Ada sebuah rahasia besar dibalik sosok M, seorang dance crew populer di Surabaya dan sekitar Jawa Timur. Sosok yang misterus dan di puja banyak kaum hawa itu nyatanya memilih menjadi pelampiasan sang selebgram cantik asal Surabaya, Miki namanya.
Miki yang baru saja ditinggal pergi pacarnya demi gadis lain pun menerima M sebagai pelampiasan. Ia mengabaikan berbagai macam rumor yang beredar tentang M yang selalu memakai masker hitam ditiap kemunculannya.
Tapi siapa yang akan menyangka, sosok asli dari M si dancer jalanan itu, dancer yang di rumorkan memiliki wajah yang buruk rupa hingga harus menyembunyikan wajahnya di balik masker hitam itu, nyatanya adalah seorang pewaris tunggal dari Misha Corp sebuah perusahaan raksasa yang terkenal di Indonesia. Emeris Misha.
Kisah cinta Miki dan sang pewaris pun memunculkan banyak rahasia besar yang telah terkubur dalam pada keluarga Misha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Thomas memapah Emeris keluar dari suitroom hotel ternama di kota Surabaya itu. Mereka berdua pergi tanpa pamit pada Tina yang masih melongokkan kepala dari balik daun pintu.
Mereka seakan tidak menganggap Tina ada di belakang mereka dan menunggu kata pamit dari keduanya. Memang kata pamit itu tidak akan kunjung terucap bahkan hingga keduanya sampai di depan pintu lift dan menunggu untuk beberapa menit.
"Ceritanya, kamu diperkosa lagi?" canda Thomas merasa lucu.
Emeris melirik Thomas tidak percaya. Ia lalu tersenyum kecut.
"Ck, seharusnya aku tahu. Kalau Tina bakalan pakek cara obat bius sama obat perangsang lagi, pasan dia ngajak minum-minum," ujar Emeris merasa bodoh sendiri.
"Emang udah berapa lama tuh anak nggak kamu kasihnafkah batin?" goda Thomas.
"Nafkah batin gundulmu!!" semprot Emeris.
Tring!
Bel lift berbunyi, tidak lama pintu lift terbuka. Keduanyamelenggang masuk ke lift kosong itu.
"Basement aja langsung," ucap Emeris.
Thomas mengangguk.
Keduanya sama-sama diam untukbeberapa menit di dalam lift.
"Aku pengen nyudahin semuanya sama Tina," ucap Emeris membuka percakapan.
"Ya udah tinggal ninggalin aja kan. Toh kalian nggak ada hubungan apa-apa. Selain hubungan ML dan kartu kredit," sahut Thomas melirik kearah wajah Emeris yang berada tepat di samping wajahnya.
"Hmm...."
"Kamu tinggal blokir aja credit card mu yang di pegang Tina kan."
Emeris tidak langsung menjawab. Ia menarik napas dan menghembuskannya dengan perlahan.
"Dipikir nanti aja lah," pungkasnya kemudian.
Pintu Lift terbuka begitu sampai di lantai basement. Keduanya berjalan perlahan kearah mobil yang terparkir tidak jauh dari depan lift.
Seketika itu juga keduanya pun pergi ke kantor Emeris untuk menghadiri rapat penting yang tidak dapat di tunda itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Gimana kakimu?" tanya Thomas begitu para peserta rapat sudah keluar meninggalkan ruang meeting itu.
"It's okay. Udah baikan," jawab Emeris sambil berdiri tegap, membuktikan ucapannya.
Thomas mengangguk-anggukkan kepalanya melihat Emeris berdiri sambil berdecak pinggang kearahnya.
"Okay. Pak Dirga udah nunggu di lobby bawah. Langsung naik ke ruanganmu atau disuruh nunggu lagi?" tanya Thomas lagi.
"Suruh naik ke ruanganku aja," sahut sang Bos sembari beranjak pergi keluar ruangan.
"Siap, bos!" sanggup lelaki blasteran itu yang kemudian ikut keluar ruangan.
Emeris melangkah sambil menyahuti sapaan karyawannya dengan anggukan kepala menuju kantornya di lantai atas. Sedangkah Thomas ia langsung turun ke lantai bawah dimana pak Dirga berada.
Begitu sampai di kantornya, Emeris duduk di kursi sova yang berada di sisi lain meja kerjanya. 1 set sova berserta meja memang sengaja di letakkan di sisi lain ruangan itu untuk menjamu tamu penting.
Sembari menunggu kedatangan Thomas yang membawa pak Dirga, lelaki rupawan itu mulai kepikiran dengan Miki.
Miki, gadisSMA calon pacar M.
Ia pun mengeluarkan Hpnya. Mendial nomor Hp Miki. Menunggu beberapa menit hingga nada sambung terputus begitu saja.
Tidak di angkat.
Lelaki dalam balutan setelan casual jas itu pun melihat arloji di tangan kirinya.
"Ah..., lagi perlajaran ya mungkin," gumamnya sendiri begitu menyadari jam di tangannya menujukkan pukul 10.34 siang.
Ia pun memilih meninggalkan pesan chat pada Miki.
Me:
Miki...
Begitu chatnya.
Tepat setelah ia mengirim chat itu, Thomas pun datang yang kemudian diikuti oleh pak Dirga di belakangnya.
"Ah, pak Dirga! Selamat datang pak!" sapa Emeris beranjak dari duduknya untuk menyambut tamunya dengan juluran jabat tangan.
"Ah, iya pak Emeris! Terimakasih!" lelaki setengah baya dengan keriput di dahi itu pun menjabat tangan Emeris dengan senangnya.
Bagaimana tidak. Sudah hampir 20 tahun dirinya mengabdi pada perusahaan itu, sejak ia perjaka hingga memiliki 2 orang anak yang beranjak remaja. Akhirnya datang juga kesempatan dimana dirinya dapat bekerja di kantor pusat Surabaya. Setelah beberapa kali pindah kantor cabang.
Dari Jogjakarta, Solo, lalu semarang..., kemudian 11 tahun terakhir ia menetap di Surabaya.
Kemudian hari ini, hari dimana membuatnya sejak semalam gugup bukan main. Untuk pertama kalinya ia bertemu CEO dari perusahaan ini.
Saking senangnya, ia sampai membuat istrinya kebingungan karena semalaman ia mengeluh tidak dapat tidur kepada sang istri. Padahal ia juga tahu kalau istrinya juga sangatlah kelelahan dengan pekerjaannya.
Kalau ingat itu, ia merasa sangat bersalah.
"Silahkan duduk pak," Thomas mempersilahkan.
Pak Dirga tidak langsung duduk. Ia menunggu Emeris, sang CEO untuk duduk duluan. Begitu sang CEO sudah duduk, ia pun kemudian duduk dengan riangnya.
"Sebelumnya, pak Dirga pasti sudah tahu kan alasan saya memanggil pak Dirga kekantor pusat?" tanya Emeris.
Pak Dirga secepat kilat mengganggukkan kepalanya dengan kuat. Ia memang sudah tahu dari kepala cabang soal promosi kenaikan jabatannya yang kemudian akan membuatnya berkantor di gedung pusat Surabaya. Karena alasan inilah ia tidak dapat tidur semalaman.
"Baik pak, saya akan to the point.... Hhhh..., sebelumnya bapak kan berasal dari Misha Corp kan pak ya? Nah..., di sini saya akan mentransfer bapak ke PT. MCKO yang saya pegang sendiri. Sebagai kepala devisi lapangan pak. Bagaimana?" jelas Emeris singkat.
"Di transfer pak?" sahut Pak Dirga yang merasa tidak seperti bayangannya.
"Iya pak. Jadi gini. PT. MCKO ini juga punya Misha Corp. Hanya saja ini kepemilikan atas nama saya pribadi bukan papi saya. Kantor pusatnya ya di gedung ini juga. Hanya saja, ada di lantai tiga dan empat gedung. Untuk gaji dan tunjangan yang lain jelas lebih besar dari yang bapak terima sebelumnya,"
"Selain juga karena bapak kan naik jabatan nih pak istilahnya. Dari ketua regu menjadi kepala devisi. Tapi tanggung jawabnya juga besar pak. Bapak akan membawahi beberapa tim yang akan mengecek lapangan. Nah! Nantinya hasil dari cek lapangan itu, bapak wajib langsung kasih laporannya ke saya,"
"Seperti itu lah pak gambaran singkatnya. Bagaimana pak?" tanya Emeris setelah menjamblangkan semuanya.
Pak Dirga melongo, tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Kenaikan jabatan yang pasti akan di susul dengan kenaikan gaji..., berkantor di gedung yang mewah. Jauh lebih mewah dari kantor cabang yang selama ini ia tempati. Selain itu juga, ia secara tidak langsung akan menjadi orang kepercayaan CEO muda nan berbakat di hadapannya itu.
Kalau istri dan anak-anaknya tahu, pasti mereka akan senang bukan main!!
"Pak..., gimana pak?" panggil Emeris yang melihat mata lelaki setengah baya di hadapannya terlihat seakan melayang entah kemana.
"Ah, iya pak?! Ah, itu..., saya mau pak! Saya bersedia!!" ucap Pak Dirga mantap.
Senyum penuh kepuasan Emeris dan Thomas pun berkembang di wajah keduanya.
"Ok, kalau gitu. Hari ini bapak bisa mulai pengenalan dulu sama Thomas. Bapak pasti sudah kenal Thomas. Dia asisten dan tangan kanan saya. Bapak bisa ikut Thomas yang akan ngajak pak Dirga jalan-jalan dan kenalan sama orang-orang seisi gedung ini," Emeris mengulurkan kembali jabatan tangannya.
"Ah, iya pak! Terimakasih banyak!" pak Dirga menjabat tangan itu erat dengan penuh kebahagiaan.
"Saya yang sangat berterima kepada bapak! Terimakasih banyak!" Emeris tersenyum dengan sangat lebar nan ramah, membuat pak Dirga terenyuh akan kehangat dan kebaikan anak muda di hadapannya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya pak Dirga benar-benar keluar dari ruangan itu, mengikuti Thomas yang tidak kalah ramah dengan sang CEO.
Ia berkeliling.
Diawali lantai tertinggi ini, lantai ke-6 yang berisi kayawan Misha Corp dari dept. Personalia, dept. Payroll, dept. General Affair dan tentu saja ruang meeting serta kantor Emeris.
Lalu turun ke lantai 5 yang berisi beberapa karyawan departemen penunjang lainnya dari Misha Corp. Dan masih ada ruang rapat lagi.
Kemudian ia di bawa turun lagi ke lantai 4, disinilah ia menemukan sebuah ruangan berukuran 3x4meter. Dimana ia nantinya akan menempati ruangan itu. Ia juga berkenalan dengan semua orang di lantai itu, yang setengahnya ternyata adalah orang-orang yang akan menjadi bawahannya.
Mereka sangat ramah.
Ia juga bertemu dengan para programmer kepercayaan dari MCKO.
Di lantai 3 ia juga bertemu dengan para karyawan MCKO. Lalu di lantai 2 ternyata berisi kafetarian dan tempat untuk isoma. Sedangkan di lantai 1 tentunya lobby yang di tempati 3 orang gadis cantik yang sedari tadi memperlakukan dirinyadengan sangat ramah selagi menunggu.
"Anu, permisi pak Thomas," ucap Pak Dirga hati-hati.
"Iya pak?" sahut Thomas.
"Saya mau ketoilet sebentar," pamit pak Dirga.
" Ah, iya pak. Silahkan!"
Pak Dirga pun segera pergi ke toilet. Bukan untuk keperluan ketoiletan. Melainkan ia ingin menghubungi istri tercintanya.
"Halo, ma!" sapa Pak Dirga begitu ia mendengar suara lembut sang istri.
"Kenapa pa? Ada apa?" terdengar suara khawatir istrinya.
"Ma! Aku ini naik jabatan loh! Jadi kepala devisi. Gajiku juga naik!" ucap pak Dirga penuh kebahagiaan.
"Yang bener, pa?!"
"Iya ma! Nanti malem kita makan di luar. Bilang sama anak-anak! Kita rayain. Sekalian kita beli lensa kamera yang di pingin Pooh sama apapun benda yang dimau Miki! Kita beliin!" jelas Pak Dirga alias Papa Miki penuh kebahagiaan. Ia sudah membayangkan senyuman bahagia kedua anak kesayangannya itu.
"Ya..., Miki udah pamit mau nginep di rumah Olivee pa nanti malem," sahut istrinya terdengar kecewa.
"Sudah kamu ijinin ta ma?" tanya Pak Dirga.
"Iya pa. Terus gimana?"
"Ya udah nggak apa-apa. Lusa aja kita makan malem. Tapi jangan kasihcerita dulu ke anak-anak. Kita bikin kejutan aja!"
"Ok pa! Jadi..., dari semalem ini toh yang bikin kamu nggak bisa tidur?"
"Haha..., iya ma. Aslinya sih aku udah tahu kalau bakalan pindah kantor ke kantor pusat. Tapi aku nggak tahu kalau ternyata aku naik jabatan!!"
"Syukur. Terimakasih tuhan!" ucap sang istri tulus.
"Tuhan memang baik sama kita, ma! Terimakasih tuhan!!" sambung pak Dirga.