Di tinggal berselingkuh beberapa hari sebelum pernikahan oleh calon pengantin prianya, gadis itu tentu saja sedih dan kecewa, tapi Ayahnya datang dengan seorang pria tampan membuatnya menjadi pengantin pengganti, ah! tapi dia sangat bodoh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5 : Calon Suami!
Setelah kepergian Osan, Nita dan orang tua mereka, kini Mimu mondar mandir sendirian kebingungan sendiri. Bagaimana tidak? Keberadaan Tama cepat atau lambat pasti akan menyebar luas, sementara pernikahannya juga tinggal lusa. Ah, benar-benar pusing bagaimana harus menghadapi itu. Dilain sisi dia takut dengan Ayahnya karena dia gagal melindungi Tama, dan Tama sudah terekspos sekarang. Duh, benar-benar ngeri sekali kalau Ayahnya sedang marah. Bukan akan di pukul atau di ocehi yang ditakutkan Mimu, tapi dia takut tidak diberikan uang jajan.
" Duh, bagaimana ini?! Ayahku pasti akan tahu cepat atau lambat. Jadi aku harus mencari alasan apa dong? "
Tama tak mau perduli dengan itu, sekarang dia memilih untuk makan siang dulu. Bagaimanapun perutnya lapar, dan dia sulit menahan kerut lapar.
" Ini apakah makanan manusia? " Tanya Tama membuat Mimu yang sedang kesal itu menatap ke arahnya. Mimi mengeryit seolah bertanya apa yang mengganggu pikiran pria itu sekarang ini.
" Apa ini makanan ternak milikmu? "
Mimi terperangah tak percaya mendengar apa yang dikatakan Tama.
" Makanan ternak, kepalamu! Bagian mana yang mirip makanan ternak hah?! "
Tama menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia kembali menatap makanan di piringnya dengan tatapan jijik, bahkan menyentuhnya dia juga terkesan jijik.
" Ini, hijau-hijau ini apa? Nasi ini kenapa lembek sekali? Ini kan makanan hewan ternak, kenapa ada di dalam tutup saji? "
Mimi membuang nafas kasarnya dengan tatapan sebal, dengan segera dia berjalan mendekati Tama dan melotot tajam kepadanya.
" Maaf kalau makanannya tidak enak, tapi Memang begini selera kami makan. Kalau kau menganggap makanan ini aneh dan mirip seperti makanan ternak, lebih baik kalau kau tidak usah makan saja ya? "
Benar saja, Tama menggeser piring itu untuk dia serahkan kepada Mimu.
" Ini untukmu, aku tidak berselera melihat bentuk makannya. "
" Banyak tingkah sekali, kalau kau merasa tidak bisa melakukan apapun apalagi menghasilkan uang, setidaknya jangan menghina makanan yang aku masak dengan di barengi tetesan keringat. "
Tama jadi selain bergidik ngeri.
" Jadi, makanan itu kau ludahi? "
Mimu menggigit bibir bawahnya menahan kesal.
" Kalau kau mengatakan makanan ini terkena keringat ku maka aku bisa memakluminya, tapi kenapa bisa di hubungkan dengan ludah?! Tama kau ini mau ku pukul sampai mati ya?! " Tama sontak terdiam, entahlah memang dia yang tidak nyambung atau bagaimana. Intinya dia benar-benar merasa makanan itu sama sekali bukan seleranya. Memang sih dia tidak menolak makanan dari Ayahnya Mimu, karena makanan yang di sediakan olehnya adalah kentang rebus, nasi dengan ikan, atau nasi dengan kerupuk saja. Tapi dia merasa makanan seperti itu masih bisa dia telan dari pada makanan buatan Mimu yang aneh itu.
" Tidak di sangka wajah tampan luar biasa membuat air liurku menetes malah memiliki sikap aneh yang suka membuat orang naik darah. " Gerutu Mimu kesal sendiri sembari mengembalikan makanan itu ke dapur, lalu setelahnya dia kembali untuk duduk di samping Tama.
" Aku lapar. "
Mimu melotot tajam membuat Tama segera menutup mulutnya rapat-rapat. Sungguh dia seperti ingin memaki Mimu, tapi dia tidak mampu melakukanya karena bagaimanapun Minum adalah anak dari pria yang sudah menyelamatkan nyawanya.
" Dengar ya, nanti kau harus bilang pada Ayahku kalau kau sendiri yang keluar menemui pak kepada desa dan juga dedengkotnya tadi, bilang juga kepada Ayahku kalau kau yang memperkenalkan diri sebagai calon suamiku. " Mimu mengubah posisinya untuk saling berhadapan dengan Tama, meraih pundaknya dan menatapnya dengan tegas.
" Kau harus mengakui semua kesalahan, tidak boleh sampai ada celah bagi Ayah menyalahkan ku. Kalau kau tidak melakukanya, maka aku akan- "
" Akan apa? " Tama jelas lah tidak terima dengan harus mengakui apa yang tidak dia lakukan, sekarang pun harus di ancam apakah dia juga hanya akan menerima dan manut saja dengan apa yang akan di lakukan Mimu padanya?
Mimu tersenyum dengan tatapan aneh penuh maksud, dia sengaja mengedarkan pandangan menatap bagian penting dari seorang pria, itu loh si kemoceng berbulu yang pasti akan menjadi senjata kebanggaan pria, tapi sekaligus kelemahan pria juga kan?
Tama menelan salivanya sendiri, dia merapatkan kedua kakinya, mengerakkan satu tangan untuk menutupi bagian itu.
" Kenapa aku harus mengakui apa yang tidak aku lakukan? Kau yang mengatakan banyak hal aneh, aku sampai harus mengusap kepalamu, mencium rambutmu yang lengket dan bau itu, lalu kenapa aku harus menerima kemarahan Ayahmu? Kan kau yang melakukanya, kau juga terlihat sangat kuat dan berani, bagaimana kalau kau hadapi saja Ayahmu sendiri? "
" Jadi kau menolak ya? Kau tidak takut padaku ya? " Ancam Mimu, dengan tatapan mengancam dia meraih celana Tama berniat menariknya dan membuatnya merasa malu dan kapok agar lain kali tidak berani lagi memegang perintahnya.
" Ah! " Pekik Mimu karena merasakan sakit saat telinganya di tarik. Ah, sialan! Sepertinya dia bukan hanya gagal menarik celana Tama, tapi dia juga gagal menyelamatkan diri dari amukan Ayahnya.
" Berani-beraninya kau membuat kesalahan besar itu?! Kau tidak tahu ya gara-gara kau tadi desa kita jadi heboh? Padahal aku berniat menemui semua petua desa untuk membahas pembatalan pernikahanmu! Kau malah mengatakan jika Tama adalah calon suamimu, kau ini sudah gila atau apa, hah?! "
" Aduh, Ayah! Sakit, sakit, sakit! lepaskan dulu, telingaku sudah mau putus! "
Ayah Gito menjauhkan tangannya, terang lah dia menatap Mimu dengan tatapan marah, bagaimanapun apa yang dilakukan Mimu tadi benar-benar sudah kelewatan karena memamerkan Tama dan memperkenalkan sebagai calon suaminya. Padahal jelas sekali mereka tidak mengenali Tama, bagaimana kalau sebenarnya Tama adalah seorang teriris? Kalaupun tidak, bagaimana kalau sebenarnya Tama sudah memiliki istri? benar-benar pusing sekali, sampai Ayah Gito tidak tahu harus melakukan apa selain memarahi Mimu.
" Tadi Nita datang bersama Osan dan orang tua mereka, Ayah. Dengan wajah polos mereka berdua, mereka malah asik memamerkan wajah menyebalkan. Mereka bilang mereka saling cinta, dan tempo hari Osan juga bilang kalau tidak akan ada satupun pria yang mau menikahi ku, aku hanya terbawa suasana, aku kesal jadi tidak pikir panjang dan mengatakan itu semua. " Mimu berucap sembari menunjukan wajah sedihnya yang polos membuat Ayah Gito tak sanggup lagi menunjukan kemarahannya lebih lama.
Ayah Gito membuang nafas kasarnya, dia duduk dan mencoba untuk berpikir dengan tenang.
" Apa yang harus kita lakukan setelah ini? "
Mimi menghela nafas juga, dia ikut duduk untuk sejenak berpikir. Tama, pria itu hanya bisa diam karena bosan dengan pembahasan yang sedang dilakukan oleh Ayah Gito dan Mimu.
Tak lama Ayah Gito dan Mimu saling menatap, dan kompak menatap Tama dengan wajah penuh maksud membuat Tama waspada secara otomatis.
Bersambung.
aq kan jdi mau juga 🤣🤣🤣