Bratt Wilson, pria berdarah Inggris-Indonesia yang sudah menginjak usia 35 th. Diusianya yang sudah matang, Bratt memilih untuk tidak menikah. Karena trauma melihat kehancuran rumah tangga orangtuanya, membuat Bratt menganggap pernikahan hanya lah tempat untuk menambah masalah hidup.
Meski tidak menikah, Bratt masih bisa menyalurkan hasratnya dengan memakai jasa wanita bayaran.
Hingga akhirnya Bratt bertemu dengan Alea Andara. Rasa ingin memiliki Alea sangat lah besar meski Bratt tahu kalau Alea sudah memiliki suami.
Apakah rasa ingin memiliki itu hanyalah sekedar obsesi Bratt atau karena memang Bratt telah jatuh cinta pada Alea?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 : Presentasi Privat
Bratt membuka lembaran CV tentang Alea.
"Ternyata dia sudah menikah." Gumam Bratt.
"Semakin menantang." Gumam-nya lagi.
Bratt meletakkan lembaran CV Alea lalu mengangkat gagang telepon dan menghubungkannya ke meja kerja Zhinta.
"Ya Tuan Bratt." Jawab Zhinta.
"Zhinta, suruh anak buah mu yang tadi presentase ke ruangan ku." Perintah Bratt.
"Apa ada yang salah Tuan?" Tanya Zhinta penasaran.
"Tidak. Aku hanya ingin menanyakan beberapa hal padanya tentang ide design-nya." Balas Bratt.
Zhinta bernafas lega.
"Baik Tuan."
Bratt pun menutup teleponnya.
Setelah panggilan dengan Bratt berakhir, Zhinta pun berjalan ke meja kerja Alea.
"Alea." Zhinta memanggil Alea.
Alea yang sedang fokus dengan layar laptopnya pun mengalihkan pandangannya ke arah Zhinta.
"Iya Bu." Jawab Alea.
"Kamu dipanggil Tuan Bratt keruangannya."
"Ada apa yah Bu?" Wajah Alea sudah memucat, takut-takut kalau Boss-nya itu berubah pikiran dan membatalkan design yang ia buat.
"Jangan takut. Tuan Bratt hanya ingin bertanya-tanya saja. Mungkin dia merasa ide yang ada di kepala mu, bisa sama dengan ide yang ada di kepalanya. Karena jarang-jarang loh Tuan Bratt langsung menyetujui hasil design orang lain, pasti banyak yang harus direvisi." Jawab Zhinta. Ia tahu kalau saat ini Alea sedang berpikir yang tidak-tidak, sama seperti waktu Bratt memintanya untuk memanggil Alea keruang kerjanya.
"Ooo.." Alea membulatkan mulutnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Ya sudah sana cepat keruangan Tuan Bratt, jangan biarkan Tuan Bratt menunggu lama." Ucap Zhinta.
Alea pun berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju lift yang akan membawanya keruang kerja Bratt.
*
*
*
Ting. Pintu lift terbuka. Lift yang membawa Alea sudah sampai di lantai enam perusahaan itu.
Kini Alea sudah berdiri tepat di depan pintu ruang kerja Bratt.
"Huuh.." Alea menghela nafasnya kasar sebelum mengetuk pintu ruangan itu.
Tok.. Tok.. Tok. Alea mengetuk pintu ruang kerja Bratt.
"Masuk." Jawab suara dari dalam.
Ceklek. Alea memutar handle pintu dan masuk kedalam ruangan lalu menutup kembali pintu ruangan itu.
"Tuan Bratt memanggil saya?" Tanya Alea basa-basi.
Bratt yang sedang pura-pura sibuk itu menganggukkan kepalanya.
"Duduk lah disitu." Perintah Bratt sambil menunjuk sofa panjang.
Alea pun berjalan menuju sofa panjang yang Bratt tunjuk.
Dari meja-nya Bratt melirik Alea yang sedang berjalan menuju sofa panjangnya.
Setelah Alea duduk manis disofa panjang, barulah Bratt berdiri dari kursi kebesarannya dan berjalan mendekati Alea lalu duduk disebelah Alea.
Melihat Bratt duduk disebelahnya, Alea semakin gugup. Dan kegugupan Alea terlihat jelas dimata Bratt dari wajah Alea yang memucat dan jari-jarinya yang terus ia mainkan.
"Tidak usah gugup. Santai saja." Ucap Bratt.
"Tarik nafas." Perintah Bratt. Dan Alea pun menarik nafasnya.
"Buang perlahan." Perintah Bratt lagi. Dan Alea pun membuang nafasnya.
"Bagaimana, sudah lebih tenang?" Tanya Bratt.
Alea menganggukkan kepalanya walau sebenarnya dirinya masih sangat gugup.
"Baiklah, kita langsung ke intinya saja." Ucap Bratt.
"Tolong kau jelaskan sekali lagi pada ku tentang presentase mu tadi." Ucap Bratt lagi.
"Hah?" Alea malah menganga. Dipikirannya, tadi Boss-nya itu tidak memperhatikan dirinya saat presentase tadi.
"Jangan salah paham. Aku hanya ingin mendengar penjelasan mu secara detail, tentang bagaimana kau bisa mendapat ide membuat design itu atau hal-hal yang tadi belum kau sampaikan saat rapat. Karena saya yakin kau ingin memberi penjelasan yang lebih tentang design mu, tapi karena kau gugup, kata-kata itu jadi tidak keluar." Cepat-cepat Bratt mengklarifikasi agar Alea tidak salah paham.
"Oh.." Alea membulatkan mulutnya.
Alea pun menyalakan tabletnya dan membuka file dimana ia menyimpan hasil design yang tadi ia presentasikan.
"Jadi..." Alea pun mulai mempresentasikan ulang hasil design-nya pada Bratt secara privat.
*
*
*
Bersambung...