(Tahap Revisi)
Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.
"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.
"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.
Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
"Aku akan bertanggungjawab. Kita harus segera menikah" ucap Hans sambil menggenggam tangan Hani.
Hans sangat yakin dengan keputusannya. Apalagi Hani sedang mengandung darah dagingnya. Ternyata dia tidak benar-benar impoten, berarti diagnosa dokter beberapa tahun yang lalu salah besar atau mungkin saja dia sudah sembuh dari sakit yang dideritanya selama ini.
Sementara Hani masih memejamkan kedua matanya yang sedang berbaring di atas tempat tidur pasien, saat merasakan seseorang sedang menggenggam tangannya, bulu mata lentik nya mulai terbuka.
Dengan kasar Hani menarik tangannya dari genggaman tangan seorang pria yang masih belum dia sadari bahwa pria itu adalah Hans. Sebelah tangannya lagi tertancap jarum infus, otomatis membuatnya tak leluasa bergerak.
"Awww, aku dimana sekarang?" gumam Hani sambil menyentuh kepalanya yang masih pening.
"Di rumah sakit" jawab Hans cepat.
"Apa! Aku harus pulang, aku tidak punya uang untuk membayar biaya...." Hani tidak melanjutkan ucapannya kedua matanya membulat sempurna melihat sosok pria yang sangat dibencinya berdiri di sampingnya. Itu artinya pria bajingan itu yang membawanya ke rumah sakit.
Buru-buru Hani melepaskan jarum infus di tangannya, dengan cepat Hans menghentikan aksinya.
"Kamu masih butuh perawatan, aku tidak akan membiarkanmu pergi dari rumah sakit" ucap Hans dengan tegasnya sambil mencekal tangan Hani yang ter infus.
Bughh.
Hani langsung meninju perut sixpack Hans, membuat Hans sama sekali tak bergeming di tempatnya. Walaupun wanita itu sedang sakit, tenaganya masih kuat untuk menghajarnya.
"Berapa kali aku katakan jangan pernah muncul dihadapan ku, karena aku tidak segan-segan untuk membunuhmu!" ucap Hani marah dengan sorot mata tajam dan siap menghabisi mangsanya. Hani sudah bangun, dia mengubah posisi duduknya menjadi bersandar seolah siap menantang Hans.
"Aku bersedia mati di tanganmu. Tapi, biarkan aku menebus semua kesalahanku kepadamu. Tolong maafkan aku, Hani Handoko" ucap Hans dengan tatapan hangatnya menyebut nama lengkap Hani.
"Ciiih! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah memaafkan mu bajingan. Perlu kamu ingat baik-baik, aku benar-benar akan membunuhmu, aku tidak takut dipenjara seumur hidupku, yang jelasnya kamu harus mati ditangan ku" ucap Hani dengan tatapan membunuhnya, kebenciannya terhadap Hans masih berapi-api.
"Baiklah lakukan sesuai keinginanmu. Tapi, biarkan aku menikahi mu, karena kamu sedang mengandung anakku!" ucap Hans bersungguh-sungguh dari lubuk hatinya yang terdalam.
Bagaimana bisa dia tahu kalau aku sedang hamil? jangan-jangan dokter yang memberitahunya, sial. Batin Hani.
"Ha ha ha, apa aku sedang mendengar lelucon? mudah sekali kamu mengatakannya. Dengarkan aku baik-baik, aku tidak sudi menikah dengan pria bajingan yang ternyata seorang impoten karatan!, ciiih!. Walaupun aku tengah Hamil, tapi janin dalam perutku bukanlah hasil dari pria impoten!" ucap Hani dengan ejekannya sekaligus merendahkan sosok Hans.
Hans menyeringai tipis mendengar ucapan Hani, dia membungkukkan setengah badannya di samping Hani.
"Impoten begini, tapi aku berhasil menghamili mu nona Hani Handoko. Aku orang pertama yang menyentuhmu dan akulah orang yang sudah menitipkan benih dalam rahim mu. Jadi aku anggap kamu wanita yang beruntung mengandung anakku. Jika kamu tidak mengakui ku sebagai ayah dari anak dalam kandunganmu, maka kita membuktikannya lewat tes DNA" ucap Hans tersenyum tipis tepat didepan wajah Hani.
Hani melayangkan tangannya untuk menampar wajah Hans, dengan cepat Hans menangkap tangannya.
"Lepaskan, aku tidak sudi disentuh pria impoten, sangat menjijikkan!" ucap Hani dengan ejekannya membuat Hans semakin mencekal kedua tangannya.
Tanpa basa-basi Hans langsung menarik tengkuk Hani lalu mencium bibirnya dengan paksa, dia tidak peduli bagaimana wanita itu sedang marah sekaligus memberontak dalam cengkeramannya.
Hans terus mellumat habis bibi Hani, dia mengeksplor mulut Hani dengan lidahnya, menikmati bibir Hani yang sensual, hingga membuat burungnya dibawah sana langsung terbangun.
Sedangkan Hani tak bisa berkutik, cengkraman tangan Hans begitu kuat hingga dia tak bisa melawan, ditambah kondisi tubuhnya masih lemas. Hani hanya bisa pasrah dicium oleh Hans, dia cuma bisanya memaki-maki Hans dalam hati.
Cukup lama Hans menikmati bibir Hani, seolah-olah dia sedang memberikan hukuman atas ucapan kasar wanita yang akan segera ia nikahi.
Hans baru menghentikan ciumannya saat menyadari Hani sudah kehabisan nafas, dia hampir saja kebablasan mengulang kembali hal yang pernah terjadi diantara mereka.
Karena ulah Hans, membuat Hani langsung ngos-ngosan. Hani menghirup udara sebanyak-banyaknya, bibir bawahnya tampak bengkak akibat ulah Hans yang menciumnya sangat brutal.
Hani mengepalkan tangannya sambil mengalihkan pandangannya kearah lain, dia berusaha mengontrol jantungnya yang mendadak berdetak kencang saat pria bajingan itu menciumnya. Dia sangat marah, dan begitu benci disentuh pria bajingan itu.
Suasana ruangan VVIP yang mereka tempati seketika menjadi Hening. Baik Hani maupun Hans tidak ada yang buka suara atas insiden ciuman paksa yang baru saja terjadi.
"Awww"
Hani merintih kesakitan yang tak sengaja menggerakkan tangannya yang terinfus, membuat Hans langsung khawatir kepadanya.
"Mana yang sakit, aku akan panggilkan dokter" ucap Hans dengan penuh perhatiannya dan begitu sigap layaknya suami-suami siaga.
Hani tak menggubris ucapannya, dia terlihat sangat marah, kesal dan ingin memakan Hans hidup-hidup.
Sementara di luar ruangan, terdengar suara seseorang sedang berdebat dengan ketiga bodyguard handal Hans yang sedang berjaga-jaga di depan pintu ruang perawatan VVIP.
"Minggir kalian semua, jangan menghalangi ku untuk melihat putraku" ucap Wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah Nyonya Miranda, ibunda Hans.
Nyonya Miranda mendapatkan kabar dari mata-matanya bahwa putranya sedang berada di rumah sakit. Lagi-lagi Nyonya Miranda khawatir akan kondisi putra semata wayangnya. Tanpa pikir panjang dia langsung meluncur ke rumah sakit untuk melihat langsung kondisi putranya.
"Mohon maaf nyonya, tuan tidak ingin diganggu" ucap salah satu bodyguard Hans yang sedang menahan ibu dari majikannya. Pasalnya tuan muda nya sudah berpesan untuk tidak diganggu siapapun.
"Apa-apaan kalian. Aku ini ibunya. Jika putraku kembali terluka, aku akan pecat kalian, dasar bodyguard tak berguna" omel Nyonya Miranda membuat mereka tak lagi menahan majikannya.
Ceklek....
Nyonya Miranda membuka pintu lalu melangkah masuk ke dalam ruangan tersebut. Pandangan wanita paruh baya itu langsung tertuju kearah tempat tidur pasien. Dimana sosok wanita muda menempati tempat tidur pasien, sedangkan putranya terlihat duduk di kursi tepat di samping tempat tidur pasien.
"Mama" ucap Hans terkejut melihat kedatangan ibunya. Nyonya Miranda melangkah anggun menghampiri mereka.
"Hans, dia siapa?" tanya Nyonya Miranda dengan tatapan penuh selidik menatap tidak suka sosok wanita yang menempati tempat tidur pasien. Dia merasa pernah melihat wanita itu, tapi dimana?, pikirnya.
"Ma, kita bicara diluar saja" ucap Hans sambil bangkit dari duduknya.
"Tidak, katakan saja siapa wanita ini dan apa hubungannya denganmu" ucap Nyonya Miranda yang tetap kekeh. Wanita paruh baya itu terus menatap wajah Hani, seolah tidak asing, namun dia belum juga mengingatnya.
"Mama, dia....." Hans tidak melanjutkan ucapannya karena seseorang mendahuluinya berbicara.
"Dia calon istri Hans" sahut seseorang yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut.
Bersambung.....
sekarang hani jangan panggil hans lagi ganti dengan "mas" aja