SPIN OFF NOVEL "ISTRI PENGGANTI CEO"
Alexander David Mahendra adalah seorang pengusaha yang sukses, membawa perusahaan keluarganya menjadi perusahaan kampiun di kancah nasional dan internasional. Sikapnya yang terkenal arogan, tegas dan keras membuat siapapun tidak berani membantah perkataannya.
Di balik sikap kerasnya, David memiliki pengalaman masa lalu yang membuatnya tidak mudah jatuh cinta. Dan bertemulah ia dengan Adrena Clarissa Putri.
Adrena Clarissa Putri adalah seorang Waiter Pub, yang di datangi David. Karena sesuatu hal, Rena dapat menarik perhatian David dari sekian banyak wanita yang pernah di kenalnya itu.
Rena sendiri tidak ingin berada di lingkungan orang - orang kaya dan terpandang untuk menghindari terbongkarnya jati dirinya. Sehingga ia berusaha menjauhi David.
Dapatkah Rena menjauhi Alexander David Mahendra, saat pria itu sudah menargetkan dirinya? Dan apa rahasia masa lalu yang di miliki oleh Adrena Clarissa Putri?
Nantikan terus kisah mereka ya~~~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwiezy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Austin Leonard Alfaro
"Ah, Abang. Apaan sih. Malu tau, Bang!" Ujar Rena merasa risih dengan perlakuan Austin, Kakaknya yang menciumnya di tempat umum. Namun Austin hanya tersenyum geli.
Austin Leonard Alfaro adalah Kakak dari Adrena Clarissa Putri dan saudara satu - satunya. Rena adalah anak kedua dari Almarhum Alfaro,seorang pengusaha yang dahulu terkenal karena kesuksessannya. Namun, mengalami kebsngkrutan di akhir hidupnya.
"Abang mau apa kesini?" tanya Rena. Rena memang tidak ingin orang lain tahu,jika ia dan Austin adalah saudara kandung. Dan Rena memang membatasi interaksinya dengan sang Kakak di tempat umum.
"Kita makan siang, yuk. Abang lapar! Udah lama kita nggak makan bareng kan?" ujar Austin sambil memandang adiknya dengan tatapan sayang.
Sudah lama sekali ia tidak pernah bertemu dengan Rena. Rena selalu menolak setiap kali ia ingin bertemu atau mengajaknya keluar
"Abang," ujar Rena protes sambil memandang ke kakaknya itu.
"Ayolah Na, abang janji nggak ada yang akan lihat kita," ujar Austin sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.
Dan Rena pun menyerah. Ia pun sebenarnya rindu dengan Kakaknya itu. Sudah lama, sejak terakhir kali mereka bertemu.
"Nah begitu dong!" Ucap Austin dengan gembira, sambil meraih lengan adiknya yang hanya terpaut usia 4 tahun itu dan mengajaknya berjalan menuju mobilnya di parkiran apartemen.
"Kakimu kenapa, Na?" tanya Austin sambil berhenti berjalan, menyadari Rena jalannya sedikit pincang dan ia memperhatikan celana adiknya yang sedikit sobek di bagian dengkul.
"Gak pa - pa, Bang. Rena tadi habis jatuh adri motor," ujarnya sambil terus berjalan.
"Kok bisa, Na? Kita ke Dokter dulu ya?" ujar Austin yang khawatir jika sesuatu terjadi dengan adiknya.
"Nggak usah, Bang. Lagian ini cuma lecet aja. Nanti juga sembuh," ujar Rena berusaha meyakinkan Austin, sambil terus berjalan dan matanya terus mencari mobil milik Kakaknya di parkiran yang ada di hadapannya. Austin masih meraih lengannya dan mengarahkannya pada mobil SUV berwarna hitam tak jauh dari mereka.
"Bener kamu nggak pa - pa?" tanya Austin memastikan.
"Iya Bang," jawab Rena sambil menatap mata Austin.
Dan Austin pun menyerah, tak ada gunanya memaksakan adiknya yang keras kepala itu untuk pergi ke dokter. Dan kelihatannya memang hanya lecet saja.
Austin pun mengenderai mobilnya ke halaman sebuah restoran yang cukup terkenal.
"Abang, kok kesini?" tanya Rena yang khawatir jika ada orang lain yang mengenali mereka.
"Tenang, Abang udah pesan tempat khusus untuk kita," ujar Austin sambil tersenyum, mengerti kekhawatiran adiknya. Ia mengerti kenapa Rena tidak ingin di sangkut pautkan dengan keluarga Alfaro lagi. Rena bahkan bersikeras tidak ingin menggunakan nama belakang keluarga Alfaro di nama belakangnya.
Rena mengangguk kemudian mengikuti Austin masuk ke restoran itu, melalui pintu khusus ruangan VIP.
Di ruangan restoran VIP yang tertutup. Austin memesankan makanan kesukaan Rena. Ia terlihat sangat sayang dan memanjakan Rena. Tak henti - hentinya ia merangkul adik kesayangannya itu, dan Rena pun terlihat bahagia dengan pertemuannya dengan Kakaknya itu. Sudah lama ia tidak merasakan rasanya di manja oleh sang Kakak. Dan Rena melupakan sejenak permasalahannya dengan Alexander David Mahendra.
"Na, kamu kan sudah lulus kuliah, gimana kalau kamu bantu, Abang? Abang butuh bantuan kamu karena perusahaan kita mulai berkembang cukup pesat." ujar Austin setelah ia selesai menyantap hindangan utama dan menikmati makanan penutup.
Yang di maksud Austin adalah PT. DPA ( Dua Pilar Alfaro), satu - satunya perusahaan milik Ayahnya yang masih beroperasi hingga saat ini, yang sekarang di pimpin oleh Austin.
"Kan Abang udah tau, Rena nggak mau berurusan dengan perusahaan Ayah," ujar Rena.
"Kenapa sih, Na? Kamu kan sudah besar dan nggak perlu takut, ada Abang yang akan melindungi kamu," ujar Austin.
"Nggak Bang. Rena nggak mau. Rena udah seneng dengan kehidupan yang sekarang," ujar Rena sambil memaksakan sebuah senyum.
"Rena, kerja di sana itu, lebih aman buat kamu di bandingkan kamu harus kerja di Pub. Abang nggak setuju kamu kerja di sana!" Ujar Austin yang tidak setuju Rena kerja di Pub.
"Di sana itu, banyak lelaki hidung bilang, dan Abang nggak bisa jaga kamu di sana." ujar Austin.
"Tenang Bang, Rena bisa jaga diri," ujar Rena.
"Seperti kejadian tadi malam?" tanya Austin sambil melihat Rena.
Rena terkejut. Kenapa Abangnya itu bisa mengetahui tentang kejadian tadi malam.
"Memangnya kenapa dengan tadi malam," kilah Rena.
"Kamu tidak bisa menghindar, jika terjadi hal yang sama di kemudian hari dengan pelangganmu yang lain, beruntung Alexander David Mahendra melepaskanmu tadi malam," ujar Austin.
Dari mana Abang tau, mengenai hal ini?pikir Rena.
Tentu saja Austin tahu. Karena ia tidak akan melepas adiknya begitu saja untuk bekerja di PUb, tanpa pengawasannya. Diam - diam ia telah memberikan sejumlah uang kepada Adrian, untuk menjaga adiknya itu dan menjauhkannya dari masalah.
"Abang mematai - matai aku?" tanya Rena dengan curiga.
"Tidak. Tapi kabar seperti itu sangat cepat tersebar," dalih Austin, tidak ingin adiknya tahu mengenai hubungannya dengan Adrian.
"Dan Abang ingin, kamu menjauh sejauh - jauhnya dari Alexander David Mahendra. Jangan sampai berhubungan dengan dia! Dia sama liciknya seperti Malvin!" Ujar Austin mengingatkan.
'Ah Malvin! kenapa Abang harus menyebutkan nama laki - laki itu!" Batin Rena sambil menghela napas.
Malvin Dirgantara adalah orang yang menghancurkan perusahaan Ayahnya tujuh tahun yang lalu dan Rena sangat membenci Malvin. Dialah orang yang menyebabkan kesengsaraan pada keluarganya dan membuat ia kehilangan orang tuanya.
"Rena, berjanjilah jangan terlibat hal apapun dengan Alexander David Mahendra," ujar Austin dengan tatapan yang serius.
"Iya Bang." jawab Rena. Tentu saja Rena tidak ingin memberitahukan pada Kakaknya mengenai apa yang teejadi tadi pagi, antara dirinya dan juga David. Ia tidak ingin Kakaknya bertambah khawatir atau pun menyeret Kakaknya dalam permasalahannya dengan David. Ren yakin ia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri .
Austin menghela napas lega. Ia benar - benar tidak ingin adiknya itu terlibat dengan Alexander David Mahendra. Ia memang tidak kenal dekat dengan David. Tetapi ia banyak mendengar manuver - manuver David dalam mengelola bisnis perusahaannya. Ia memang bertangan besi dan selalu mendapatkan keinginannya dengan cara apapun. Ia bisa bertindak sangat kejam, bahkan lebih kejam dari Malvin Dirgantara. Ia beruntung perusahaanya tidak pernah bersinggungan secara langsung dengan David.
"Sampai kapan kamu akan bekerja di Pub? Kalau kamu tidak ingin bekerja di perusahaan Ayah, paling tidak carilah pekerjaan lain yang sesuai titelmu. Banyak perusahaan yang pastinya akan senang menerima kamu bekerja di sana," ujar Austin. Ia sadar adiknya itu seorang gadis yang sangat pintar, cantik dan menarik, dan ia yakin Rena akan memiliki karir yang cermelang di perusahaan apapun ia bekerja, dari pada harus menghabiskan waktunya di Pub.
"Baik. Aku akan cari pekerjaan lain, jika itu bisa membuat Abang senang," ujar Rena yang melihat ke khawatiran di mata Austin.
Austin tersenyum lega mendengar perkataan Rena. Kemudian ia mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya dan menaruhnya di depan di meja Rena.
"Ambillah, Na. Kamu berhak mendapatkannya. Belilah sebuah mobil jadi Abang tidak perlu khawatir kamu akan jatuh dari motor lagi," ujar Austin.
Rena melihat kartu ATM Platinum atas namanya di meja di depannya kemudian ia menggeleng.
"Maaf Bang, Rena tidak bisa menerimanya," ujar Rena menolak halus sambil mengembalikkan kartu itu pada Austin.
Ia tahu bagaimana Kakaknya itu membangun kembali perusahaan Ayah mereka dengan usaha keras dan ia tidak ingin membuat beban pada Kakaknya itu.
"Na, Ayah meninggalkan perusahaan itu untuk kita berdua. Dua Pilar itu Kamu dan Abang. Ambillah!" Ujar Austin sambil menggeser kartu itu kembali di depan Rena.
"Abang yang lebih berhak," ujar Rena sambil menggeser kembali kartu itu ke depan Austin.
"Adrena!!" Seru Austin karena adiknya itu tidak pernah mau menerima uang pemberiannya.
"Kalau Abang masih memaksa, Rena nggak akan mau ketemu sama Abang lagi!" Ujar Rena yang tetap pada pendiriannya.
"Baiklah tapi sebagai gantinya, Abang mau kamu melakukan sesuatu," ujar Austin akhirnya.
"Melakukan apa, Bang?" tanya Rena.
"Abang mau setiap hari sabtu kamu meluangkan waktu bersama dengan Abang," ujar Austin yang melihat ini sebagai kesempatannya untuk membuat Rena mau bertemu dengannya. Karena selam ini, sangat sulit untuk memaksa Rena bertemu dengannya.
Rena berpikir sejenak.
"Baiklah Bang. Tapi, Rena tetap tidak ingin orang lain tahu kalau Rena adalah adik Abang."
"Ya baiklah," ujar Austin dengan senyum kemenangan di bibirnya. Akhirnya ia bisa membuat adiknya itu mau meluangkan waktu bersamanya.
Bersambung...
Terima kasih sudah membaca. Maaf jika masih banyak typho.
Jangan lupa, like, komen , vote dab hadiahnya.
kayak nggak ada harga diri aja