Kehamilan merupakan sebuah impian besar bagi semua wanita yang sudah berumah tangga. Begitu pun dengan Arumi. Wanita cantik yang berprofesi sebagai dokter bedah di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta. Ia memiliki impian agar bisa hamil. Namun, apa daya selama 5 tahun pernikahan, Tuhan belum juga memberikan amanah padanya.
Hanya karena belum hamil, Mahesa dan kedua mertua Arumi mendukung sang anak untuk berselingkuh.
Di saat kisruh rumah tangga semakin memanas, Arumi harus menerima perlakuan kasar dari rekan sejawatnya, bernama Rayyan. Akibat sering bertemu, tumbuh cinta di antara mereka.
Akankah Arumi mempertahankan rumah tangganya bersama Mahesa atau malah memilih Rayyan untuk dijadikan pelabuhan terakhir?
Kisah ini menguras emosi tetapi juga mengandung kebucinan yang hakiki. Ikuti terus kisahnya di dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja_90, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyukai Dokter Rayyan?
Happy reading 🍃
Saat jam istirahat, semua karyawan rumah sakit berbondong-bondong menyerbu kantin yang terletak di belakang bangunan rumah sakit. Hampir seluruh tenaga medis memadati kantin tak terkecuali Arumi.
Dia dan rekan sejawatnya tengah duduk santai di bangku sambil menunggu pesanan diantar.
"Dokter Rumi, bagaimana pengalaman pertamamu bekerja dengan Dokter Rayyan?" tanya Naura yang saat itu sengaja mengajak Arumi makan siang untuk mencari informasi mengenai pria yang mampu menggetarkan hatinya.
"Biasa saja, Dok. Tidak ada yang istimewa. Malah terkesan horor dan mencekam dari biasanya," balas Arumi seraya menyeruput jus jambu less sugar kesukaannya.
Naura mengernyit menatap Arumi yang tengah asyik menyedot jus menggunakan sedotan. "Horor?"
"Iya, horor! Karena sikap Dokter Rayyan itu kaku. Selama visit pasien, saya dan beberapa rekan yang lain hanya terdiam tanpa bisa bersenda gurau seperti biasa."
Arumi menjauhkan gelas, lalu menarik napas panjang. " Mungkin saja saat operasi nanti situasi akan semakin mencekam. Udara dingin ruang operasi akan bertambah dingin dengan kehadiran Dokter Rayyan." Wanita itu langsung bergidik membayangkan wajah dingin tanpa ekspresi Rayyan saat memimpin operasi nanti.
Naura mengerutkan kening seraya menatap lekat wanita yang duduk di hadapannya. Sungguh ia tidak paham mengapa rekan sejawatnya itu mengatakan bahwa sikap Rayyan dingin. Padahal dari sudut pandang Naura, pria berhidung mancung dan berwajah oriental itu sangat tampan dan terlihat lebih gentle dengan sikapnya, membuat hasrat wanita itu semakin menggebu untuk bisa memiliki Rayyan.
"Tunggu! Ngomong-ngomong, kenapa sejak tadi Dokter Naura membahas Dokter Rayyan? Atau jangan-jangan, Dokter jatuh cinta ya pada pria itu?" tanya Arumi penuh selidik.
Naura menundukan pandangan. Meremas jemarinya di atas pangkuan. Sikap yang akan ditunjukan ketika wanita itu sedang tersimpu malu.
Melihat gelagat wanita itu membuat Arumi tercengang, bola matanya melebar dengan sempurna. "Astaga, jadi Dokter Naura sengaja mengajak saya makan siang hanya untuk membahas masalah ini!"
Naura mendongakan kepala lalu tersenyum. "Iya, saya menyukai Dokter Rayyan dan memutuskan untuk mengejarnya." Rona merah menghiasi wajah wanita itu.
"M-mengejarnya?" Wanita itu menatap Naura yang berusia dua tahun di bawahnya.
Arumi sungguh tidak percaya bahwa wanita cantik yang terkenal akan parasnya yang tak kalah cantik dari Arumi akan bertekuk lutut di bawah kaki Rayyan. Padahal menurut Arumi, Rayyan bukanlah pria yang tepat untuk dijadikan kekasih apalagi pendamping hidup. Dengan sikap dingin dan wajah datar akan terasa sulit untuk bisa menjalin kasih dengan pria seperti itu.
"Hu'um. Saya akan berjuang demi mendapatkan hati dan cintanya Dokter Rayyan," ujar Naura sambil tersenyum manis ke arah Arumi.
"Saran saya, sebaiknya Dokter Naura berpikir dua kali untuk mengejar Dokter Rayyan karena menurut saya di luaran sana masih banyak pria yang layak untuk Dokter cintai."
"Dokter Naura itu cantik, pintar. Pokoknya hampir mendekati sempurna pasti tidak akan sulit mendapatkan kekasih selain Dokter Rayyan," timpal Arumi.
"Kenapa saya harus mencari yang lain, sementara pria itu sudah ada di depan mata!" Naura masih berkikeras untuk mempertahankan pendapatnya.
Arumi tak mampu berkata-kata. Dia hanya terdiam seribu bahasa. "Percuma aku melarang Dokter Naura untuk menjauhi Dokter Rayyan karena hati wanita ini sudah ditutupi oleh rasa cinta yang begitu besar. Sama seperti diriku, yang terlalu cinta terhadap Mas Mahes."
"Ya sudah, kalau Dokter tetap ingin mengejar cinta Dokter Rayyan, silakan." Arumi menjeda kalimatnya seraya menarik napas dalam. "Semoga di kemudian hari Dokter tidak menyesal."
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, sedari tadi tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap dengan sorot mata elang, tajam yang seolah akan menguliti sang mangsa.
Bersambung
.
.
.
Note : Episode selanjutnya akan update siang hari.
Jangan lupa likenya ya Kak. Terima kasih. 😊