NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.6k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10.TERSESAT

Hana duduk termenung di tengah hamparan rerumputan hijau, tepat setelah selesai membantu mendirikan tenda. Tubuhnya terasa lelah, dan tanpa sadar ia menjatuhkan diri perlahan di atas rumput lapangan sekolah yang telah disiapkan khusus untuk kegiatan kemah. Keringat masih membasahi pelipisnya, namun ia memilih diam, membiarkan tubuhnya beristirahat sejenak sambil memandangi suasana sekitar.

Pandangan matanya kemudian terhenti pada satu sosok—Rei. Pemuda itu terlihat sibuk mondar-mandir, memastikan segala persiapan berjalan dengan lancar. Sebagai ketua OSIS, tanggung jawab besar jelas ada di pundaknya, dan ia melaksanakan tugas itu tanpa mengeluh sedikit pun. Hana memperhatikan gerak-geriknya dari kejauhan, dan sebuah senyum tipis perlahan menghiasi wajahnya.

“Dilihat-lihat… dia cukup bertanggung jawab juga,” gumamnya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.

Belum sempat ia menarik napas lebih panjang, suara lain tiba-tiba menyela dari sampingnya.

“Dia memang bertanggung jawab. Makanya jadi ketua OSIS,” sahut Darren yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah Hana.

Hana sontak sedikit terkejut, bahkan tubuhnya refleks bergeser mundur karena kaget dengan kemunculan Darren yang tiba-tiba. Ia menoleh dengan tatapan heran, sementara Darren hanya tersenyum santai, seolah sudah terbiasa muncul di waktu yang tak terduga.

“Kau mengagetkanku saja,” sahut Hana dengan nada sedikit kesal, sambil memalingkan wajahnya ke arah lain. Jantungnya masih berdetak cepat karena kemunculan Darren yang tiba-tiba.

Darren hanya terkekeh pelan, tak merasa bersalah sedikit pun atas reaksinya. Ia lalu menatap Hana dengan ekspresi jahil, seolah sengaja ingin melanjutkan keisengannya.

“Kau menyukainya?” tanyanya tiba-tiba, dengan nada menggoda yang jelas-jelas disengaja untuk membuat Hana salah tingkah.

Hana sontak melotot, menoleh cepat ke arahnya. “Menyukainya?” ulangnya, seolah tak percaya dengan pertanyaan itu.

Darren hanya menaikkan alis, menunggu respons selanjutnya.

“Tentu saja tidak! Dia itu… cukup angkuh. Aku tidak suka orang seperti itu,” jawab Hana cepat, sambil membuang muka dengan gerakan yang terlalu dramatis untuk dianggap biasa. Ia berusaha menahan wajahnya agar tetap datar, namun rona merah tipis mulai merayap di pipinya.

“Tapi kau mengamatinya begitu pun antusias, dari tadi,” goda Darren lagi, tak mau berhenti.

“Ishh… kau ini,” gerutu Hana kesal, lalu menepuk pelan lengan Darren dengan tangan yang masih sedikit kotor akibat membantu tenda tadi.

“Aku cuma duduk sebentar, mau beres-beres untuk nanti malam. Bukan karena aku memperhatikannya,” tambahnya cepat, seolah ingin menegaskan bahwa perhatiannya pada Rei tadi hanyalah sebuah kebetulan.

Darren tertawa kecil, senyumnya mengembang puas. Ia tahu Hana tak akan mengakuinya begitu saja, dan justru di situlah letak keseruannya. Ia senang bisa menggoda gadis itu, apalagi ketika reaksinya selalu begitu spontan dan lucu.

Di sisi lain, dua pasang mata wanita memperhatikan Hana dari kejauhan. Mereka berdiri di bawah bayangan tenda, saling berbisik sambil terus mengamati hana.

“Dia semakin kelewatan…” gumam salah satu dari mereka dengan nada penuh sindiran, sambil melipat tangan di dada, ekspresinya dingin dan tatapannya tajam, seolah ingin menguliti Hana dengan pandangan saja.

“Bukankah memang sudah banyak wanita yang menyukai Rei? Dia hanya salah satu dari sekian banyak yang mencoba mendekat,” ujar wanita kedua, nada bicaranya menyiratkan kecemburuan yang terselubung dengan kepura-puraan tenang.

“Dia anak baru. Harus diberi sedikit peringatan agar tahu tempatnya,” sahutnya lagi dengan suara yang semakin dingin, matanya menyorot tajam ke arah Hana yang masih terlihat berbincang ringan di rerumputan. Suasana seakan menegang di antara keduanya. Rencana-rencana mulai berkecamuk dalam kepala mereka masing-masing.

Malam pun tiba. Langit mulai menggelap, udara berubah menjadi sejuk dan sedikit lembap. Di antara lampu-lampu kemah yang mulai menyala, festival tahunan sekolah kembali berjalan sesuai jadwal, dengan daftar kegiatan yang hampir serupa seperti tahun-tahun sebelumnya. Salah satu kegiatan paling dinanti adalah ronde malam—kegiatan patroli ringan yang dikemas sebagai permainan pencarian bendera.

“Baiklah, saya sekali lagi mempertegas bahwa malam ini kita akan melakukan ronde malam. Kegiatan ini sembari mencari bendera yang telah kami tempatkan di titik-titik tertentu,” seru Rei lantang di tengah kerumunan murid yang sudah berkumpul. Suaranya tegas dan terdengar jelas, menandakan bahwa ia tidak sedang bercanda.

“Waktu yang diberikan hanya tiga puluh menit. Kalian harus kembali walaupun tidak menemukan bendera sekalipun. Dan jika merasa tidak kuat, kalian boleh kembali lebih dulu. Mengerti?” lanjutnya dengan tegas, matanya menyapu seluruh peserta untuk memastikan semua mendengar.

“Mengerti!” jawab semua peserta serempak sebelum akhirnya membubarkan diri mengikuti arahan masing-masing.

"Ayo, kita harus selalu berdekatan," ucap Amina kepada Lena, pasangan rondenya malam itu. Darren dan Hana juga menjadi pasangan dalam ronde tersebut, meskipun secara teknis hanya dua orang satu tim, mereka berempat tetap ingin berada dalam jarak dekat.

“Ini kegiatan yang paling aku tunggu-tunggu. Rasanya seru banget bisa keliling sekolah malam-malam bareng-bareng begini,” oceh Amina dengan antusias, matanya berbinar. Darren mengangguk setuju, dan Lena hanya tersenyum menanggapi.

Hana yang masih baru dalam kegiatan seperti ini hanya menyeringai kecil. Ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti kemah dan ronde malam. Semua masih terasa asing, tapi juga menyenangkan.

“Eh, eh… ada ketua OSIS! Kita pisah dulu ya, nanti dimarahi,” seru Amina tergesa-gesa sambil menarik tangan Lena menjauh ke arah lain. Mereka membelok cepat sebelum Rei sempat melihat mereka berdekatan.

Rei berjalan melewati Darren dan Hana. Pandangan mata Hana dan Rei sempat bertemu sejenak. Hana menatapnya sinis, meskipun sebenarnya ia masih belum terlalu paham mengapa dirinya terus merasa jengah setiap melihat wajah ketua OSIS alias suaminya juga. Di sisi lain, Rei hanya melirik datar, bahkan tak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia menggeleng pelan ketika menyadari pakaian yang dipakai Hana.

‘Kaus lengan pendek putih? Dia pikir ini olahraga?’ batin Rei kesal sendiri. Baginya, pakaian Hana terlalu mencolok untuk suasana malam yang dingin, belum lagi tidak sesuai untuk ronde seperti ini.

Tanpa banyak bicara, Rei sedikit mendekatkan tubuhnya ke arah Hana dan berbisik singkat, “Ganti bajumu!” lalu langsung berlalu pergi begitu saja tanpa menoleh lagi.

Hana mematung sejenak, terkejut dengan kata-kata yang keluar begitu saja dari mulut Rei. Ia menatap punggung pemuda itu yang menjauh, tak mengerti apa yang salah dari bajunya. Wajahnya memerah karena malu, tetapi juga bingung.

Saat ia sadar dari lamunan pendek itu, ia menoleh ke samping dan baru menyadari bahwa Darren sudah tidak ada di sana. Jantungnya berdebar cepat. Ia mulai menoleh ke kiri dan kanan, mencari sosok Darren yang entah menghilang ke mana.

Tanpa sadar, langkah kakinya terus berjalan mengikuti arah yang ia kira tempat Darren pergi. Ia tidak sadar bahwa dirinya sudah mulai menjauh dari titik kumpul kemah dan mulai tersesat ke area yang lebih gelap dan sepi…

1
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!