BUNGA DI TENGAH BADAI

HAPPY READING

“Lo pokoknya harus menang dan borong semua juara buat sekolah kita,” ucap Novia tersenyum lebar kepada Ayra.

“Benar, lo dan kak Adam harus menang pokoknya. Kalau lo menang gue teraktir deh sepuas lo di kantin nanti,” lanjut Serin.

Ayra hanya tersenyum, sangat bersyukur rasanya memiliki kedua sahabat seperti Serin dan Novia. “Makasih ya, kalian emang sahabat terbaik aku.”

“Ututu, lo jangan pasang muka jelek itu Ayra. Kita emang sahabat baik lo, jadi lo jangan takut ngak ada yang dukung lo. Karena kita ada buat lo, iya ngak Rin?”

“Yoi! Sekarang lo masuk gih, kita bakal tungguin lo di sini lagi. Kabarin kita kalau udah sampai,” pesan Serin seperti seorang saudara.

Ayra kembali mengangguk lagi. “Iya, pasti aku kabari.”

“Ayra, masuk mobil sekarang nak.” Itu salah satu guru yang ikut mendampingi Ayra dan Adam. “Kalian berdua mau ikut juga?”

Serin dan Novia saling melirik, lalu menunjuk diri mereka sendiri memastikan ajakan itu untuk mereka berdua.

“K-kita bu?”

Guru itu tersenyum. “Iya, mau ikut memberi mereka berdua semangat? Soalnya tidak ada siswa lain yang ikut dan berhubungan juga kalian ada di sini.”

“WAH, MAU DONG BU!” Pekik Serin dengan senang.

“Benar bu? Ini kita ngak apa-apa ikut?” Tanya Novia. Mendapat anggukan lagi dari guru tersebut.

“Ayok, kita berangkat sekarang.”

Ayra tersenyum melihat keduanya, dia tidak akan merasa gugup lagi karena kedua sahabatnya ikut. “Ihhh, aku senang kalian bisa ikut aku.”

“Gue juga, untuk pertama kalinya gue dampingi sahabat gue lomba tingkat nasional.” Serin tentu saja merasa senang.

“Iya Ay, sekalian juga cuci mata. Heheh.”

Bus milik sekolah mereka akhirnya meninggalkan lingkungan sekolah, busi ini sangat mewah dan memiliki fasilitas yang lengkap.

“Kak Adam kok ngak berangkat bareng lo?” Tanya Novia.

Melihat tempat duduk yang kosong di depannya. Hanya ada dua guru pendamping termasuk guru Kaito dan mereka bertiga, serta sang supir.

“Owh, kak Adam udah duluan katanya, berangkat bareng orang tuanya.”

&&&

Di tengah-tengah Kota Padatnya bangunan yang menjulang tinggi, salah satunya Bagunan mewah milik seorang CEO yang memiliki karyawan puluhan dan anak cabang perusahaan yang tersebar luas terpantau sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Begitu juga dengan sang Ceo, tumpukan berkas di meja kerjanya itu adalah pemandangan setiap harinya.

“Pak,” panggil sang sekertaris.

“Hm,” balasnya tanpa mengalihkan fokusnya. “Ada apa?”

“Maaf pak, jadwal hari ini Anda memiliki undangan untuk menghadiri salah satu acara lomba olimpiade tingkat nasional di Universitas Gaja Maja.”

“Waktunya?”

“Tiga belas menit lagi acaranya di mulai pak.”

“Siapkan mobil.”

“Baik pak.”

&&&

“Lempar sini Lion!”

“Oke, tangkap.”

“Jaga Rick!”

“Jangan senggol gue dong, untung gue ngak jatuh!”

“Bacot banget si lo!”

“Diam lo! Noh, bolanya di bawah si Verick.”

“Mampus!”

Hanya beranggotakan empat orang ributnya seperti melebihi pasar malam, lapangan itu benar-benar bising oleh pekikan antara Lion dan Marsel tentunya. Tak lupa juga mendapat bumbu dari Verick dan Bagas agar pas rasanya.

Marsel menendang udara dengan kasar, sudah kesekian kalinya dia dan juga Lion dikalahkan oleh Maverick dan Bagas.

“Ngapain lo duduk?” Tanya Marsel saat mendapati Lion yang malah duduk dengan kaki yang diselonjorkan.

Lion menetralkan nafasnya, lalu menjawab. “Gue capek Sel, gue juga haus.”

“Istirahat aja,” timpal Maverick. Melempar bola basket tepat di wajah Marsel, untung saja murid itu bertindak cepat menangkap bola basket tersebut.

“Gue duluan.” Bagas mengambil langkah lebarnya meninggalkan lapangan. Tujuannya adalah ruang ganti, rasanya cuaca siang ini benar-benar sangat panas.

“Ngomong-ngomong, udah ada kabar belum dari Adam? Menang ngak tim mereka?” Tanya Lion membuka Chat Room yang berisikan mereka berlima.

“Gue yakin si, mereka bakal menang. Si cantik dan si tampan itu mana bisa dikalahkan begitu aja, kalau pun kalah mereka tetap dapat posisi terbaik.”

Lion menatap Marsel. “Benar juga, gue juga yakin Ayra cantik bakalan menang.”

Maverick hanya diam, tubuhnya terbaring pada paving blok. Tidak peduli jika pakaiannya kotor, toh juga stok air di rumahnya tidak akan habis.

“Tobat lo! Cewek mulu di otak lo,” semprot Marsel. “Lo dan Ayra itu bagaikan bulan dan matahari, ngak bisa nyatu.”

“Lo kalau ngomong yang benar ya nyet! Walau otak gue nih pas-pasan, se enggaknya gue tampan!”

“Idih, maruk lu!”

“Lo! Marsel sialan!”

Maverick tidak terganggu sama sekali dengan dua curut itu, yang ada otaknya lebih terganggu dengan banyaknya pertanyaan terhadap dirinya sendiri. Termasuk bagaimana dia selalu sampai pada kamarnya saat dirinya mabuk?

Bahkan pak Kardi tidak mungkin berani masuk dalam kamarnya tanpa izin darinya, lalu siapa? Apakah anak sialan itu? Maverick rasa itu juga sangat tidak mungkin.

&&&

“Apa itu seragam yang sama dengan Verick dan Kaliyah?” Tanya Syan pada sekertarisnya.

Sam, selaku sekertaris dan orang kepercayaan Syan itu mengangguk. “Benar pak, mereka murid Olympus School yang terpilih mewakili sekolah mereka.”

Syan sangat tidak asing dengan tubuh yang membelakangi posisinya yang duduk tepat di depan, dia adalah tamu undangan yang penting.

“Apa kau mengenal siapa saja murid-murid itu?” Tanyanya lagi. Matanya yang tajam tidak lepas dari salah satu siswa yang masih memunggunginya.

“Setahu saya, murid laki-laki itu adalah anak dari seorang pengacara ternama dan untuk murid perempuan itu adalah anak yatim piatu.” Sam kembali mengeluarkan catatan biodata kedua murid itu.

Syan melihat dokumen itu, hanya mengangguk dan memberi kode kepada Sam agar kembali pada tempatnya. Perlombaan akan segera di mulai, lalu pada saat yang bersamaan murid yang sedari tadi menyita perhatiannya kini membalikkan tubuhnya.

Dengan sorot mata tajamnya, pria itu tentu saja kaget. Siswi itu masih belum menyadari dirinya, bahkan untuk sekedar mengambil nafas saja Syan tidak bisa.

“Hahah, tidak mungkin anak sialan itu bisa berada di tempat seperti ini.” Syan mengatakan itu hampir seperti sebuah bisikan.

“MARI KITA SAMBUT ACARA INI DENGAN ANTUSIASME DAN SEMANGAT YANG TINGGI! MARI KITA BERI DUKUNGAN PARA SISWA SISWI KITA DENGAN PENUH KEBANGGAAN DAN PENGHARGAAN!”

“PERTANDINGAN INI MERUPAKAN AJANG MEMPERTEMUKAN BAKAT-BAKAT MUDA TERBAIK DI BIDANG MATEMATIKA DARI BERBAGAI SEKOLAH TERBAIK DI SELURUH INDONESIA.”

“SELANJUTNYA, MARI KITA UCAPKAN KEPADA PARA PESERTA SELAMAT BERKOMPETISI DAN SELAMAT MENGERJAKAN SOAL-SOAL YANG MEMATIKAN ITU.”

DEG!

Ayra terpaku, tatapannya terkunci pada satu objek. Dadanya bergemuruh dua kali lipat dari biasanya, kedua tangannya terkepal dibalik tubuhnya. Ayra segera menunduk unutuk menghindari kontak mata itu, dia harus tetap fokus walau saat ini sangat suli.

“Fokus Ayra,” bisik Adam saat menyadari tatapan Ayra penuh dengan kekhawatiran.

SEGINI DULU YA SAYANG🙂

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK 👣 KALIAN DAN TERIMAKASIH KARENA TELAH MAMPIR 😙🤗

SEE YOU DI PART SELANJUTNYA👋👋👋