napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. "Apapun hasilnya nanti... huufftt...aku pasrah aja," batinnya.

Ia mengikuti langkah-langkah yang tertera di kemasan, kemudian menunggu beberapa menit sambil melihat ke arah cermin. Zora merasakan jantungnya berdegup kencang, campuran antara harapan dan kecemasan menyelimuti pikirannya.

Setelah waktu yang ditentukan berlalu, Zora menatap alat tersebut dengan penuh harap. Dia mendekat, melihat hasilnya dengan seksama. "Dua garis merah?" gumamnya, bibirnya bergetar antara senyum dan air mata.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!