Merantau ke kota bukannya mendapat ketenangan Alletta malah dikelilingi 3 pria aneh dan menyebalkan. Namun, di balik itu semua, dia diuntungkan karena mereka mau membiayai semua kebutuhannya. Alletta tidak munafik, uang adalah segalanya.
"Katakan apa yang kamu mau, saya pasti akan mengabulkan semuanya."
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Aku kira udah update kemarin, ternyata pas aku cek belum terkirim😩
****
Alletta sedang membersihkan kamar mandinya. Entah kenapa kalau tinggal sendiri, ia jadi rajin seperti ini. Beda sekali kalau di rumah dulu, jangankan menyikat kamar mandi, mencuci baju saja kadang Alletta malas.
Setelah membersihkan kamar mandi, Alletta langsung mandi dengan air dingin. Meskipun sudah sore, Alletta tetap tidak akan mandi dengan air hangat.
Brak
Gadis itu menoleh ke arah sebuah tempat sikat gigi yang terjatuh. Ia segera mengambilnya dan mengecek benda itu setelah memakai handuk kimono.
"Lem nya udah gak merekat?" gumamnya. Ia menghela nafas dan meletakkannya ke atas wastafel. Namun, sebelum itu, Alletta merasa ada sesuatu di dalam benda tersebut.
Ia mengeluarkan sikat gigi dan beberapa alat mandi lainnya dari sana. Ketika menemukan sebuah benda, Alletta langsung terbelalak kaget.
Tangan Alletta bergetar hebat. Dia menatap benda mungil yang ada di tangannya itu dengan takut.
"Kamera?" bisiknya nyaris menangis. Sedetik kemudian dia bergerak memeriksa isi kamar mandinya, takut ada yang lain lagi.
Tempat sikat gigi itu motifnya berlubang-lubang, jadi, kamera tetap bisa menyorot meskipun ada di dalam sana.
Dan benar saja, di sudut ruangan tepatnya di dekat shower ada benda kecil berwarna hitam yang serupa, Alletta segera mengambil kursi untuk ia pijak dan melepaskan kamera itu dari sana. Kenapa dia baru sadar ada benda itu di dalam kamar mandi nya?
2 kamera tersembunyi sudah dia temukan. Alletta terduduk lemas. Seseorang telah meleeccehkannya selama ini. Terlihat dari tempatnya, tentu kamera tersebut bisa melihat tubuhnya dengan jelas.
Siapa yang meletakkan benda sialan ini di sini?
Alletta bergegas beranjak mengambil ponselnya yang ada di kamar dan menelpon Keandra. Tapi, sayangnya Keandra tidak menjawab teleponnya. Kemungkinan pria itu sedang sibuk.
"Tolong angkat, Pak...," bisiknya dengan panik.
Hampir 10 panggilan tak terjawab. Ketika Alletta hendak menelpon lagi, suara bel berbunyi.
Alletta pikir itu adalah Keandra, oleh sebab itu ia langsung berlari dan membuka pintu dengan tergesa.
"Pak Ke—"
"Halo."
Suara Alletta terhenti saat melihat Lorenzo lah yang ada di sana. Gadis itu tersenyum canggung.
"Pak Lorenzo, ada apa?" tanyanya dengan sopan.
Bukannya menjawab, Lorenzo malah melirik tangan Alletta yang terkepal seperti menyembunyikan sesuatu.
"Saya ... mau ambil barang yang kamu pegang, Alletta...," ujarnya dengan senyum aneh.
Deg!
Nafas Alletta tak beraturan, matanya menatap Lorenzo dengan kaget.
"M-maksud—"
Alletta memekik ketika Lorenzo mendorongnya hingga terjatuh dengan keras. Bahkan Alletta baru sadar kalau dia masih pakai handuk kimono.
Dan sekarang Alletta paham, Lorenzo lah yang telah memasang kamera tersembunyi di dalam kamar mandinya.
"Pak, tolong jangan begini..." Alletta memohon. Dia mundur saat Lorenzo berjalan mendekat.
"Kamu mengharap apa dari saya, Alletta? Kamu pikir, saya adalah orang baik?" bisik Lorenzo. Pria itu berjongkok dan mencengkram dagu Alletta.
Matanya menatap badan Alletta dari atas sampai bawah. "Saya sudah lihat semuanya," ujarnya lalu tertawa puas.
Alletta langsung memeluk tubuhnya sendiri. Ia sangat ketakutan sekarang. Lorenzo yang dia pikir sangat berwibawa, ternyata semua itu hanyalah cover belaka.
"Ayo, kita senang-senang sekarang."
Tanpa aba-aba, Lorenzo menggendong Alletta ke kamar. Alletta memberontak dan memukuli tubuh Lorenzo dengan kencang.
"Lepasin atau saya akan tuntut Bapak?!" pekik Alletta.
"Saya gak takut."
Sekuat tenaga Alletta berusaha melepaskan diri dari Lorenzo, bahkan lengan Lorenzo sudah penuh dengan cakarannya.
Bruk
Alletta dihempaskan begitu saja ke atas ranjang. Lorenzo tersenyum jahat sembari menatap wajah ketakutan itu.
"Bersikap patuh sama saya kalau gak mau video kamu tersebar," ujarnya mengancam.
Tentu saja Alletta semakin takut. Jejak digital tidak akan pernah hilang. Sekalipun video itu sudah dihapus, pasti orang lain ada yang menyimpan dan itu akan semakin tersebar luas.
"Pak, saya mohon..." Alletta menatap Lorenzo dengan sendu.
Bukannya kasihan, pria itu malah tersenyum lebar. "Kamu sekksssi sekali, Alletta. Saya gak tahan."
Alletta menangis sejadi-jadinya, dia meringkuk di ujung ranjang sambil menyelimuti tubuhnya. Lampu tidur yang ada di nakas dia lempar ke arah Lorenzo, lalu remot AC, botol minum serta benda-benda lainnya, tapi Lorenzo berhasil menghindar dan malah terus mendekat.
Sambil menangis, Alletta turun dari ranjang dan berlari ke arah pintu.
"Akkhhhh!" pekiknya ketika Lorenzo menarik rambutnya dengan kencang.
"Berani sekali kamu melawan saya," geram Lorenzo.
Alletta menggeleng berkali-kali. Dia berusaha melepaskan jambakan itu, tapi sia-sia. Lorenzo kembali menyeretnya ke ranjang dan langsung menindihnya.
Tangan Alletta reflek menahan dada Lorenzo saat pria itu hendak menciumnya.
"Saya benar-benar gak akan maafin Bapak sampai kapanpun!" pekik Alletta dengan marah.
Lorenzo tersenyum miring. "Saya gak peduli."
Alletta mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong Lorenzo, setelah Lorenzo lengah, Alletta mengambil sebuah vas bunga yang cukup besar, lalu ia lempar ke arah Lorenzo hingga pelipis pria itu berdarah.
Merasa sudah cukup, Alletta buru-buru keluar kamar dan mengunci pintu dari luar. Sedangkan dirinya langsung keluar dari apartemen mencari pertolongan.
Tepat saat Alletta berlari ke luar, Keandra datang dengan langkah buru-buru hingga tak sengaja menabrak Alletta.
"Alletta!" Keandra berjongkok untuk menolong Alletta.
"Pak Kean!" Alletta langsung memeluk Keandra dengan erat, tangisnya pecah, ia menangis dengan kencang hingga membuat beberapa orang ikut menghampirinya.
"Tenang, saya di sini," bisik Keandra. Dia menatap ke dalam apartemen Alletta, dia bisa melihat teriakan seorang pria di dalam kamar Alletta.
"Apa kamu dileccehhkan, Nak?" tanya seorang wanita yang tinggal di sana. Ia melihat pakaian Alletta yang compang-camping.
Tangis Alletta semakin kencang, dia juga memeluk Keandra dengan erat untuk menyembunyikan wajahnya.
"Telpon polisi sekarang, saya akan datang ke kantor polisi setelah ini," ujar Keandra pada seorang pria muda.
Setelahnya, Keandra langsung menggendong Alletta dan membawanya pergi dari gedung apartemen itu.
Tenggara dan Reygan baru tiba, mereka menatap Alletta dengan khawatir. Tadinya mereka bertiga sedang berkumpul seperti biasa untuk membahas bisnis, tapi ternyata Keandra mendapati 10 panggilan tak terjawab dari Alletta. Tanpa menunggu lagi, Keandra langsung bergegas menuju apartemen Alletta. Tenggara dan Reygan yang bingung pun akhirnya mengikuti meskipun mereka tertinggal jauh.
"Ada apa?" tanya Reygan khawatir.
Keandra hanya diam melirik Reygan, dia menatap Alletta yang masih menangis dalam pelukannya.
"Kalian urus dia, biar Alletta aku yang urus," ujar Keandra lalu masuk ke dalam lift.
Tenggara mengangguk. Ia dan Reygan segera kembali ke apartemen Alletta. Sebentar lagi polisi akan datang.
Sedangkan di dalam kamar, Lorenzo sedikit panik ketika dia dijebak. Tidak ada jalan keluar sekarang. Pria itu tampak frustasi.
"Sial, kenapa dia bisa kepikiran ngurung saya di sini?" gumamnya tak habis fikir.
****
Keandra membawa Alletta ke rumahnya yang penjagaannya ketat. Setelah sampai, Keandra langsung membawa Alletta ke kamar.
"Tolong siapkan makanan," ujarnya pada pelayan yang sudah dia sewa.
"Baik, Tuan."
Keandra melanjutkan langkahnya dan merebahkan tubuh Alletta ke atas ranjang.
"Jangan nangis, saya di sini," kata Keandra dengan lembut. Dia menyelimuti tubuh Alletta yang masih terbalut handuk kimono. Wajah gadis itu terlihat kacau, air mata dan keringat bercampur jadi satu, bahkan rambutnya pun acak-acakan.
Keandra ikut naik ke atas ranjang dan memeluk Alletta.
"Saya pastikan dia dapat hukuman yang setimpal," bisiknya.
"Takut, Pak...," isak Alletta.
"Ssstttt, saya di sini, gak akan ada yang berani ganggu kamu lagi, Alletta," bisik Keandra, dia mencium kening Alletta dengan lembut berusaha menenangkan si gadis.
bersambung...
Alur cerita dari awal sampai akhir sudah aku tulis dibuku, cuma masalah utamanya itu aku sendiri, soalnya kadang ga mood nulis😔 kalau aku mood nulis, pasti bakal double up dehh. penyakit author ya gini;D
⚠️kalau ada huruf double/typo itu disengaja yaa
mga aletta ga trauma,trs videonya blm d sebar.....ngerii....
kean mkin ksni mkin ksna.....
d luarn aja galak,glirn sm pwangnya mlah meshuuummmm....🙈🙈🙈
btw,slmt brjuang buat fans'ny aletta...
Aletta mbuk?????
kl kthuan kean,alamt d gntung....mna 2 rivalnya dsna pula.....nyri gara2 nih aletta....
nyetir sndri pula....
Cckkk.....kean emng udh bucin akut,mskpn ga mau ngaku sih....
Abs ni,spa lg????
Alamt kean kbakaran kl rivalnya nmbah lg.....🤣🤣🤣