Karena Hamil, Aku Dijadikan Istri SIMPANAN

"Mana putrimu Ida, aku tau kau yang menyembunyikan putrimu, kemana dia?" Tanya Angkasa.

"Kenapa kau mencari putriku, dia dengan putramu tidak akan bisa bersama," jawab Ida kembali membelakangi Angkasa.

"Kalau begitu, mana putraku? Seharusnya sekarang dia sudah berusia 27 tahun," Angkasa mencari putranya.

Ternyata Angkasa dan Ida memiliki buah hati bersama di masa lalu. Dan Angkasa tak pernah menemui putranya itu hingga kini.

Di masa lalu, mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, tapi karena perbedaan latar belakang, mereka di pisahkan oleh kedua orang tua Angkasa, dan menjadohkan Angkasa dengan Yunda. Wanita yang sangat sombong.

Ida bungkam tak ingin menjawab pertanyaan Angkasa, karena anak mereka, wanita paruh baya itu sudah menitip pada temannya. Sampai saat ini, Dara dan Ririn anak dari suaminya yang sudah wafat, tak tau jika mereka memiliki seorang kakak laki-laki.

"Ida, aku bertanya padamu, di mana kau menyembunyikan putraku," tanya Angkasa memegang bahu wanita itu.

Ida menepis tangan Angkasa. "Yang sopan kamu, pergi dari sini, tidak ada gunanya kau datang kemari, jika sampai wanita sombong itu melihatmu di sini, dia pasti akan menimbulkan masalah padaku, jadi ku mohon, jangan merepotkan aku lagi, pergilah sejauh mungkin dari kehidupanku," Ida marah pada Angkasa.

"Baiklah, aku akan pergi, tapi besok aku akan datang lagi sampai kau mau memberitahukan padaku, dimana putrimu berada," kata Angkasa membalik badan ingin pergi.

"Kau tidak perlu mencari keberadaan putriku, karena sampai kapanpun, aku tidak akan pernah membiarkan putriku bersatu dengan putramu itu, putramu dari hasil darah daging wanita angkuh itu," Ida membantah keras hubungan anaknya dengan putra Yunda, yakni Adam.

Angkasa menghentikan langkah kakinya mendengar ucapan Ida, wanita yang sangat ia cintai.

"Kau dan Yunda sama saja, hanya mementingkan diri kalian sendiri, tanpa memikirkan perasaan anak mereka yang sebentar lagi akan lahir, anak itu membutuhkan kedua orang tua yang utuh Ida," jawab Angkasa membalik semula badannya dan menatap Ida.

"Cih! Membutuhkan kedua orpang tua utuh? Bagaimana denganmu? Apa kau lupa? jika kau juga telah menelantarkan putramu sendiri, pada saat dia masih dalam kandunganku, kenapa kau melakukan itu? owh, aku tau itu pasti karena kau takutkan di hapus dari pewaris kekayaan kedua orang tuamu!!" Sinis Ida, meluahkan rasa sakit hatinya pada laki-laki itu.

Angkasa terdiam seribu bahasa, karena sampai saat ini setelah berlalu 27 tahun, wanita itu masih berpikiran yang sama, tetap salah faham padanya.

"Aku yang akan mempersatukan mereka berdua, meski tanpa restumu dan juga Yunda," ucap Angkasa kekeh kembali melangkah meninggalkan Ida yang terdiam mencerna ucapannya.

Perlahan wanita itu mulai menjatuhkan air matanya mengingat semua kesakitan dan penderitaan yang pernah ia lalui dulu.

,,,

''Uwek uwek uwek" Anim muntah-muntah di toilet, mujur karena Adam tidak pulang semalam, karena laki-laki itu berada di Barnya semalaman, jadi ia tak melihat Anim yang sangat aneh.

"Kenapa aku muntah-muntah, apa aku hamil," panik. Karena sudah satu bulan ia tak kedatangan tamu merah.

"Tidak, tidak, tidak, jangan sampai itu terjadi, aku tidak mau pisah dengan Adam, jika sampai dia tau aku hamil, sudah pasti dia akan menceraikanku, karena dia tidak pernah menyentuhku" cemas Anim mengusap kasar wajahnya.

Lain halnya di desa.

Dara mengusap perutnya yang sebentar lagi akan lahiran. "Tinggal sebulan lagi, kau akan lahir sayang ... Bunda berjanji, akan selalu bersamamu, bunda tidak akan membiarkan laki-laki itu membawamu pergi dari bunda sayang," gumam Dara.