NovelToon NovelToon
Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Mundur Atau Terus Mengejarnya?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Mafia / Diam-Diam Cinta / Idola sekolah
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Ladies_kocak

Malam itu, Gwen seorang gadis remaja tidak sengaja memergoki cowok yang dia kejar selama ini sedang melakukan pembunuhan.

Rasa takut tiba-tiba merayap dalam tubuhnya, sekaligus bimbang antara terus mengejarnya atau memilih menyerah, Karena jujur Gwen sangat takut mengetahui sosok yang dia puja selama ini ternyata seorang pria yang sangat berbahaya, yaitu Arsenio.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ladies_kocak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21

Di tengah keramaian restaurant yang penuh dengan suara gemerincing piring dan gelak tawa, Agatha duduk dengan raut wajah yang tegang. Matanya melirik ke arah piring makanannya yang sudah siap di meja, namun tangan-tangannya tidak henti-hentinya meremas serbet dengan gelisah.

Di seberangnya, Eliano, kekasihnya, hanya bisa tersenyum melihat tingkah Agatha yang tampak sangat gugup. "Kita mau ketemu bunda aku, Yank, bukan ikut militer," bisik Eliano mencoba meredakan ketegangan.

Agatha memukul pelan lengan Eliano, tatapan matanya menunjukkan kesal yang bercampur cemas. "Jangan ngeledek tahu, aku gugup. Jangan-jangan bunda kamu mau kita putus," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Eliano hanya tertawa kecil, kemudian dengan lembut mengetuk dahi Agatha. "Kamu banyak mikir, Sayang," katanya sambil masih mempertahankan senyumnya yang lembut.

"Penampilan aku ok nggak?" tanya Agatha lagi.

"Cantik" puji Eliano dengan senyum goda.

"Aku serius tahu, takut nanti bunda kamu merhatiin penampilan aku," sergah Agatha kembali menegakkan tubuhnya, hingga matanya tak sengaja bertubrukan dengan orang yang sedang mereka tunggu.

Agatha memukul-mukul paha Eliano tanpa melepaskan pandangannya ke pintu masuk restaurant."Bunda kamu datang,"

Sementara itu, dari kejauhan, sosok seorang wanita paruh baya mendekat ke arah mereka. Raut wajahnya tenang dan penuh kewibawaan, membuat jantung Agatha semakin berdegup kencang. 

Eliano berdiri dan menarik Agatha untuk turut berdiri, "Bunda sama siapa ke sini?"

Nella turut duduk di hadapan mereka berdua, menatap sekilas Agatha yang tampak gugup. "Bunda sama Dara, dia langsung ke toilet tadi,"

Eliano mengangguk, "Bunda, ini Agatha, pacar aku,"

Agatha bangkit dan ulurkan tangannya yang sedikit gemetar untuk bersalaman. Nella meraihnya dengan senyuman lembut yang menyembunyikan rasa ingin tahu di balik matanya.

"Tanganmu dingin, Agatha," ucap Nella seraya memicingkan mata. "Kamu takut padaku?" tanya Nella dengan nada gurau.

"Ha!?" Ekspresi Agatha berubah menjadi kaget, kepalanya terangkat seolah mencari dukungan. "Tidak, Tante," jawabnya sambil menggeleng, mencoba menyembunyikan kegugupan.

"Ah, kamu tidak perlu takut, Tante kan tidak makan orang," canda Nella, dan sejenak suasana menjadi lebih santai.

"Bunda," potong Eliano, matanya berbinar serius. "Setelah kami lulus, kami berencana menikah. Bagaimana menurut Bunda?"

Nella memandang Agatha, matanya menajam. "Kamu mau kasih apa ke anak saya? Anak Tante satu-satunya ini."

Suasana kembali menegang. Agatha mulai meremas tangannya yang semakin dingin, sementara Eliano melotot tidak percaya.

"Bun," tegur Eliano pelan, namun Nella mengangkat tangan, memberi isyarat agar dia tidak mengganggu.

"Nah, bagaimana menurutmu, Agatha?" tanya Nella sekali lagi, menunggu jawaban yang menentukan.

Agatha menghela nafas berat, matanya tertuju pada Nella yang sedang mengaduk kopi. "Aku mungkin tak punya banyak harta, tapi aku akan berusaha memberikan segala yang El inginkan dari saya," katanya dengan suara pelan, seraya menoleh kepada Eliano yang tampaknya lega mendengarnya. Nella tersenyum tipis.

"Jadi, El, apa yang kamu harapkan dari calon istri kamu ini?" tanya Nella sambil menunjuk Agatha yang mulai merasa diakui.

Eliano mengusap kepala belakang Agatha perlahan. "Aku tidak minta apa-apa, Bum. Aku hanya ingin dia bahagia bersamaku," jawabnya dengan penuh kelembutan.

Agatha terenyuh, air matanya hampir terjatuh, rasa terharu dan lega bercampur. "Baiklah, saya merestui kalian," ucap Nella, membuat mereka berdua tersenyum bahagia.

Setelah sesaat hening, Agatha bertanya dengan ragu, "Kenapa tante tidak bertanya tentang orang tua saya?"

Nella menatapnya, "Kamu ingin membicarakan mereka? Baiklah, ceritakan saja kepada saya."

Agatha mulai menegakkan tubuh, matanya menyiratkan beban. Bagaimanapun Nella wajib tahu asal-usul nya. "Seperti yang Tante dengar," suaranya bergetar, "saya anak dari luar nikah. Saya tidak punya orang tua, Tan. Mama saya meninggal saat saya berusia dua tahun, dan saya tinggal bersama Tanteku. Sekarang Tanteku juga ikut Mama. Sedangkan Papa..." Katanya terpotong, napasnya tertahan. Dia menekan kukunya ke dalam telapak tangannya, tanda kegelisahan yang sudah sering muncul.

Nella, yang mendengarkan, hanya bisa mengangguk, penuh empati namun tak mau mengganggu. Agatha berhenti bicara, matanya berkaca-kaca. Nella akhirnya mengangkat tangan, menawarkan penghentian pembicaraan. "Sudah cukup, Agatha. Tidak usah diceritakan lagi. Saya sudah tahu semua tentang masa lalu kamu, tentang siapa ibumu, siapa ayahmu," kata Nella lembut.

"Tante tahu mereka?" Agatha terkejut, nadanya penuh harap.

"Ya, tante kamu sering bercerita tentang kakaknya dan ponakannya. Saya kenal baik dengan Tante kamu," jawab Nella, matanya penuh kehangatan.

"Asal kamu tahu, saya sahabat baik Tante kamu," lanjutnya, memberi kejelasan dan menghapus keraguan di hati Agatha.

Agatha tak bisa menyembunyikan senyumnya yang merekah. "Saya tak menyangka tante ini sahabat Tante Yolla," ucapnya penuh kejutan.

"Mungkin dulu kita sering bertemu, Agatha. Tapi kamu pasti tidak bisa ingat, karena waktu itu kamu masih sangat kecil," ungkap Nella lagi. Agatha hanya tersenyum lega.

Pembicaraan mereka mendadak terpotong saat Aldara menarik kursi dan duduk di samping Nella. "Udah?"

"Udah Bun," sahut Aldara.

"Ayo, kita mulai makan," ajak Nella sembari mengalihkan perhatian. Makanan dihidangkan, dan mereka mulai menyantap dengan tenang.

Agatha menangkap sesuatu yang aneh dari Aldara yang kini lebih banyak diam, padahal biasanya dia selalu mencampuri urusan Agatha dengan Eliano. Matanya seakan-akan menghindari kontak mata dengan Agatha.

Saat itu, seorang perempuan mendekat dan menyapa Nella. "Tante Nella?" serunya. Semua orang di meja itu terkejut, menoleh serentak.

"Seina?" Nella bangkit dari kursi dan mereka berpelukan.

"Bagaimana kabarmu, Tante?" tanya Seina dengan kehangatan.

"Tante baik, kamu kapan sampai di sini?"

"Tadi malam, pesawatnya baru mendarat," jawab Seina, dan Nella hanya mengangguk mengerti.

"Kalian sudah saling kenal?" tanya Nella, raut wajahnya menunjukkan keingintahuan.

"Kami pernah bertemu di acara kelulusan El," jawab Seina ramah.

"Ah, baguslah," Nella menghela nafas lega.

"Oh ya, Tante, boleh aku pinjam Dara sebentar?" Seina menambahkan.

Nella tersenyum, "Tentu, tapi kenapa kamu minta izin dari Tante? Kalian sedang bertengkar ya?"Nella heran, sebab Aldara dan Seina berteman baik dari kecil.

Seina menarik tangan Aldara dengan gerakan tegas, hampir tanpa perasaan. "Ada sedikit cekcok, tante. Ini mau selesaiin," ucapnya dengan nada yang cukup mendesak.

Aldara tidak melawan saat tangannya dipegang, namun matanya menunjukkan ketidaknyamanan.

Aldara memberikan senyum tipis pada ibunya, Nella. "Bunda, aku duluan ya," katanya dengan suara lemah.

"Have fun aja, sayang. Nanti Bunda suruh Ayah jemput," balas Nella, ceria tak menyadari kegelisahan anaknya.

Dari kejauhan, Agatha mengamati dengan kepala condong, lalu berbisik pada Eliano. "Dara kayak tertekan gitu ga sih sama Seina?" tanyanya dengan khawatir.

Eliano hanya menggeleng. "Udah, biarin aja. Mereka itu udah dekat dari kecil," jawabnya santai."Masa musuhan, kedepannya kamu harus hati-hati sama mereka berdua. Jangan sampe mereka rusak lagi hubungan kita,"

Agatha hanya mengangguk, tapi ragu masih menggelayut di hatinya. "Mungkin aku salah lihat," gumamnya, meski dalam hati tahu bahwa kelopak mata Aldara bergetar tadi bukan karena sebab lain, melainkan ketakutan akan Seina.

"Dan mereka juga berteman baik dengan Maudy," perkataan Eliano sontak membuat pupil mata Agatha membesar.

"Apa!? "

1
Gebi Tompul
lanjut
Myra Myra
kasihan Gwen
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!