NovelToon NovelToon
Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Gadis Penjual Jamu Dan Tuan Impoten

Status: tamat
Genre:Mafia / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Anak Kembar / Disfungsi Ereksi / Tamat
Popularitas:847.7k
Nilai: 4.7
Nama Author: Pena Remaja01

Daniel Van Houten—seorang mafia berdarah dingin, kejam, dan disegani. Tak pernah membayangkan akan menerima vonis memalukan dari dokter: ia didiagnosis impoten. Tapi Daniel bukan pria yang mudah menyerah. Diam-diam, ia mengirim orang kepercayaannya untuk mencari gadis polos nan perawan, dengan harapan bisa menghidupkan kembali gairah yang lama padam.

Sampai pada suatu malam, harapannya terjawab. Seorang gadis berlesung pipi, polos dan menawan, berhasil membangkitkan sisi pria yang sempat hilang dalam dirinya. Namun karena sikap arogan dan tempramental Daniel, gadis itu justru ketakutan dan melarikan diri tanpa jejak.

Empat tahun berlalu, takdir mempertemukan mereka kembali. Tapi kali ini, gadis itu tak datang sendiri—ia membawa tiga anak kecil yang menggemaskan, penuh keberanian, dan... sangat mirip dengan Daniel.

---------

"Unda angan atut, olang dahat na udah tami ucil, iya tan Ajam?" – Azkia "Iya, tadi Ajam udah anggil pak uci uat angkap olang dahat na." – Azam "Talau olang d

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Apa Nona ingin mandi?" tanya Susi setelah Ayang menghabiskan mangga yang di bawanya.

Ayang menggeleng sambil menyilangkan kedua tangan di dada, seperti orang tengah kedinginan.

"Baiklah, kalau begitu saya mau bawa piring ini kebelakang dulu."

Ayang mengangguk.

Susi pun pergi keluar kamar membawa piring kotor bekas mangga dan sarapan tadi.

Ayang merebahkan tubuh di ranjang, sambil menatap langit-langit kamar, karna memang keadaan fisiknya belum begitu pulih.

Abang kemana? Kenapa belum juga datang?

Ayang membatin, teringat kata-kata Dani yang berjanji akan datang membawanya pergi.

"Selamat pagi Nona!" sapa seorang wanita  berjas putih, masuk kedalam kamar bersama Susi.

Ayang segera duduk. Menatap heran kehadiran dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan Nona?"

Ayang mengambil alat tulisnya, lalu menulis sesuatu di sana. Saya baik-baik saja, Dok. 

Dokter tersenyum ramah. "Syukurlah kalau begitu," ucap dokter, kemudian duduk di sebelah Ayang. "Kata Bik Susi, Nona kedinginan ya?" ujar dokter seraya meraba kening Ayang.

Sedikit Dok. tulis Ayang.

"Tadi Susi juga bilang Nona habis makan mangga ya?"

Ayang mengangguk pelan seraya tersenyum kikuk.

Kemudian dokter meraih sebelah tangan Ayang, yang masih terlihat bekas jahitan. "Lukanya sudah lumayan kering. Biar Bu Dokter bantu bersihkan ya?"

Ayang mengangguk.

Dokter mulai membersihkan luka di pergelangan tangan Ayang sambil mengajaknya mengobrol ringan.

Tiba-tiba Ayang kembali merasakan mual, lalu berlari ke kamar mandi. Dokter tersebut mengikutinya, membantu mengusap tengkuk Ayang.

Setelah selesai, dokter membantu Ayang berjalan menuju ranjang.

"Apa bulan ini Nona sudah haid?" tanya dokter setelah duduk di ranjang.

Ayang menggeleng pelan, tubuhnya memang terasa lemah akibat sudah beberapa kali muntah pagi ini.

"Kapan Nona terakhir haid?" tanya dokter lagi.

Ayang mengingat-ingat, memang rasanya sudah lama sekali tamu bulanan itu tidak mendatanginya.

"Lupa." Ayang menggerakkan bibirnya sambari menggelengkan kepala.

"Sekarang apa yang Nona rasakan?"

Ayang mengambil alat tulisnya, dan menulis sesuatu di sana. Pusing, mual dan lemas, Bu Dokter. 

"Sekarang Nona istrahatlah. Obatnya jangan lupa di minum. Nona sudah sarapan kan?"

Ayang mengangguk.

.

.

.

.

Baru saja dokter keluar kamar, tiba-tiba ponselnya berdering.

"Hallo Tuan?"

"Apa kau sudah memeriksanya?" tanya Daniel di ujung sana.

"Hm, sudah Tuan, tapi...?" Dokter menggantung kalimatnya.

"Tapi apa? Katakan yang jelas!" tekan Daniel.

"Sepertinya, gadis itu sedang hamil Tuan."

"Hamil?

"Ka-kau serius?"

"Baru prediksi saya Tuan, untuk memastikan, ada baiknya di lakukan pemeriksaan di rumah sakit."

"Baiklah."

Sambungan telepon pun dpuruskan Daniel.

Kemudian dari tempatnya berada, Daniel menghubungi Susi, menyuruhnya membawa Ayang ke rumah sakit.

.

.

.

Setelah Ayang bangun tidur, Susi melakukan apa yang di perintahkan Daniel, membawanya kerumah sakit. Tadinya Susi beralasan hanya ingin memeriksa pembengkakan di leher Ayang yang masih menggunakan alat bantu.

Namun, tiba dirumah sakit Ayang keheranan karna ia di bawa ke poli kandungan.

"Kita mulai periksa ya."

Ayang semakin kebingungan ketika dokter mulai menaruh benda kecil yang sudah di beri gel bening ke perutnya.

Kemudian dokter menghidupkan layar monitor di dinding.

"Lihatlah di dalam perut Nona sekarang ada makhluk yang sedang berkembang," ujar dokter seraya tersenyum.

Ayang semakin keheranan. Ia bertanya pada dokter dengan menggerakkan bibirnya.

Dokter pun menjelaskan pada Ayang, jika saat ini dirinya tengah hamil 4 minggu.

Tidak, ini tidak mungkin! 

Ayang menggeleng tidak percaya, dirinya shock ketika mengetahui tengah berbadan dua. Hamil diluar nikah. Tentunya itu sebuah aib besar baginya, air matanya jatuh begitu saja.

Dokter keheranan, melihat Ayang yang menangis.

Susi kemudian menyuruh Beti agar membawa Ayang keluar dari ruang poli tersebut, menuntunnya berjalan ke parkiran.  Sementara Susi masih bicara dengan dokter.

Sepanjang perjalanan menuju rumah, Ayang terus saja menangis.

"Jangan lakukan itu Nona." Susi mendekap tubuh Ayang, ketika tangannya memukul perutnya sendiri.

Tangis Ayang semakin pecah dalam pelukan wanita yang hampir menyentuh usia setengah abad itu.

"Janin itu tidak bersalah Nona, jangan hukum dia," ucap Susi sambil mengusap punggung Ayang.

.

.

.

* * *

"Hahaha, Regan kau dengarkan, aku akan punya anak." Daniel tertawa memberikan kertas hasil pemeriksaan Ayang tadi siang pada Regan.

Beberapa menit yang lalu, setelah mendengar kabar dari Susi jika Ayang hamil, ia dan Regan segera menuju tempat kediaman Ayang tinggal.

"Tapi Tuan, Dokter menyarankan agar Nona  tidak stress, karna bisa berdampak buruk bagi perkembangan janinnya."

Tawa Daniel seketika lenyap, matanya menatap tajam pada Susi. "Maksud kau apa?"

"Maaf Tuan, sejak dari rumah sakit sampai sekarang Nona terus saja menangis. Dia juga tidak mau makan siang."

"Kenapa bisa begitu?" Rahang Daniel terlihat mengeras.

"Sa-saya tidak tahu, Tuan," ucap Susi mulai ketakutan.

Daniel kemudian masuk kedalam rumah, menuju kamar tempat Ayang berada. Perlahan ia mendekati ranjang tempat Ayang yang tengah berbaring miring menghadap tembok.

"Ekhem!"

Ayang menoleh dan seketika ia duduk memeluk kedua lututnya. Tubuhnya gemetar hebat.

Daniel melangkah mendekat, membuat Ayang semakin beringsut mundur.

"Kenapa kau belum makan?"

Ayang menggeleng, seluruh tubuhnya semakin gemetar.

Daniel menghela nafas. "Aku tidak makan orang, kenapa kau begitu takut padaku?"

Ayang tidak menjawab, tubuhnya semakin bergetar hebat.

"Baiklah, aku akan pergi!" Daniel segera berbalik badan melangkah keluar dari kamar tersebut karna melihat Ayang yang semakin ketakutan.

Di luar kamar, Daniel meraup wajahnya, lalu menatap pada Susi. "Aku tidak mau tahu, kau tanyakan pada dia! Apa yang dia inginkan! Kau paham!"

"Iya Tuan."

"Bagus!"

"Dan satu hal lagi! Aku tidak ingin dia kenapa-napa, apalagi sampai calon anakku tidak berkembang seperti yang kau katakan! Kau pastikan dia makan yang banyak!" tekan Daniel

"Baik Tuan."

Daniel menarik nafas dalam, lalu melangkahkan kakinya menuju mobil terparkir.

Setelah mobil Daniel menghilang, Susi segera masuk ke dalam kamar Ayang, di lihatnya Ayang masih meringkuk ketakutan di sisi ranjang.

"Ya Tuhan, Nona!" Susi bergegas mendekat dan memeluk tubuh Ayang yang masih bergetar hebat.

.

.

.

Sore harinya, Daniel menghubungi Susi, menanyakan keadaan Ayang. Susi menjawab apa adanya, jika Ayang hingga saat ini belum juga mau makan. Susi menyarankan Daniel agar membawa saudara Ayang untuk membujuk.

Lantas Daniel menyuruh Regan membawa Dani ke tempat Ayang tinggal.

Tidak susah menemukan Dani karna orang Regan selalu membuntutinya.

Malam menjelang Dani sudah berada di kediaman tempat Ayang tinggal.

"Ay." Ragu-ragu Dani berjalan mendekati Ayang.

Ayang menoleh, dan seketika bangkit dari tidurnya, berlari memeluk Dani.

"Ay, lu kenapa lagi?" Dani mengurai pelukan, kemudian menangkup kedua pipi Ayang.

Ayang masih sesugukan menangis, hingga pipinya terlihat basah.

"Jangan cengeng, Lu bukan anak-anak lagi," kata Dani seraya menyeka air mata di wajah Ayang.

Ayang masih saja menangis.

"Kalau Lu masih nangis, Gue pergi nih."

Ayang menggeleng, menahan kedua tangan Dani.

"Mangkanya diam."

Kemudian Dani membawanya duduk di tepi ranjang. Dani menatap Susi yang berdiri mematung di samping ranjang.

"Dia robot atau orang sih?" gumamnya membuat sudut bibir Ayang sedikit tersenyum.

Ayang mengambil alat tulisnya, lalu menuliskan sesuatu disana. Bik, bisa keluar dulu gak? Ayang memperlihatkan tulisannya pada Susi.

"Baiklah." Susi pun keluar dari ruangan itu.

"Enak Lu Ay, tinggal perintah aja itu robot lansung menurut."

Ayang menulis lagi di kertasnya. Abang kapan bawa Ayang pergi? 

"Ay, gue bukan gak mau bawa Lu pergi. Tapi kita mau pergi kemana, Ay?"

Ayang kembali menulis. Kampung Ayah. 

"Emang Lu tau kampung Ayah di mana?"

Ayang menggeleng, wajahnya berubah sedih, karna sejak lahir ia tak pernah berjumpa dengan sosok pria yang selalu di rindukannya itu.

Dani yang menangkap perubahan raut wajah adiknya. Mengalihkan pembicaraan. "Ay, Gue lapar nih, Lu gak niat nawarin Gue makan. Pasti makanan di sini enak-enakkan?"

Ayang lansung memukul lengan Dani. Kemudian menulis lagi. Abang, Ayang gak mau tinggal di sini.

"Lah, kenapa? Kan enak Lu tinggal di sini. Rumah bagus, ada pembantunya, ini ruangan juga sejuk. Enak banget jadi Lu, Ay."

"Iiiih." Ayang mencubit lengan Abangnya yang memang kalau bicara tidak pernah bisa serius.

"Akh.. Sakit, Ay. Tau begini Gue gak mau lagi datang kesini." Dani meringis sambil mengusap bekas cubitan Ayang.

Ayang minta maaf, lalu mengusap bekas cubitannya.

"Ay, Gue benar-benar lapar nih. Ayo kita makan dulu."

Ayang mengangguk dan mengajak Dani keluar.

"Pasti makanan di sini enak-enak kan?"

1
Ruk Mini
uang mank ga ada sodarany ye thorr
aleena
gimana masalah mau kelar, saling menutupi
ayolah ayang, bicarakan apa yga da dikepalamu
aleena
nah azam kalah telak ,klo urusan mainan/Drool//Drool//Drool/
Cicih Sophiana
Din kamu laki laki yah...
Cicih Sophiana
semoga Ayang gak bertemu si Daniel lg
Cicih Sophiana
jd kasian sama Dani... ngeri di bunuh sama si Daniel
Nor Azlin
thor kenapa aku cari calon isteri pilihan bunda nya enggak ada toh😂😂😁😁 apa belum relis yah...tetimakasih atas cerita nya yah keren banget semoga cerita anak2 ayang sama si Daniel lebih dari perjalanan hidup kedua orang tua nys yah ...lanjutkan thor
Sasa Sasa: Udah kak. 😅.Carinya di akun aku kak. Klik nama pena. di sana udah ada kok
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
Wa'alaikumussalam..
terimakasih thor untuk karya nya
Nuri 73749473729
yahh kok sudah tamat aja Thor... jangan lupa extra partnya thott
ardiana dili
Terima kasih Kak
ardiana dili
lanjut
La Rue
thank you author
partini
oh jadi ini Airin yg suka ma Asam jadi kaya Rajendra ma chia tapi di sini Airin jadi jahat
Sasa Sasa: Perasaan sudah saya buat kak, Leukimia.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@: mungkin maksudnya thor sama2 anak asuh tp bs saling suka gitu. tp airin sakit apa sih koq ga dijelaskan. nasibnya si bambang dan alexander juga belum jelas
total 8 replies
Asih Sulastri
wah aku tunggu cerita azam yang suka nyebelin...😁
Samsiah Yuliana
lanjut lagi lah Thor 🙏🙏🙏
Resyaaro
yahh...udah mau tamat ajaa...padahal masih seru cerita bundanya si kembar. Yaudah deh gpp...yang penting seru ya thor cerita selanjutnya
Nor Azlin
karisma mafia nya udah hilang mbak kerana di ambil sama Ayang yang super bawel & keras kepala yah😂😂😂😁😁😁 kerana keras kepalanya itu membuat dia mudah percaya pada orang yang tidsk di kenali nya sampai2 dia di culik orang yah ...terlslu percaya diri sudsh di bagi amaran sama anak nya si Azam malah ngotot mau bantu orang ...bantu tu bantu tspi denhan cara lain kan bisa lagian kan ada anak2 nya yang mau pulang dari sekolah kan mereka belum makan siang tau2 ajalah ini tidak mikir msu bantu orang dulu mengabaikan anak2 yang masih kecil untuk membantu orang malah tempat nya jauh lagi bego amat jadi ibu ...sudahcanak 5 aja madih ke anak2kan tidak matang harus nya dia lebih berhati2 yah bukan sekali dua mereka di teror yah masih aja tidak peka ...si Daniel juga tidak terus terang aja pada si Ayang kenapa tidak mau anak2 nya bersekolah ketana apa itu juga tidak dibagi tau itu juga masalah terbesar diri nya sebagai mantan mafia yah ...walau pun mantan mafia tapi itu engak bisa luntur kan begitu aja kerana mafia tetsp berjiwa mafia walaupun udah mundur dari clan mafia nya tapi kewibawan itu masih tetam ada lho...lali ini aku lihat mantan mafia nya langsung tidak berdaya begitu aja yah ...semoga Bastian bisa menyelamatkan mereka deh ...lanjutkan thor
Cicih Sophiana
tapi kasian dong Dani nya... pasti di siksa anak buah si Daniel
Nuri 73749473729
lanjut
Nana Meidian
seneng deh liat ayang akur sama bng Tian. gimana ya Daniel posesif GK trhadap ayang yg dket KK nya 🤣🤣jgn cmburu ya Daniel. kn bng Tian jg KK nya ayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!