Pesona Dokter Steven

"Bener kamu bakal pertahanin aku apapun yang terjadi? Ampe titik darah penghabisan?" tanya Rimba iseng.

"Ya nggak segitunya juga kali Rim, emang kita dalam keadaan perang," sahut Steven sambil merapihkan anak rambut Rimba yang menutupi wajahnya.

"Itu perumpamaan Kak, ngegombal dikit kenapa sih," gumam Rimba mendongak, menatap wajah tampan Steven yang menunduk tengah menatapnya.

"Kalo gitu kamu bisa belah dada ini kalau nggak percaya keseriusanku," bisik Steven mengecup kening Rimba penuh cinta. Lantas ditariknya pergelangan tangan Rimba agar menyentuh dadanya.

Rimba menggeliat risih, apalagi saat kedua telapak tangannya bertengger didada Steven yang bermuatan zat adiktif itu.

"Kamu gila ya Kak! buat apa coba ngebelah dada? emang mau menjalani operasi bypass jantung," sentak Rimba panik, Wajahnya memerah.

"Gila karena kamu nggak apa-apa kan? katanya disuruh ngegombal," sahut Steven membalikkan ucapan Rimba sebelumnya.

"Iih, dasar dokter aneh!" ucap Rimba reflek mencubit perut ABS suaminya itu gemas.

Steven berjenggit tapi tawa menghiasi wajahnya. direngkuhnya Rimba ke dalam pelukannya yang hangat.

"Kamu serius cinta sama aku ya Kak?" tanya Rimba lagi, entah untuk kesekian kalinya, meyakinkan dirinya sendiri.

"Aku nggak pinter ngomong romantis Rim, buatku cinta itu action!" balas Steven genit.

"Action-nya? kayak yang kamu lakuin selama ini? atau masih ada lagi versi lainnya?" tanya Rimba sangat lugu.

"Mau aku praktekin sekarang?" Steven mengerling.

"Gimana? penasaran," sambut Rimba.

Steven tak bisa lagi menahan tawanya. dihadapannya Rimba sungguh menggemaskan, bagaimana Steven akan tega marah terlalu lama padanya?

"Bener mau sekarang? kamu udah siap?" tanya Steven.

"Siap apa? melakukan ritual malam pertama kita yang tertunda ya?" jemari Rimba sengaja meraba bagian dada Steven yang bidang, mulai membuka kancing kedua kemeja suaminya itu dari bagian atas. Entah apa yang merasukinya, Rimba sedikit agresif kali ini.

Steven tak mampu lagi menahannya, ia malah mengarahkan jemari Rimba turun ke kancing berikutnya, hingga kancing kemejanya kini sudah terlepas dan terbuka lebar, memperlihatkan dada bidang berotot dan 6 ABS perutnya yang seksi.

"Nggak ada ampun buat mahasiswi nakal kayak kamu ya!" ujarnya garang.

Rimba membasahi bibirnya dengan lidah, menggoda. Ia membuat hasrat Steven semakin berapi. Wajah Rimba makin memerah saat Steven dengan sengaja melepas kemeja dari tubuhnya, lalu menindihh tubuh Rimba sambil mengecupi leher dan wajahnya.

"Kamu udah nggak punya kesempatan buat mundur Rim!" lirih Steven sangat seksi, memaksa Rimba untuk pasrah tak berkutik. Malam itu, semua terjadi. Steven akhirnya menembus benteng pertahanan Rimba yang selama ini terjaga dengan susah payah. Semalaman mereka saling bicara, pun saling berbalas menggoda.

"Jangan ngerengek minta nambah lagi ya, kasih aku jeda," seringai Steven sambil duduk dibibir ranjang, mengambil ponselnya yang baru saja berbunyi 'Bipp' tanda notifikasi pesan. Peluhnya masih membasahi punggung dan dada, nampak berkilap memantulkan cahaya lampu tidur dari sekujur tubuhnya yang hanya dibalut low rise boxer hitamnya saja. Di ranjang, Rimba membungkus tubuh telanjangnya dengan bed cover berwarna abu muda hingga ke leher, berpaling malu.

Ada sebuah pesan yang masuk di akun instagramnya dari seseorang yang memiliki akun Rim_G19.

Rim_G19 :

Kenangan tentangmu seperti rumah bagiku. Jadi, setiap kali pikiranku mengembara, aku berharap suatu saat akan menemukan jalan untuk kembali padamu. Anata ga koishī.

Steven mengernyit, lalu mengalihkan pandangannya ke Rimba yang masih tiduran diatas ranjang, kelelahan.

"RimG19 itu akun IG kamu kan?" tanya Steven.

Rimba mendongak menatap suaminya yang masih duduk disisi ranjang sambil memegangi ponselnya. "Iya, Kenapa?"

"Kamu ngirim pesan?"

"Enggak! kapan? hp ku dari sore mati belum sempat dicas" ucap Rimba malah bingung, lantas mengubah posisinya menjadi duduk dan menutup dadanya dengan selimut.

"Ini," Steven menunjukkan pesan itu kepada Rimba.

"Ini bukan akun milikku. Punyaku nggak pake underscore, photo profilnya aja beda. Nggak jelas," sanggah Rimba sambil meneliti foto profil yang menyerupai gambar gunung bersalju itu. "Siapa ya kira-kira? tengah malem gini? iseng banget," gumam Rimba penasaran.

"Entahlah," sahut Steven seraya mengangkat bahunya.

Penasaran dan kepo, Rimba lantas mencari tahu dengan membuka beranda akun tersebut diponsel suaminya. Tak ada satu pun foto yang pernah diupload. "Misterius sekali," gumamnya. "Apa ada seseorang yang mau ngaku-ngaku jadi aku ya? sampai-sampai nama akunnya disama-samain gitu," curiga Rimba.

Steven tiba-tiba mengambil ponselnya dari tangan Rimba, "Biarin aja, jangan sampai gara-gara pesan ini malam panjang kita jadi terganggu," ujarnya seraya menyimpan ponselnya kembali di atas nakas, lantas berbalik menghadap istrinya.

Rimba mengangguk setuju. Ia pun tak akan lagi memikirkan hal-hal lainnya malam ini.

"Lanjut?" seringai Steven.

"Ya?" Rimba tersipu malu.

*

Pagi-pagi, Rimba terbangun di pelukan Steven. Ia mengerang kecil, membuat Steven yang juga terlelap disampingnya ikut membuka mata. Bukannya beranjak, Steven justru semakin memeluk erat Rimba, menarik Rimba menyusup ke dadanya.

"Aku ada kuliah pagi, Kak" gumam Rimba ke telinga Steven.

"Nanti dulu, aku masih nyaman begini," balas Steven dengan mata yang tetap terpejam.

"Nanti ketelatan," sahut Rimba menggeliat.

Tahu bahwa Rimba ingin bangun, Steven melepas pelukannya. Ditatapnya lembut wajah cantik nan mungil istrinya. Rimba seorang gadis polos yang akhirnya ia miliki tubuh dan jiwa sepenuhnya. Dalam hati Steven berjanji bahwa tak akan pernah membiarkan Rimba berjalan pergi dari hidupnya. Benar begitu??

"Masih sakit?" goda Steven iseng saat melihat Rimba sangat hati-hati bergerak.

Rimba menggeleng, "Sakitnya nggak seberapa, tapi capeknya luar biasa ya," sungut Rimba yang langsung memungut kemeja milik Steven untuk dikenakan. Pasalnya, baju yang dikenakan Rimba semalam tak sengaja dirobek Steven karena tak sabaran.

"Aku kira masih mau minta lagi," kekeh Steven nyengir.

"Dasar dokter mesum!" umpat Rimba.

Steven makin keras tertawa. Diamatinya Rimba yang hanya berbalut kemeja putih miliknya. Seksi, ceria, cantik dan menggoda. Bagaimana ia bisa menolak pesona polos istri kecilnya ini, begitu ketagihan.

.

.

.

Menikah bukanlah bisa hidup dengannya, melainkan menikah berarti tidak bisa hidup tanpanya.