"Ibumu pembunuh!"teriak Amanda.Dadanya bergemuruh.Emosinya berkobar-kobar melihat sang putri kecilnya kini meregang nyawa karena ulah mertuanya.
"Kamu mengatakan ibuku seorang pembunuh?Dia itu mertuamu!Yang berarti ibumu juga Amanda!"teriak Richard tak mau kalah.Ia tak mau ibunya dituduh sebagai pelenyap nyawa putrinya.
Amanda,seorang istri yang harus mencari nafkah karena suaminya , Richard tak mau bekerja setelah dipecat dari tempatnya bekerja.Ia harus mengasuh putrinya yang masih berusia dua bulan,namun tanpa sepengetahuan Amanda,ibu mertuanya memberikan makanan yang belum boleh dikonsumsi oleh bayi , hingga sang anak meninggal dunia.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?Ikuti terus yuk kisah mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Diandra Deanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 32
POV LISA , SEBELUM MEMUTUSKAN B***H D**I
Aku berlari secepat mungkin, kakiku bergetar dan napas ku terengah-engah. Aku harus keluar dari tempat ini, aku harus bebas.
Masih ku ingat wajahnya, wajah yang selalu membuat aku merasa takut. Aku masih ingat cara dia memandang ku, cara dia menyentuh ku. Aku masih ingat semua itu, dan aku tidak ingin ingat lagi.
Aku berlari sampai aku tidak bisa berlari lagi. Aku berhenti di tepi sungai, napas ku masih terengah-engah. Aku memandang ke bawah, ke air yang jernih dan tenang.Tenang.Itu yang ku rasakan.
Ku ambil uang dan surat dari tas ku. Lalu ku tulis surat untuk orang-orang yang aku cintai, untuk memberitahu mereka bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak ingin mereka khawatir, aku tidak ingin mereka mencari ku.Setelah selesai , ku taruh kembali uang dan sepucuk surat tersebut di dalam tas ku.
Air sungai yang jernih dan tenang memantulkan bayangan tubuhku.Seolah-olah memanggilku untuk melompat ke dalamnya.
Ku tarik nafasku dalam-dalam sebelum aku melompat ke dalam air yang jernih juga dingin itu.
Ku rasakan tubuhku semakin tenggelam ke dasar sungai,seperti daun kering yang jatuh ke tanah.Air dingin itu seperti menyelimutiku , hangat dan nyaman.
Ku rasakan tenang,bebas.Aku tak merasakan sakit , apalagi takut.Aku merasa seperti sedang terbang , melayang tinggi.
Waktu seolah-olah berhenti.Aku tak tahu berapa lama aku tenggelam di dasar sungai. Gelap.
Semuanya menjadi gelap.Pekat,sunyi,seperti malam yang tak pernah berakhir.
Tapi aku tak merasakan ketakutan , karena aku tahu bahwa aku telah menemukan kebebasan yang selama ini aku cari.
Beberapa jam kemudian,tim evakuasi menemukan tubuhku mengambang di sungai.Mereka berusaha menyelamatkanku,namun sayangnya aku tak bernafas lagi.Jelas saja,tubuhku sudah mengambang.Tanda aku sudah beberapa jam yang lalu pergi.
Kedua kakakku dan Ibuku terlihat berdiri di tepi sungai,menatap tubuhku yang sedang di evakuasi.Kakakku terlihat sedih dan terkejut,tapi ibuku tak terlihat sedih sama sekali.
Setelah petugas selesai mengevakuasiku , seseorang memberikan tas ku pada Kakakku dan langsung membukanya.Terlihat uang dan selembar kertas yang ku tinggalkan.Dan yang membuatku sedih,Ibuku lebih mementingkan uangku daripada kepergianku.
Mas Richard memandang ibu dengan mata yang sedih dan kecewa. "Bu ,kenapa kamu tidak memiliki perasaan sama sekali?Yang Ibu fikirkan hanya tentang uang,uang dan uang" katanya.
Ibuku akhirnya menemukan uang yang aku tinggalkan dan tersenyum. "Sudahlah.Hidup harus tetap berlanjut."
Mbak Arin memandang ibuku dengan mata yang terkejut. "Bu , bagaimana kamu bisa begitu egois?" tanyanya.
Ibuku tidak menjawab, malahan dia berpaling dan berjalan pergi, meninggalkan kakakku dan tubuhku di tepi sungai.
"Ah sudahlah.Lebih baik kita urus jenazah adikmu dulu lalu kita makamkan.Jangan lupa kabari lewat masjid,agar banyak yang datang melayat."ucap Ibu yang terus terang saja membuat relung hatiku bak tersayat pisau.
Mbak Arin memandangku dengan mata yang sedih. "Maaf, Lisa," ujarnya. "Aku tidak bisa melindungimu ."
Aku tidak bisa menjawab, tapi aku tahu bahwa kakakku sangat sedih atas kepergianku. Dan aku juga tahu bahwa ibuku tidak akan pernah mengerti apa yang aku rasakan.
Semua yang aku inginkan adalah kebebasan dari ibuku yang egois dan kejam. Dan sekarang, aku telah mendapatkannya, tapi dengan harga yang sangat mahal.
Di dalam kegelapan, aku menemukan cahaya. Cahaya yang menerangi jalan aku, cahaya yang memberikan aku harapan. Tapi, cahaya itu juga menunjukkan kesalahanku semasa hidupku.
Kesalahan yang aku lakukan, kesalahan yang aku tidak bisa memperbaiki.
Aku ingat saat kakak iparku,Amanda, mencoba untuk membantuku. Aku ingat saat dia mencoba untuk menolongku, tapi aku malah menolak dan berlaku kasar kepadanya.
Aku tidak tahu apa yang ku pikirkan.Aku hanya tahu bahwa aku sedang menderita dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk menghadapinya.
Tapi sekarang, aku menyadari bahwa aku telah membuat kesalahan besar. Aku telah menyakiti beberapa orang, dan aku tidak tahu bagaimana cara untuk memperbaikinya.Kini ingin kembali pun sudah tak bisa.Semuanya sudah terlanjur.
Aku hanya bisa berharap bahwa kamu bisa memaafkanku , Kak Amanda.
Bersambung..