Karena sebuah wasiat, Raya harus belajar untuk menerima sosok baru dalam hidupnya. Dia sempat diabaikan, ditolak, hingga akhirnya dicintai. Sayangnya, cinta itu hadir bersama dengan sebuah pengkhianatan.
Siapakah orang yang berkhianat itu? dan apakah Raya akan tetap bertahan?
Simak kisah lengkapnya di novel ini ya, selamat membaca :)
Note: SEDANG DALAM TAHAP REVISI ya guys. Jadi mohon maaf nih kalau typo masih bertebaran. Tetap semangat membaca novel ini sampai selesai. Jangan lupa tinggalkan dukungan dan komentar positif kamu biar aku semakin semangat menulis, terima kasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sandyakala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jebakan
"Mbok, apa Mas Ezra sudah pulang?", tanya Raya sesampainya di rumah.
Dia tiba di rumah lewat dari jam sembilan malam karena sepulang dari pemakaman, Raya menyempatkan diri untuk mampir ke panti asuhan yang dikelola oleh keluarganya lalu ia pergi berbelanja kebutuhan rumah.
"Tuan Ezra belum pulang, Non".
"Oh", ujar Raya pendek. Ia melirik jam tangannya.
"Mungkin lembur lagi", batin Raya.
"Sini Non, belanjaannya biar Mbok yang rapikan di dapur", Mbok Nah meminta belanjaan yang dibawa oleh Raya.
Raya tersenyum tipis, "Terima kasih, Mbok. Aku ke kamar dulu ya".
"Non Raya tidak makan malam dulu?".
"Nanti aku makan setelah mandi ya, Mbok".
"Nggih, Non".
Raya pun berlalu ke kamarnya. Dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, melepas lelah sejenak sebelum ia memanjakan dirinya di kamar mandi.
Saat tadi berbelanja, Raya sengaja membeli lulur, lotion, dan parfume baru. Malam ini dia berencana menggunakannya untuk menyenangkan dirinya sendiri.
Setelah merasa cukup melepas penat, Raya masuk ke kamar mandi dan tak lupa ia menambahkan aroma terapi ke dalam bathub, lalu menyiapkan lulur yang akan ia gunakan lengkap dengan lotion dan parfume baru miliknya.
Hatinya yang merasa lebih lega membuat mood Raya hari ini lebih baik.
"Hmm ... saatnya aku memanjakan diriku dengan santai", ucap Raya riang.
.
.
"Bro, gue balik lebih cepat ya. Badan gue mendadak gak enak nih", ucap Ezra yang mulai gelisah karena tubuhnya mendadak merasa tidak nyaman.
"Masih sore gini, Zra. Baru juga jam sepuluh", jawab Bagas sambil melirik jam di tangannya.
"Iya nih, buru-buru amat sih, Zra. Lagian besok weekend, enjoy, Bro", imbuh Dion.
Ezra menarik nafas berat, tubuhnya mulai berkeringat dan terasa sedikit panas.
"Sorry, gue juga gak tahu kenapa nih, badan gue gak enak, keknya gue kecapean. Asli, gue butuh pulang cepat", ujar Ezra lagi.
Bagas dan Dion saling melirik, "Ya udah, gak apa-apa. Jangan dipaksakan daripada lo beneran sakit, repot kan. Susah kongkow lagi kita nanti".
"Hati-hati, Bro", Dion adu kepalan tangan dengan Ezra.
"Ok, gue pamit duluan ya. Have fun", Ezra pun pergi meninggal ruang VVIP itu.
Langkah Ezra agak sedikit gontai saat ia menuju parkiran. Entah kenapa rasa tak nyaman itu semakin menyeruak hebat, membuat keringat dingin Ezra bercucuran.
"****, gue kenapa sih ini?", keluh Ezra. Sejenak ia menyandarkan tubuhnya dibalik kemudi sebelum mobil sport miliknya melaju di jalan raya.
Tok ... tok ... tok
Seseorang mengetuk jendela mobil Ezra. Ia melirik ke arah datangnya suara, rupanya Gita yang datang.
Ezra menurunkan kaca jendela mobilnya, "Kenapa?".
"Mmm ... aku boleh numpang pulang sama kamu gak? mobilku barusan mogok, lagi diurus sama temanku ke bengkel. Aku gak berani pulang naik taksi, udah malam soalnya", ucap Gita.
Ezra menatap Gita dengan perasaan tak menentu. Ia berpikir sejenak, "Ok, masuk".
"Makasih", jawab Gita dengan wajah sumringah.
Ia segera beralih ke arah pintu yang lain dan masuk ke dalam mobil Ezra dengan santainya.
"Lo pulang kemana?", tanya Ezra. Ia masih berusaha menahan rasa tidak nyaman ditubuhnya.
"Ke daerah A, kita searah gak ya?", tanya Gita basa-basi.
"Searah", jawab Ezra pendek.
"Bagus kalau gitu. Makasih ya tumpangannya", ujar Gita dengan senyum manis.
Ezra tak menanggapi. Ia mulai menghidupkan mesin mobilnya. Sepanjang perjalanan itu Ezra mulai tidak fokus, apalagi rasa panas di tubuhnya semakin menjadi-jadi. Keringat dingin pun kian membanjiri tubuh Ezra, bahkan saat ini dahinya saja sudah terlihat begitu berkeringat.
Gita sesekali melirik ke arah Ezra, di balik lirikannya itu dia tersenyum licik. Gita merasa senang dengan kondisi Ezra saat ini. Rencananya untuk menaklukkan Ezra malam ini berjalan sesuai rencana.
Ya, beberapa waktu yang lalu, Gita dengan sengaja mencampurkan obat perangsang ke dalam cola yang ia bawa untuk Ezra.
"Sebentar lagi", batin Gita.
Malam ini dia sengaja mengenakan pakaian yang lebih terbuka dan ketat, bahkan saat ini paha mulus Gita terpampang begitu saja. Belum lagi area dada yang menunjukkan belahan benda di dalamnya.
Tetiba saja Ezra menghentikan laju kendaraannya. Ia yakin ada yang tidak beres dengan dirinya saat ini.
Nafas Ezra terdengar memburu. Kedua tangannya mencengkeram erat kemudi.
"Lho, kenapa berhenti?", tanya Gita pura-pura bingung. Tapi kali ini dia mulai beraksi dengan menyentuh paha Ezra.
"Singkirkan tanganmu!", tegas Ezra.
Gita seolah tak mendengar ucapan itu. Dia justru semakin merapatkan tubuhnya ke arah Ezra.
"Kenapa Ezra sayang? kamu gak bisa menahan lagi ya hasratmu itu, hm?", Gita semakin bertindak nakal. Kali ini tangannya menyentuh wajah Ezra, lalu turun ke arah dada dan menyandarkan kepalanya di dada bidang itu.
"Sialan, menyingkir dariku!", bentak Ezra yang tengah berusaha keras mengendalikan dirinya.
Jujur saja, saat ini Ezra memang tengah dikuasai hasrat yang begitu kuat untuk mendapatkan sentuhan. Tapi Ezra masih berusaha mengedepankan akal sehatnya. Ia berusaha keras menahan diri.
"Ah, sayang, jangan begitu. Aku ada di depanmu sekarang, ayo kita lakukan. Aku dengan senang hati akan memuaskanmu malam ini. Ayo sayang", Gita menggesek-gesekkan tubuhnya ke arah Ezra tanpa rasa malu sedikit pun.
"Sialan, wanita murahan. Jangan-jangan lo ...".
"Ya, hanya dengan cari seperti itu kamu akan menjadi milikku sepenuhnya Ezra Hadinata", ucap Gita tanpa ragu.
"Dasar wanita gila, menyingkir dan turun dari mobil gue sekarang!", bentak Ezra lagi.
Gita yang sudah tidak memiliki rasa malu itu masih berusaha menggoda Ezra, bahkan dia berani menarik kemeja yang Ezra kenakan.
Dalam kondisi dirinya yang tengah menahan hasrat yang kuat, Ezra berusaha menyingkirkan tangan Gita dari tubuhnya. Ia mendorong Gita hingga tubuh wanita itu membentur pintu di sampingnya.
"Aw ... sakit, Ezra", keluh Gita yang tengah mengelus bahu kirinya yang terbentur.
Tak ingin keadaan semakin memburuk, Ezra segera turun dan beralih membuka pintu di dekat Gita. Dia memaksa wanita itu untuk turun dari mobilnya.
"Ezra, sayang, aku gak mau turun di sini. Ayolah sayang, kita lakukan, sekali saja izinkan aku menjadi wanitamu", teriak Gita yang masih mencoba bertahan di dalam mobil.
"Cih, wanita murahan sepertimu, tidak akan pernah gue sentuh. Pergi!", Ezra menarik paksa tangan Gita hingga wanita itu tersungkur di jalanan.
Ezra membanting pintu mobilnya dengan keras dan segera melajukannya kembali.
"Ezra Hadinata sialan. Awas kau ya, aku pastikan lain kali kamu tidak akan lolos, kamu harus membayar semua ini dengan mahal!", teriak Gita di tengah deru mobil Ezra yang sudah menjauh.
Ezra kembali memukul kemudi di depannya. Nafasnya semakin terengah-engah. Setelah kejadian tadi dia semakin menyadari ada yang salah dengan dirinya dan itu semua terjadi karena ulah Gita.
"****, gue harus tahan ini, aaarrrgghhh", Ezra menahan hasrat terdalamnya itu hingga giginya bergemeretak.
"Wanita murahan itu pasti memasukkan sesuatu yang membuatku seperti ini. Dasar ******!", hardik Ezra.
Malam semakin larut, kondisi Ezra semakin memburuk namun ia tetap berusaha melajukan mobilnya dengan baik untuk bisa kembali ke rumah.
semoga tidak ada lagi yang menghalangi kebahagiaan kalian
setelah aku ikuti...
tapi cerita nya bagus biar diawal emosian 🤣🤣🤣
semoga aja raya bisa Nerima anak kamu dan Sindi ya...
semangat buat jelaskan ke raya
aku penasaran kek mana reaksi Sindi dan papanya tau ya kebusukan anak nya
semoga tidak terpengaruh ya....
taunya Sindi sakit tapi kalau kejahatan ya harus di pertanggung jawaban