NovelToon NovelToon
A Fractured Family'S Hope

A Fractured Family'S Hope

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Cerai / Mengubah Takdir / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:409
Nilai: 5
Nama Author: Echaalov

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika mendengar kata keluarga? Rumah untuk berteduh? Tempat meminta perlindungan? Tempat memberi kehangatan? Itu semua benar. Tetapi tidak semua orang menganggap keluarga seperti itu. Ada yang menganggap Keluarga adalah tempat dimana ada rasa sakit, benci, luka dan kekangan.

"Aku capek di kekang terus."

"Lebih capek gak di urus."

"Masih mending kamu punya keluarga."

"Jangan bilang kata itu aku gak suka."

"Kalian harusnya bersyukur masih punya keluarga."

"Hidup kamu enak karena keluarga kamu cemara. Sedangkan aku gak tau siapa keluarga aku."

"Kamu mau keluarga? Sini aku kasih orang tua aku ada empat."

"Kasih aku aja, Mamah dan Papah aku udah di tanam." Tatapan mereka berubah sendu melihat ke arah seorang anak laki-laki yang matanya berbinar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Bel pulang sudah berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari sekolah. Begitu pun dengan Candy dan yang lainnya.

"Habis mandi terus shalat duhur kita main yu," ajak Naysa kepada teman-temannya.

"Ayo."

"Aku ngikut."

"Aku gak bisa," jawab Candy murung.

"Kenapa? "

"Aku baru sembuh pasti sama Bunda di larang main."

"Kalau gak ada Sesel gak seru."

"Iya benar."

"Jangan kayak gitu, kalian main aja tanpa aku. Aku gakpapa kok," ujarnya.

Tania merangkul bahu Candy."Gak main juga gak masalah kok. Kita masih bisa ketemu pas mengaji nanti Maghrib, berangkatnya sore ya biar kita bisa main dulu, oke? "

"Oke," seru mereka serentak.

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Setiap habis Maghrib mereka memang mengaji di mesjid yang ada di komplek mereka. Guru yang mengajar adalah seseorang yang bergabung dalam sebuah organisasi Rohis (Rohani Islam) dan merupakan murid MAN (Madrasah Aliyah Negeri). Mereka adalah Rangga, Arga, Dimas, Wulan, dan Adelia.

Ini bermula ketika setiap Rangga, Arga, dan Dimas shalat Maghrib di mesjid. Mereka tidak pernah melihat ada anak-anak yang mengaji. Dari sana mereka sepakat akan mengajak semua anak-anak di komplek ini untuk mengaji. Mereka bahkan mengajak temannya yang lain untuk membantu mengajar mengaji anak-anak di sini. Sejak saat itu mereka terus mengaji sampai saat ini.

******

Naysa baru saja sampai di rumahnya. Rumahnya terasa sepi, mungkin karena orang yang tinggal di rumah ini hanya Naysa dan Ibunya yang bernama Dina. Sedangkan ayahnya yang bernama Reno tidak sering tinggal di rumah karena pekerjaannya yang berada di luar kota membuat ayahnya jarang pulang. Reno hanya akan pulang satu hari dalam seminggu, dan itu di hari libur yaitu hari minggu.

Naysa melangkahkan kakinya menuju lantai atas di mana kamarnya berada. Sesudah mandi lalu ganti baju dan menunaikan ibadah shalat duhur, Naysa duduk di meja belajar dan mulai mengerjakan PR.

Sudah beberapa menit terlewati, Naysa merasa haus. Ia pun beranjak dari tempatnya dan mulai berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

Ketika sedang berjalan Naysa mendengar suara perempuan yang sedang menangis, sepertinya suara itu berasal dari kamar ibunya. Naysa pun mendekat ke kamar itu, dan benar saja suara itu berasal dari kamar ibunya.

Tanpa mengetuk, Naysa langsung saja masuk ke kamar itu karena khawatir dengan keadaan ibunya.

"Ibu, Ibu kenapa? Ibu nangis? " Naysa semakin mendekat. Melihat ibunya yang benar-benar menangis saat ini.

"Ibu? " Tanya Naysa sekali lagi. Naysa menghapus air mata sang ibu.

"Ibu gakpapa kok sayang," ujar Dina.

"Gakpapa apanya? Jelas-jelas Ibu nangis. Ibu kenapa? Nanay gak suka liat Ibu nangis," lirih Naysa di akhir ucapannya. Namun suara lirihnya masih bisa terdengar oleh Dina.

Dina menghapus air matanya lalu tersenyum menatap sang anak."Liat Ibu, Nanay. Ibu gakpapa, Ibu baik-baik aja."

"Kalau baik-baik aja kenapa nangis? " tanya Naysa.

"Ibu nonton sinetron yang sedih, liat pemeran utamanya meninggal," tunjuk Dina ke arah televisi.

Naysa mendengus."Nanay kira tuh kenapa sampai nangis sesenggukan begitu. Ibu jangan nangis lagi, itu cuman sinetron."

"Tapi sedih banget."

"Ibu jangan nangis lagi. Nanay gak suka liat Ibu nangis, Nanay khawatir, janji sama Nanay jangan nangis lagi." Naysa mengangkat jari kelingkingnya.

Dina terkekeh."Iya Ibu janji," Dina mengangkat jari kelingkingnya dan mengaitkannya ke jari kelingking Naysa.

Setelah itu Naysa memeluk erat Dina. Dina membalas memeluknya tak kalah erat. Tanpa sadar setetes air mata jatuh ke pipinya.

Maafkan Ibu sayang, Ibu gak bisa cerita yang sebenarnya. Ibu gak mau liat kamu sedih, cukup Ibu saja yang merasakan sakit ini

******

T

idak terasa langit yang biru mulai berwarna jingga, menandakan hari telah senja. Candy dkk baru saja sampai di depan masjid.

Masjid ini bernama Masjid As-Salam. Di dalam masjid ini terdapat ruangan yang cukup besar untuk di jadikan tempat mengaji. Di ruangan ini terdapat papan tulis, rak yang berisi Al-Qur'an, buku do'a sehari-hari, buku do'a shalat,dan sebagainya.

Sesampainya di masjid mereka segera menyimpan tas yang berisi Al-Qur'an dan mukena di ruangan itu.

"Kita mau main apa? "

"Petak umpet? "

"Jangan bentar lagi gelap," ujar Candy.

Tania mengangguk setuju."Benar. Apalagi udah sore gini gimana kalau kamu di culik wewe gombel."

"Yaya jangan ngomong gitu," ucap Tyra takut.

"Kenapa kamu takut? " ejek Tania.

"Udah jangan nakutin Rara," ucap Naysa.

"Bukan gitu. Kalian tau gak kalau kita nyebut hantu, mereka akan datang nyamperin kita." Tyra mengucapkan itu dengan serius. Membuat bulu kuduk mereka merinding.

"Aku gak takut," ujar Tania. Tiba-tiba Tania merasakan ada tangan yang memegang bahunya. Tania meneguk ludahnya susah payah.

"Ini di bahu aku ada apa? "

"Gak ada apa-apa," Candy mengucapkan itu lalu memandang Tyra dan Naysa. Mereka saling lirik lalu mengangguk paham.

"Rara liat ada sesuatu kan di bahu aku? " tanya Tania semakin takut.

"Liat apa? " ujar Tyra.

"Gak ada apa-apa. Itu perasaan kamu doang kali," sahut Naysa.

Dengan mengumpulkan keberanian, Tania menoleh ke belakang. Melihat tangan Gerald yang memegang bahunya lalu wajah anak laki-laki itu terlihat mengejeknya.

"Ish nyebelin," Tania memukul bahu Gerald.

Ternyata tenaga Tania tidak main-main, Gerald terlihat kesakitan."Aduh sakit, Tania ampun. Maafin aku."

"Mampus rasain suruh siapa nakutin aku."

Tania sudah selesai membalas perbuatan Gerald, ia tersenyum puas. Gerald masih mengelus bahunya yang terasa sakit.

"Dasar preman," gumam Gerald.

"Kamu ngomong apa? " tanya Tania, ia mendengar Gerald berucap namun terdengar samar.

"Aku gak ngomong apa-apa," Gerald tersenyum paksa.

"Mau main kejar-kejaran gak? " ajak Harrel.

"Boleh," ucap Naysa.

"Ayo," sahut Candy.

"Oke batasnya hanya sekitar halaman mesjid ya? "

"Iya," ucap mereka serentak.

"Permen pait," panggil Azel.

"Apa? " jawab Candy malas. Setiap saat rasanya menyebalkan melihat wajah Azel. Mereka selalu bertemu di sekolah , di sini, bahkan ia sering berpapasan dengan Azel karena rumah anak laki-laki tepat di samping rumahnya alias mereka bertetangga.

"Yakin kamu mau main kejar-kejaran? "

"Kenapa emangnya? "

"Lari kamu kan lamban," ejek Azel.

"Apa kamu bilang? " geram Candy.

"Lamban."

"Awas ya jelly busuk! kalau ke tangkap aku tonjok muka songong kamu," ucap Candy berlari mengejar Azel. Ia cukup susah mengejarnya karena menggunakan rok.

Melihat itu pun mereka pun mulai bermain kejar-kejaran. Sudah beberapa menit berlalu terlihat dari nafas mereka yang mulai ngos-ngosan.

Teriakan seseorang membuat mereka berhenti berlari,"BERHENTI."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!