Di dalam hening dan gelapnya malam, akhirnya Shima mengetahui sebuah rahasia yang akan mengubah seluruh hidupnya bersama Kim
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaLibra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang
Shima berlari ke jalan raya dan hendak menyetop taksi, tapi mendadak urung karena Kim sudah lebih dulu menariknya.
"Kamu ikut aku saja. Kamu jangan kemana - mana. Di kota banyak kasus pembunuh_an dan perampokan, kamu emang gak takut? "
Shima melirik Kim sekilas. Ia masih menangis terisak. Hatinya teramat sakit mendengar dengan telinganya sendiri, Cello meragukan anak yang di kandung Shima.
"Asal kamu tahu Mas, semua ini juga karena salah kamu juga yang terus ada disekitar aku" Shima menangis tergugu.
"Maaf. Tapi coba ingat, saat aku gak mengganggumu satu bulan kemarin, apa Cello peduli padamu.? "
Lidah Shima mendadak kelu, tak bisa menjawab pertanyaan Kim.
Andre yang datang setelahnya ikut menahan kepergian Shima.
"Kamu mau pergi kemana? " Tanya Andre pada Shima.
Shima menggeleng lemah.
Huuufffttt..
"Begini saja, biarkan si kamp_ret itu hidup dengan kesusahan tanpa kamu. Sekarang kamu ikut aku saja, kamu tinggal di rumahku. "
"Wait.. Wait.. Wait.. Shima tinggal di rumahmu? Gaaaak.. Gaaak bisa" Kim mencak - mencak.
"Emang kamu mau nampung Shima? Di kos belakang? Sama aja boong O'0n. "
"Biar Shima tinggal sama mamaku. Mamaku sendirian di rumah. Anggap saja kamu bekerja untukku. Aku akan bayar kamu setiap bulan. "
"Ehmm.. Tapi Mas, aku masih istri orang. Aku gak mau nama kita jadi terlihat buruk dimata orang -orang" Shima masih terisak.
Andre dan Kim sama - sama bingung.
"Ya Sudah, maumu bagaimana sekarang? " Tanya Andre.
"Aku mau pulang saja ke kampung, bertemu Ibu. "
Akhirnya, Andre dan Kim mengantar Shima pulang ke kampung. Shima memutuskan akan bercerai saja dari Cello, namun ia akan menghadapi Devan dan Santi dulu sebelum mendaftarkan gugatan perceraian mereka. Shima tidak menyalahkan Cello sepenuhnya, tapi jika ia mengingat Cello membentaknya karena mantan pacarnya, Shima tersadar bahwa ia memang tidak seharusnya terus merendahkan dirinya untuk suami yang tidak mengharapkannya.
Sepanjang perjalanan Shima hanya menangis. Andre dan Kim yang duduk di depan bersebelahan, bingung sendiri.
"Ehmm.. Shima, kamu mau makan sesuatu? " Tanya Kim hati - hati. Shima menggeleng.
Ketiganya hanya diam tidak ada yang bersuara. Hingga akhirnya, mereka sampai di rumah orang tua Shima.
Shima bergegas turun tapi tak mendapati Ibunya ada dirumah. Rumah sepi tak berpenghuni. Shima mencoba masuk tapi rumah digembok dari luar.
"Kemana Ibu pergi.? " Gumam Shima. Shima berlari ke samping rumah untuk pergi ke tetangga sebelah yang pernah ia tinggali di masa kecil.
"Bi Naaah, biiiiik..? " Shima memanggil tapi tidak juga ada orang di rumah tersebut.
Andre dan Kim yang menunggu di teras saling tatap.
"Bang, nama abang siapa.? Saya Kim bang." Tanya Kim.
"Gua Andre. Jangan panggil Abang, panggil nama aja" Ucap Andre.
"Ehm.. Ndre, kira - kira, kita salah gak sih udah bawa Shima pergi dari Mas Cello dan kita malah nganterin Shima pulang kampung."
" Nggak" Jawab Andre mantap. Ia menghembuskan nafas kasar. "Gini deh Kim, kalau lu biarin Shima naik taksi, emang lu yakin bisa tahu kemana Shima pergi.? Dia kan gak pernah hidup di kota sebelumnya. Kalau terjadi apa - apa, siapa yang mau tanggung jawab sama anak lu? "
"Ssssttt Ndre jangan keras- keras. Emang kamu percaya kalau Shima hamil sama aku? "
" Nggak" Jawab Andre cepat.
Nampak sebuah mobil pick up membawa sayuran segar memasuki pekarangan rumah orang tua Shima.
Pria tua dengan tinggi setengah badan membawa celurit dan sepatu boot turun dari mobil dan memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan sayuran tersebut dan membawanya ke teras rumah orang tua Shima.
"Heeii, siapa kalian berdua.? " Tanya orang tersebut.
"Maaf Pak. Saya.... " Belum sempat Kim menjawab, Kim mengalihkan pandangan karena melihat Shima yang tengah berlari ke arah mereka.
"Shima jangan lari. Kamu lagi hamil" Teriak Kim dengan nada marah. Shima mendadak takut dengan Kim. Ia pun berjalan mendekati mereka lalu....
"Pak Tiwul, dimana Ibuku?" Shima menanti jawaban Pak Tiwul.
" Ibumu kan sudah pergi" Jawab Pak Tiwul singkat.
"Terus rumah ini di kontrakkan begitu. " Tebak Shima
"You're absolutely wrong"
Andre dan Kim kompak bertepuk tangan, tak menyangka jika Pak Tiwul yang tingginya semampai alias semeter tak sampai itu bisa juga berbahasa Inggris.
"Pak Tiwul, tolong jelaskan" Shima berkaca - kaca.
" Rumah ini sudah dijual beserta tanahnya padaku. Ibumu kan pergi ke Kalimantan sama suaminya Ratna." Terang pak Tiwul.
"Ibu? Dengan Pak Le Parto? "
" Iya, bahkan kamu akan memiliki adik"
Tubuh Shima oleng, untungnya Kim dengan sigap menolongnya hingga Shima tidak sampai terjatuh.
___________
Setelah mendengar penjelasan dari pak Tiwul, Shima akhirnya pergi ke rumah keluarga Baskara.
Andre dan Kim setia menemani Shima. Santi kaget setengah mati mengetahui Shima sudah berada di kampung, bukan dengan Cello tapi malah diantar oleh orang yang menyukainya. Pikiran Santi bertambah negatif.
Santi memanggil Devan dan ikut duduk bersama dengan para tamunya.
"Jadi ini ada apa.? " Devan membuka suara.
"Maaf Kak. Apa tawaran kakak agar aku bercerai dari Mas Cello masih berlaku? " Tanya Shima hati - hati.
"Bukannya kamu akan memberikan kesempatan sampai anak kalian lahir.? " Devan mengangkat sebelah alisnya.
"Maafkan aku Kak. Jika hobi mas Cello hanya mabuk - mabukan, aku masih bisa terima walaupun hatiku sakit. Tapi jika Mas Cello membuka peluang orang ketiga, aku tidak mau Kak. " Shima menangis.
Kim dan Andre hanya mendengarkan tanpa menyela sedikitpun. Pun Santi hanya diam mengamati dan mencoba mencerna situasi yang terjadi.
Shima menceritakan semua tanpa ada yang dikurangi. Kim dan Andre yang semula diam, ikut mendukung keputusan Shima yang ingin bercerai dari Cello.
Devan mendadak lemas dan mengunci mulutnya rapat - rapat. Lidahnya mendadak kelu mengetahui fakta bahwa Cello berpotensi akan dekat kembali dengan Alina.
"Dan Mbak Santi juga kak Devan, apa aku boleh pergi setelah ini? Aku sudah kehilangan Ibu" Shima menautkan kedua jari tangannya dan menunduk.
"Apa maksudmu Shima.? " Pancing Santi.
"Ibu pergi ke Kalimantan dan rumah serta tanahnya sudah dijual pada Pak Tiwul. Ibu tega sama aku mbak. "
Shima menangis semakin kencang.
"Jadi kamu sudah tahu.? "
Santi memeluk Shima. Merasa iba dengan nasib Shima. Masalah datang bertubi - tubi ibarat kata sudah jatuh tertimpa galon.
________________
Cello terbaring lemas di ranjang sendirian. Ia sedikit menyesal karena sudah membentak Shima.
"Sekarang Shima pergi kemana?" Cello mencoba bangkit tapi bukan dari kubur. Ia merasakan pusing yang teramat sangat. Ia mencoba menghubungi Andre namun rupanya nomornya sudah diblokir oleh temannya tersebut.
Dimalam yang gelap, di sertai rintik hujan yang mengguyur panasnya kota, Cello menangis sendirian. Cello sebenarnya sudah mau belajar menerima Shima, tapi entah mengapa ia masih merasa benci jika di dekat Shima apalagi melihat wajahnya. Seolah, Shima lah yang membuat ia terjebak dalam kehidupan yang seperti ini. Ia jadi tak leluasa mendapatkan uang dari indekos milik ayahnya, ia tak leluasa membawa temannya ke rumahnya. Apalagi setelah melihat Shima dekat dengan Kim, alam bawah sadarnya mengatakan seolah ia akan di khianati lagi oleh perempuan yang dekat dengan hidupnya.
Pukul 9 malam, Cello ingin ke kamar mandi. Ia berjalan tertatih dan berlinang air mata. Seluruh rumah gelap kecuali kamarnya, perutnya lapar tak ada yang mempedulikannya.
"Shima.. Aku menyesal. Maafkan aku yang sudah membentakmu karena Alina. Maafkan aku. Meskipun aku ragu jika kamu hamil anakku, tapi aku akan coba menerima kamu Shima. Aku akan coba tes DNA setelah anak kamu lahir." Cello menangis bersandar di pintu kamar mandi.