NovelToon NovelToon
Possessive Leader

Possessive Leader

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Perjodohan / Cintamanis / Kehidupan di Kantor
Popularitas:20.9M
Nilai: 4.9
Nama Author: Net Profit

📢📢📢WELCOME DI AREA BENGEK NGAKAK GULING-GULING 😂😂😂

Jesi yang sudah terbiasa dengan kehidupan bagai sultan, harus kehilangan semua fasilitas itu karena ayahnya yang ingin membuatnya menjadi mandiri. Dalam sekejap ia menjadi seorang mahasiswi magang, dan dihadapkan dengan team leader yang ganteng tapi sayangnya galak.


"kalo aja lo itu bukan pembimbing magang gue, ogah banget dah gue nurut gini. Ini namanya eksploitasi tenaga karyawan."

"Aku tau, aku itu cantik dan menarik. nggak usah segitunya ngeliatinnya. Ntar Bapak naksir." Jesika Mulia Rahayu.

"Cantik dan menarik emang iya, tapi otaknya nothing. Naksir sama bocah seperti kamu itu impossible." Ramadhan Darmawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Net Profit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RakJel

Jesi mendengus kesal berulang kali panggilannya tak mendapat jawaban baik dari Raya maupun Zidan, padahal cacing di dalam perutnya juga sudah mulai demo meminta makan. Niat hati mengajak kekasihnya makan siang bersama malah berujung nihil, tak ada hasil.

Sadari diri jika semua kartu debit maupun kredit miliknya tak bisa digunakan Jesi harus benar-benar berhemat dan mulai berhenti makan di tempat-tempat langganannya. Alih-alih pergi ke cafe depan kampus kini dirinya memilih berbelok ke koperasi mahasiswa yang selalu penuh dijam-jam istirahat siang ini.

Koperasi kampus, para mahasiswa sering menyebutnya kopma. Sudah lama sekali sejak terakhir dirinya makan di kopma, mungkin sekitar dua tahun yang lalu saat dirinya baru pertama mengikuti kegiatan pengenalan kampus di awal tahun ia masuk kuliah. Saat itu dia masih mengenakan seragam putih abu dengan papan nama yang menggantung di leher ditambah pita sejumlah tanggal lahir di rambutnya.

Jesi tertawa mengingat kenangan itu, dia memegang rambut panjangnya yang terurai.

“Haha... dulu ini rambut di pasang dua puluh tujuh pita.”

Di sisi lain para mahasiswa yang lewat mulai menertawakan dirinya dengan tatapan miris, aneh, kasihan bahkan hingga ucapan-ucapan penuh cibiran kembali di dengar oleh Jesi.

“Udah mulai gila kayaknya itu pacarnya kak Zidan.”

“Gitu deh kalo sultan turun level, auto stres nggak sanggup nerima kenyataan!”

“Kasihan banget yah.”

Ucapan-ucapan itu membuat Jesi berhenti tertawa seketika, ia melanjutkan langkahnya menuju kopma, “Yasalam kasihan banget gue sampe dikira gila, stres juga. Tapi seenggaknya masih ada juga yang kasihan sama gue.”

Memasuki area kopma yang sederhana membuat Jesi berulang kali mengipas-ngipaskan tangannya karena merasa gerah. Area kopma terbilang tak terlalu luas dengan berbagai stand makanan ada di sana membuatnya berulang kali menghembuskan nafas berat.

“Ah so hot banget.” Gerutunya dengan bahasa inggris yang asal, tangannya masih terus dikibas-kibaskan layaknya kipas. Jesi masih melihat-lihat aneka stand sambil memikirkan makanan apa yang hendak ia beli, tentunya dengan mempertimbangkan harga yang termurah.

“Jangan ngalangin jalan dong! Minggir gue mau lewat.” tiba-tiba tiga orang gadis menyenggol bahunya dengan sengaja membuat Jesi sedikit terhuyung ke samping.

“Sorry gue sengaja!” Ucap salah satu dari mereka.

Jesi hanya menatap dalam diam sembari mengusap bahunya.

“Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Nggak terima? Jangan belagu deh lo tuh harus sadar diri sekarang udah bukan anak sultan. Jangan banyak gaya.” Imbuhnya kemudian berlalu meninggalkan Jesi tanpa meminta maaf.

“Gue tandain nih yang pada ngehina gue. Meskipun sekarang gue lagi jadi rakjel tapi keluarga gue nggak bangkrut. Liat aja ntar kalo gue udah jadi sultan lagi, gue kasih pelajaran deh lo pada.” Gumamnya lirih sambil terus mengusap bahunya. Bukan bahunya yang sakit tapi hatinya merasakan hal yang lebih dari itu. Selama ini Jesi merasa tak pernah membuat masalah dengan siapa pun, dia bahkan selalu tersenyum ramah pada semua orang.

“Nggak boleh kayak gitu. Dendam cuma bikin kamu cape hati. Cukup terima dan lupakan, biar tuhan yang membalas.” Suara itu membuat Jesi menoleh, ternyata Alya teman sekelasnya. Satu-satunya mahasiswi berhijab di kelasnya. Gamisnya berwarna coklat susu serta hijab lebarnya membuat Alya terlihat anggun. Dia tersenyum seraya mengusap bahu Jesi.

“Cukup bahu aja yang sakit jangan di bawa ke hati, penyakit hati susah obatnya.” Imbuhnya.

Jesi hanya tersenyum dan mengangguk. Mendengar ucapan Alya membuatnya lebih tenang,

“Berasa dapat siraman rohani gue, thank yah!”

“Sama-sama. Mau makan di sini? Ayo bareng.” Ajak Alya.

“Yuk.”

“Mau makan apa?” tanya Alya.

Jesi menggelengkan kepala, “nggak tau. Yang penting murah dan kenyang lah.” Jawabnya kemudian mengikuti Alya yang berjalan masuk dan berbaris untuk menggambil makanan.

Saat Alya mengambil piring rotan yang kemudian dialasi dengan kertas nasi, Jesi pun melakukan hal yang sama. Hingga semua menu yang diambil Alya juga ia ikuti. Berbeda dengan stand-stand di depan sana, stand yang di pilih Alya menggunakan sistem parasmanan sehingga mahasiswa bebas mengambil makanan apa pun baru kemudian di bawa ke kasir untung dihitung harganya.

“Alya...” serunya lirih hingga gadis berhijab yang sedang mengambil cumi asam manis menoleh.

“Ini nggak mahal kan?” lanjutnya. Alya hanya tersenyum dan melanjutkan mengambil makanan.

Jesi begitu terkejut ketika kasir mengatakan jumlah uang yang harus ia bayarkan. Setelah membayar ia mengedarkan pandangannya mencari Alya yang sudah lebih dulu mencari meja untuk mereka. Tak sulit menemukan Alya di tengah-tengah keramaian karena sangat jarang mahasiswa yang berhijab lebar seperti Alya. Jesi segera menghampiri salah satu meja saat Alya melambaikan tangannya.

“Gimana mahal nggak?” tanya Alya begitu Jesi duduk di sampingnya.

“Sumpah ini sih murah pake banget, Al. Nasi, Capcay, cumi asam manis, rolade plus sambel sama lalaban cuma dua puluh ribu.”

“Dua puluh ribu loh.” Ucap Jesi lagi, kemudian mulai memasukan makanan ke mulutnya.

“Ya ampun ini enak ternyata, Al.” Imbuhnya dengan senyum ceria, awalnya ia tak menaruh banyak harapan pada makanan yang murah ini. Banyak orang bilang kan ada harga ada rasa.

Alya hanya menggelengkan kepala melihat sikap dan mood Jesi yang cepat sekali berubah. Ia pun ikut memakan makanannya.

“Gila Al, Ini adalah makan siang termurah yang pernah gue makan. Biasanya buat makan siang aja gue bisa abis seratus lima puluh ribu, belum lagi ditambah jus atau minuman dingin lain yang harganya di atas lima puluh ribu.” Ujar Jesi setelah selesai makan dengan begitu semangat.

“Besok-besok gue makan di sini lagi ah. Sekalian gue ajak Kak Zidan sama Raya juga.” Imbuhnya.

“Aku diajak nggak, Jes?” tanya Alya.

“Diajak atuh.” Jawab Jesi.

“Nah gitu udah miskin harus sadar diri dong. Mainnya juga sama yang selevel.” Lagi gadis yang tadi menabraknya mencibir dengar sadis.

Jesi sudah hendak beranjak dari duduknya namun di cegah oleh Alya, “biarin aja!”

“Lo nggak malu duduk bareng gue, Al? Anak-anak lain sekarang kayak yang ilfeel sama gue. Padahal salah gue apa coba? Apa mentang-mentang gue lagi jadi rakjel jadi mereka ngerasa gue hina gitu?” ada tatapan sedih dari wajah gadis yang beberapa detik lalu begitu bahagia hanya karena makanan murah dan enak.

“Rakjel itu apa?”

“Rakjel al, Rakyat jelata. Miskin, bukan orang kaya!” jawab Jesi.

“Oh.”

“Makasih udah mau nemenin gue Al, saat yang lain pada ngejauh. Meskipun sekarang gue cuma rakjel.”

"ntar kalo gue udah jadi sultan lagi lo mau apa pun gue bayarin."

“Rakjel atau apapun itu di mata Tuhan sama, Jes. Udah nggak usah sedih gitu. Besok-besok aku ajak kamu ke tempat makan murah yang lain.”

Pulang dari kampus di hari keduanya tanpa fasilitas, Jesi mulai terbiasa naik angkot. Meskipun panas dan desak-desakan tapi dia senang karena uangnya masih tersisa banyak.

Saat angkot berhenti karena lampu merah Jesi mengedarkan pandangannya keluar. Dilihatnya seorang lelaki dengan motor sport yang baru saja melewati angkot yang ia tumpangi dan berhenti di depan sana, seseorang yang sangat ia kenali dengan perempuan yang memeluk erat dari jok belakang.

Seketika Jesi membuka kaca demi melihat sosok itu lebih jelas. Ia sontak menutup mulutnya dan menahan air matanya yang hampir menetes. Jesi berulang kali menggelengkan kepala mencoba meyakinkan diri jika ia hanya salah orang.

.

.

.

nasi, cumi asam manis, capcay sama sambel and lalaban cuma 20k itu beneran, di kopma salah satu kampus negri di bandung. yang pernah dipake acara sunda empire wkwkkwk. tebak kampus mana coba?

tapi itu dulu pas tahun 2019 sih, nggak tau kalo sekarang harganya berapa. ah jadi kangen pen jadi mahasiswa lagi.

yasalam maafkan Jesi, eh Yesi yang malah curhat😅😅🤭

itu jempolnya jan pada pelit-pelit tekan like komen dan favoritkan!

1
Markonah Salim
aku jd ilfeel klo gni ah. gk jd terharu krn kasus nikah. ini hl sakral kok jd mainan. tau sekolah jas jus
destiana
Luar biasa
Khairul Azam
itu nanti si rama di rumah gak makan 🤣🤣🤣
Khairul Azam
didunia nyata mumet, baca novel ini jd menghibur ketawa aja 🤭🤭
Khairul Azam
itu bapaknya jas jus yg mau ditemuin 🤣🤣🤣
irma hidayat
zydan nya juga nyuruh aborsi biarkan dulu nginap diprodeo
irma hidayat
good ayah burhan
irma hidayat
makanya hidup tuh jangan jahat Dina,raya yg dituai psti sesuai perbuatan
Khairul Azam
aku lagi maskeran, baca ini langsungvretak maskerku 🤣🤣🤣
irma hidayat
hamil kayanya jasjus
Khairul Azam
itu emang disengaja jes sama ayah km, 😅😅😅
irma hidayat
ayo Jes upload aja buku nikahnya biar mereka shok
Khairul Azam
udah bener bapaknya membatasi uang jajan anaknya, anaknya dimanfaatin
endang nastusil
Luar biasa
Reni Reni
Kecewa
Reni Reni
Buruk
Jennifer Jatam
Luar biasa
Jennifer Jatam
Biasa
irma hidayat
Shok jasjus saat tau calon suaminya
irma hidayat
bikin hati jadi nano nano puny asisten kaya jasjus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!