Harap bijak dalam memilih bacaan.!!!
Namanya Jingga, sama seperti senja yang memiliki arti keindahan dan kebaikan yang tidak perlu di suarakan. Di pertemukan dengan seorang pria bernama Arkana, pria yang haus akan pujian dan selalu hidup dalam kepalsuan.
Pertemuan mereka seperti takdir yang telah di tentukan oleh tuhan, kehadiran Jingga berhasil merusak topeng Arkana dan mengisi hatinya yang kosong dengan penuh cinta.
Arkana sadar bahwa Jingga telah mengajarkan bahwa kebaikan dan keindahan tidak perlu diumbar. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.
Tetap saksikan kelanjutan dari kisah Jingga & Arkana, jangan lupa jadikan favorite dan berikan lima bintang beserta dengan ulasan terbaik dari kalian. ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Idtx_x, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Bulan Madu
Resepsi malam itu telah selesai sekitar hampir pukul 11:00 malam, Jingga dan Arkana pulang ke rumah kediaman orang tua Arkana untuk istirahat sebelum besok harus berangkat ke Maldives untuk liburan bulan madu.
Rumah keluarga Adyatama memang sangat besar, bahkan jika di huni oleh mereka berempat saja rasanya masih sangat luas. Pembantu, tukang kebun, hingga supir pribadi semuanya tidak tinggal di rumah utama, mereka tinggal di belakang kompleks dimana mereka juga di sediakan rumah untuk mereka tinggal.
Jingga baru tahu kalau ternyata Arkana belum pisah dari rumah orang tuanya, dia masih tinggal di rumah itu. Namun setelah dia menikah kabarnya akan di berikan satu rumah yang nantinya akan di ubah kepemilikannya menjadi milik Arkana dan Jingga.
Saat ini Arkana sedang mandi sementara Jingga bingung harus melakukan apa, dia menunggu giliran dirinya masuk ke dalam kamar mandi. Entah mengapa saat ini dia merasa begitu canggung, apa yang harus dia lakukan jika Arkana keluar dari kamar mandi?
Suara pintu terkuak membuat Jingga menunduk malu, Arkana yang menyadarinya terlihat menghampiri Jingga sambil menyentuh kepala wanita itu dengan pelan.
“ Kamu nggak mau mandi juga.?” Suara berat itu berhasil membuatnya mengangkat wajah, namun sontak wajah Jingga berubah menjadi merah lantaran malu melihat tubuh toples Arkana yang hanya mengenakan handuk di tubuh bagian bawahnya.
“ A-aku mau mandi juga.” Buru-buru Jingga berlari memasuki kamar mandi dengan detak jantung yang mulai tak karuan.
**
Selama hampir sepuluh menit Jingga berada di dalam kamar mandi, lebih tepatnya dia sangat malu untuk keluar sekarang. Dia lupa membawa pakaian dan hanya ada handuk yang melilit tubuhnya, Jingga berpikir jika berada lama-lama di dalam kamar mandi akan membuat Arkana tidur duluan.
Setelah menunggu hingga beberapa menit kemudian, kini Jingga membuka pintu kamar mandi tersebut dengan ekspresi yang takut. Dia melihat suasana diluar yang sedang sepi, kemudian dia mendapati sosok Arkana yang sudah tertidur dengan menghadap kea rah yang berlawanan.
Waktu yang tepat untuk Jingga segera keluar dari sana, dia beranjak menuju koper untuk mencari pakaiannya. Dia memilih satu stell baju tidur dengan warna dalaman yang senada.
“ Kamu lama banget di kamar mandi.” Suara tersebut sukses membuat Jingga terperonjak kaget hingga membuat pakaiannya jatuh ke lantai.
“ K-kamu nggak tidur.?” Tanya Jingga menolak untuk menoleh ke arahnya.
“ Aku khawatir soalnya kamu di dalam lama banget, jadi aku main hp sambil tunggu kamu selesai.” Jawabnya kemudian.
Jingga menyuruh Arkana untuk tidak menoleh ke arahnya karena dia ingin segera memakai bajunya, Arkana pun menuruti apa kata Jingga sehingga membuat wanita itu dengan cepat mengenakan pakaiannya.
Setelah Jingga selesai mengenakan pakaiannya, dia pun ikut naik ke atas tempat tidur. Arkana pun membalikkan tubuhnya sehingga dapat melihat wajah Jingga yang masih merona karena malu.
“ Kita sudah menjadi suami istri, kenapa kamu masih malu-malu.?” Tanya Arkana lirih.
“Aku masih belum terbiasa aja, maaf ya.” Balasnya pelan.
“ Nggak apa-apa, sekarang tidur yah soalnya besok kita harus pergi bulan madu.” Lontar Arkana di balas anggukan pelan dari Jingga.
**
Sekitar pukul 5:00 subuh setelah menunaikan ibadah sholat, Jingga pergi ke dapur untuk membuat sarapan pagi. Sebenarnya dia tidak begitu tahu soal masak memasak, namun dia sadar diri dengan posisinya yang sekarang bukanlah seorang putri yang harus dilayani.
Jingga berhasil tiba di dapur dan melihat seorang pembantu wanita sedang menyiapkan bahan-bahan untuk di masak. Jingga pun langsung menawarkan diri untuk ikut membantu, namun wanita itu menolak.
“ Non Jingga jangan di dapur, nanti nyonya besar marah. Balik lagi aja ke kamar, nanti saya bangunin kalau makanan sudah siap.” Ucap Bi Ijah.
“ Nggak apa-apa bi, saya juga mau sekalian belajar masak.” Jawab Jingga dengan senyum yang merekah.
Bi Ijah akhirnya menuruti keinginan Jingga untuk memasak, kemudian dia memberikan beberapa sayuran yang harus di potong oleh Jingga. Awalnya tidak ada yang perlu di khawatirkan, namun beberapa menit Jingga mengalami masalah dimana jarinya baru saja teriris oleh pisau yang dia gunakan.
“ Tuh kan bibi udah bilang jangan, luka kan jarinya.” Bi Ijah dengan cepat mengambil kotak P3K dilemari kemudian membalut luka di jari Jingga dengan hansaplast.
“ Udah ya non jangan masak lagi, bibi nggak mau nyonya besar marah.” Lontar bi Ijah yang pada akhirnya membuat Jingga menyerah untuk membuat sarapan.
Sebagai gantinya dia akan bantu meghidangkan masakan yang sudah jadi, meja makan pun telah selesai dia rapihkan. Terhitung ada empat piring, gelas, sendok, dan garpu yang harus di tata.
“ Terima kasih ya non, sudah mau bantuin bibi.” Lontar Bi Ijah merasa lega setelah semua selesai di buat.
“ Sama-sama bi, aku juga senang bisa bantu walaupun Cuma sedikit.” Balas Jingga tersenyum simpul.
Sarapan pagi di keluarga Adyatama biasanya dimulai sekitar pukul 7:30, kata Bi Ijah semua sudah harus ada di meja makan sebelum jam itu tiba. Dan benar saja, kurang dari dua menit semua keluar dari kamar dan berkumpul di ruang makan.
“ Loh, kamu kok udah ada disini aja.?” Tanya Mama Widya.
“ Non Jingga bantuin saya masak bu.” Jawab Bi Ijah.
“ Kenapa? kamu nggak usah masak atau bersih-bersih, semua sudah ada yang handle.”
“ Nggak apa-apa ma, aku sejak kecil sudah di layani sama mbak aku dan sekarang posisiku disini sebagai seorang menantu dan istri jadi aku mau bantu walaupun hanya sedikit.” Jawab Jingga.
“ Lihat Arka, istrimu sangat baik. Mama nggak salah pilihkan.” Sahut mama Widya di balas anggukan pelan dari Arkana.
“ Kamu memang istri yang sempurna.” Ucap Arkana sambil membelai rambut Jingga dengan lembut.
**
Hari itu yang mengantar kepergian Jingga dan Arkana ke Maldives adalah mama Widya langsung. Wanita itu berpesan kepada mereka berdua untuk menikmati waktu berdua selama dua minggu disana, mama Widya juga berpesan kepada Arkana untuk selalu menjaga Jingga disana.
“ Mama jangan khawatir, aku pasti jagain dia.” Ucap Arkana sambil meraih tangan Jingga.
“ Ya sudah, kalian berdua hati-hati.” Lanjut mama Widya dan akhirnya membiarkan anak dan menantunya memasuki bandara.
Jingga dan Arkana mengambil kelas bisnis untuk perjalanan mereka kali ini, namun saat di ruang tunggu sebelum masuk ke dalam pesawat. Arkana tiba-tiba saja menyuruh Jingga untuk pergi seorang diri ke Maldives.
“ Loh kok aku pergi sendiri mas.?” Tanya Jingga bingung.
“ Aku mau pergi ke Singapur dan kamu tetap ke Maldives sampai waktu honeymoon kita selesai.” Balas Arkana.
“ Ya tapi kenapa? kan ini honeymoon kita, kenapa aku pergi sendirian.?”
“ Ini bukan bulan madu yang kamu pikirkan, pokoknya kamu turutin apa kataku. Dan jangn kasih tahu mama soal ini, aku akan kabarin kamu lagi kalau kamu sudah sampai disana.” Arkana beranjak dari tempatnya hendak meninggalkan Jingga.
Jingga tidak mengerti dengan sikap Arkana yang sekarang, apa yang tengah di pikiran dia saat ini sampai tiba-tiba ingin pergi sendirian? Lalu bagaimana dengan honeymoon mereka yang sudah di siapkan sedemikian rupa.
jd bingung dibuatnya🤔🤔
Next, ditunggu kelanjutannya.