(Cerita dewasa🌶️)
Kisah ini, berawal dari kejadian di mana Silvia di kepun dan buru oleh keluarga besar seorang ketua Mafia, lalu mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya....
Kemudian ia diberih kesempatan kedua untuk hidup kembali, merasuki tubuh seorang menantu yang tak diinginkan....
Mau tau kisah selanjutnya?
yuk...silahkan mampir.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 20¹
...Dalam alam bawah sadar, Silvia kembali mendapati dirinya berada di taman luas yang sama. Ia tersentak bangun oleh hembusan angin kencang yang tiba-tiba menerpa....
"Astaga... apa yang terjadi?" gumam Silvia seraya berusaha bangkit dan duduk.
"Nak," panggil suara berat dari sampingnya.
...Silvia menoleh ke sumber suara dan seketika matanya yang sebiru lautan dipenuhi air mata haru. Di sana berdiri seorang pria tua dengan kumis putih panjang yang menjuntai, menatapnya dengan senyum hangat....
"Kakek!" pekik Silvia sebelum berlari dan memeluk erat kakeknya.
Sang kakek, yang memang sudah lanjut usia, terkekeh pelan sambil membalas pelukan cucunya.
"Aduh... cucuku ini semakin berat saja," ucap kakek dengan nada bercanda.
"Aku tidak seberat itu, Kakek," protes Silvia sambil melepaskan pelukannya, lalu duduk dengan wajah cemberut.
"Maaf, Kakek hanya bercanda, jangan marah ya," bujuk sang Kakek sambil mengusap lembut pipi Silvia.
"Kau ini," sela suara berat seorang wanita paruh baya sambil menepuk pelan lengan sang kakek.
"Nenek, Nenek juga datang menemuiku?" tanya Silvia dengan air mata yang kini mengalir deras saat menatap mereka berdua.
"Iya, Nak. Sudah lama sekali kami merindukanmu. Akhirnya kita bisa bertemu, meskipun hanya dalam mimpimu," jawab Sang Nenek dengan senyum hangat sambil membantu mengusap air mata Silvia.
"Iya, Kakek senang sekali kamu masih ingat kami, Nak," kata sang Kakek sambil menarik napas dalam.
"Aku lihat foto kalian di diary Kakak, jadi aku tahu kalian Kakek dan Nenek," terang Silvia.
"Syukurlah," jawab mereka bersamaan, lalu memeluk Silvia erat.
Setelah berbincang hangat untuk sejenak, sang Kakek menoleh ke arah matahari yang mulai turun.
"Nak, kamu harus pulang sekarang," kata sang Kakek.
"Baik, Kakek. Terima kasih sudah datang menemuiku dalam mimpi ini," ucap Silvia dengan nada sedih.
"Sama-sama, Nak. Kamu harus kuat, ya? Cucu keluarga Amaral tidak boleh lemah," kata Sang Kakek memberi semangat.
"Baik, Kakek. Selamat tinggal."
"Selamat tinggal, cucuku," ucap sang Nenek sambil tersenyum tulus.
...Sang Kakek menggenggam tangan sang Nenek, dan bersama-sama mereka berjalan menuju cahaya putih di hadapan mereka....
...Silvia melambaikan tangan, air matanya terus mengalir deras saat ia menatap kepergian mereka. Tak lama kemudian, hembusan angin lembut menyelimutinya, dan perlahan kesadarannya pun menghilang....
"Silviana!"
"Silviana!
"Ku mohon bangunlah!"
...Suara bariton Antonio yang terdengar panik menggema di seluruh ruangan, samar-samar mengusik kesadaran Silvia. Perlahan, kelopak matanya terbuka....
"Air..." lirih Silvia, pandangannya tertuju pada langit-langit rumah sakit.
"Syukurlah...."
...Antonio langsung tersenyum lega. Dengan cepat, ia menuangkan air ke dalam gelas dan membantu Silvia duduk....
"Sayang, minumlah," ucap Antonio.
...Silvia mengangguk pelan, lalu meminum air yang disodorkan Antonio hingga habis. Setelah itu, ia menatap Antonio dengan tatapan bingung....
"Kamu kenapa menangis?" tanya Silvia sambil menyodorkan gelas yang sudah kosong kepada Antonio.
...Antonio meraih gelas itu dari tangan Silvia dengan tergesa meletakkan gelas di nakas samping ranjang Silvia, kemudian memeluknya erat-erat....
"Silviana, kau membuat jantungku hampir copot! Monitor jantungmu sempat berhenti berdetak, aku benar-benar ketakutan," ujar Antonio dengan suara bergetar, air matanya menetes saat ia mengelus kepala Silvia dengan sayang.
"Hahaha... biarpun aku pergi, kamu kan tidak sendiri. Ada istrimu yang selalu setia di sampingmu," kata Silvia sambil terkekeh pelan, menyisipkan sedikit sindiran karena diam-diam berharap Antonio mengungkapkan perasaannya.
...Antonio melepaskan pelukannya, lalu meraup bibir Silvia dengan rakus. Setelah beberapa saat, Antonio melepaskan tautan bibir mereka dan menatap wajah cantik Silvia dengan lekat....
"Aku mencintaimu, Silviana. Sangat-sangat mencintaimu. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama, Silviana?" tanya Antonio sambil meraih tangan Silvia dan meletakkannya di rahang kokohnya.
...Silvia segera menarik tangannya kembali dan memalingkan wajah. Ia tersenyum licik sejenak, lalu berusaha mengeluarkan air mata palsunya sebelum kembali menatap Antonio....
"Aku juga cinta kamu, Antonio. Tapi aku tahu diri, kita hanya bisa bersama di ranjang. Selebihnya, aku hanya wanita lain bagimu," jawab Silvia sambil menangis.
...Silvia berusaha turun dari ranjang. Cepat, Antonio menariknya kembali ke pelukannya....
"Dengar," kata Antonio. "Aku akan mengakui kamu sebagai istri keduaku pada Devian dan Leon. Tapi, mohon tetaplah di sini bersamaku."
...Antonio benar-benar jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Silvia kali ini, tak menyadari bahwa semua ini hanyalah bagian dari rencana balas dendam Silvia....
Ceklek.
...Suara pintu yang terbuka tiba-tiba membuat Silvia terkejut dan segera mendorong Antonio menjauh. Ia menoleh dengan jantung berdebar ke arah Dokter yang baru saja memasuki ruangan dan berjalan menuju mereka....
"Dok, bagaimana kondisi saya? Semuanya baik-baik saja?" tanya Silvia dengan suara yang sedikit bergetar, menyembunyikan kekhawatiran terbesarnya: ia takut telah kebablasan dan mengandung anak Antonio.
"Anda tidak perlu khawatir, Nyonya. Anda hanya mengalami stres yang cukup berat dan kelelahan," jelas Sang Dokter.
Fiiuuhhh... Selamat, pikir Silvia sambil menghela napas lega dan tanpa sadar mengelus dadanya.
"Berikut resep obatnya, Nyonya. Mohon diminum sesuai anjuran dan perbanyak istirahat," kata Sang Dokter sambil memberikan kertas resep kepada Silvia.
"Terima kasih banyak, Dok," jawab Silvia, menerima resep itu dengan senyum yang tampak tulus.
...Namun, senyuman Silvia itu menusuk hati Antonio. Rasa cemburu membakar dadanya, membuatnya segera melangkah maju dan berdiri di antara Silvia dan Dokter, menghadiahkan tatapan dingin dan penuh peringatan kepada sang Dokter....
"Terima kasih, Dok. Anda bisa pergi sekarang," kata Antonio dengan nada tegas, menyiratkan bahwa percakapan sudah berakhir.
Glup.
...Dokter itu tampak gugup, menelan ludahnya dengan susah payah sebelum akhirnya undur diri dari ruangan tanpa berpamitan....
"Antonio! Apa-apaan sih? Dia itu dokter, dia hanya bekerja," ujar Silvia dengan nada jengkel, mengambil tasnya dari meja samping tempat tidur.
"Tapi dia pria, Sayang... Aku cemburu," rengek Antonio, wajahnya menunjukkan ekspresi memelas saat menatap Silvia.
"Haiiihhhh... Lupakan saja, lebih baik kita pulang," kata Silvia dengan helaan napas panjang, lalu berjalan meninggalkan ruangan.
...Antonio, dengan senyum sumringah, mengikuti langkah Silvia dari belakang, menelusuri lorong rumah sakit yang panjang hingga mencapai pintu utama. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil dan melaju meninggalkan rumah sakit, menuju apartemen Silvia....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Di mansion)...
...Tengah malam telah lewat, tepat pukul 01:00 dini hari. Namun, Antonio belum juga menunjukkan batang hidungnya. Kecurigaan Devian kian mencengkeram hatinya, membayangkan Antonio tengah bersenang-senang dengan wanita lain di belakangnya....
"Awas kamu," geram Devian tertahan, jemarinya mencengkeram gelas kaca berisi wine hingga remuk. Bunyi pecahan kaca yang nyaring seolah menjadi luapan emosinya yang tak lagi terbendung.
...Kini, amarah Devian telah membutakannya. Ia bertekad untuk menghancurkan Tamara dengan tangannya sendiri. Padahal, tanpa diketahuinya, semua ini hanyalah siasat licik Silvia yang tengah memainkan peran sebagai dalang di balik keretakan hubungan mereka....
...🔥🔥🔥🔥🔥...
...(Keesokan harinya)...
...Dengan langkah ringan dan senyum merekah, Tamara akhirnya bisa berjalan kembali setelah menjalani operasi pemulihan. Sebuah harapan baru kini bersinar dalam hatinya. Untuk merayakan kebahagiaan ini, ia mengajak semua sahabat terdekatnya untuk menikmati hidangan mewah di sebuah restoran ternama....
"Wah, Tamara! Selamat ya! Akhirnya impianmu untuk menjadi Nyonya Amores sebentar lagi akan terwujud," ucap salah seorang temannya dengan nada penuh sukacita.
"Tentu saja! Siapa dulu Tamara," jawabnya dengan mata berbinar-binar. Ia mengangkat tangannya, memamerkan cincin berlian yang berkilauan di jari manisnya kepada teman-temannya, seolah ingin berbagi kebahagiaan yang meluap-luap.
...Tiba-tiba, tanpa disangka-sangka, dari arah belakang, sebuah tangan mencengkeram rambut Tamara. Tarikan keras itu membuatnya tersentak dan terhuyung jatuh ke belakang. Tamara dan teman-temannya membeku di tempat, terkejut setengah mati dengan kejadian mendadak tersebut....
"Pegang dia!" perintah Devian dengan suara membentak, amarahnya terpancar jelas dari setiap katanya.
"Baik, Nyonya Besar!" jawab salah seorang pengawal Devian sigap. Dalam sekejap, kedua tangan Tamara sudah dalam genggaman kuat. Mereka menariknya dengan paksa, memaksanya berlutut di hadapan Devian yang kini berdiri dengan tatapan penuh kemarahan.
...Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Devian melampiaskan amarahnya dengan tamparan bertubi-tubi yang menghantam wajah Tamara. Setiap pukulan mendarat dengan keras, membuat Tamara meringis kesakitan. Dalam sekejap, wajah Tamara sudah lebam dan berdarah. Aksi brutal itu terekam jelas oleh puluhan pasang mata di restoran tersebut. Beberapa di antara mereka bahkan dengan cepat mengabadikannya melalui ponsel, dan tak lama kemudian, video kekerasan itu menyebar luas di media sosial, menjadi viral dalam sekejap....
(Bersambung)
lain x dicek ulang deh tulisannya biar reader gg bingung menafsirkannya
klo ada masukan jgn marah ya thor semangat 💪💪
aku suka Antonio semoga jadian Ama silvia
pakek pengaman Ndak...?