"Kaluna, putri mahkota yang terhukum penggal karena kesalahan dan dosa yang tidak pernah dia lakukan. Fitnah dan kebencian telah menghancurkan hidupnya, tetapi Kaluna tidak akan menyerah. Sebelum ajalnya tiba, dia berdoa kepada dewa untuk diberikan kesempatan kedua. Dia berjanji untuk tidak menjadi putri mahkota lagi, tetapi untuk membalas dendam kepada mereka yang telah menghancurkan hidupnya.
Apakah Kaluna akan berhasil kembali ke masa lalu dan membalas dendamnya? Ataukah dia akan terjebak dalam lingkaran kebencian dan dendam yang tidak pernah berakhir? Ikuti perjalanan Kaluna dalam cerita ini, dan temukan jawabannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady_Xiyun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayang - Bayang Kekuasaan
Kaluna berniat mengunjungi Ratu Calantha dengan juga menjenguk Pangeran Christian bersama ibu mertuanya, Grand Duchess Elianora. Karena tadi masih bersama sang suami, Damian membuatnya harus datang terlambat.
Di tengah lorong istana dia bertemu dengan Putra Mahkota Kael yang langsung menghalangi langkah kakinya.
"Lady Kaluna akhirnya kita bisa bertemu lagi." ucap Putra mahkota Kael senang atas pertemuan tak di sengaja ini.
"Salam putra mahkota bisakah anda minggir saya ingin lewat dan tadi anda salah memanggil saya seharusnya anda memanggil Grand Duchess Muda Kaluna bukan Lady Kaluna karena saya sudah menikah." sahut Kaluna dingin.
"Oh maaf hanya sebuah panggilan kenapa barus marah."
"Kalau begitu bisakah anda minggir." ujar Kaluna menatap tajam sang putra mahkota.
"Kenapa harus terburu - buru mampirlah ke istana timur."
Setelah Kaluna berlalu, Putra Mahkota Kael memanggil salah satu dayangnya. "Panggil Grand Duke Muda Damian ke istana timur," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang tegas.
Dayangnya mengangguk dan segera pergi untuk memanggil Grand Duke Muda Damian. Putra Mahkota Kael memandang ke arah jendela, memikirkan rencana selanjutnya.
Sementara itu, Kaluna tiba di kamar Ratu Calantha dan menemukan Grand Duchess Elianora sudah ada di sana. "Kaluna, menantuku," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang hangat. "Aku senang kamu bisa datang."
Kaluna memeluk Grand Duchess Elianora dan kemudian mendekati Ratu Calantha. "Bagaimana keadaanmu, Ratu Calantha?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Ratu Calantha memandang Kaluna dengan mata yang sedih. "Aku masih sangat sedih, Kaluna," kata Ratu Calantha dengan suara yang bergetar. "Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa Alaric sudah tidak ada lagi."
Kaluna memeluk Ratu Calantha dan mencoba untuk menghiburnya. Tapi, dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik kematian Pangeran Alaric.
Ratu Calantha memandang Kaluna dengan mata yang sedih. "Aku masih sangat sedih, Kaluna," kata Ratu Calantha dengan suara yang bergetar. "Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa Alaric sudah tidak ada lagi."
Kaluna memeluk Ratu Calantha dan mencoba untuk menghiburnya. "Aku juga sangat sedih, Ratu Calantha," kata Kaluna dengan suara yang lembut. "Tapi, kita harus kuat untuk Pangeran Christian."
Ratu Calantha mengangguk dan memandang Kaluna dengan mata yang sedih. "Aku tahu, Kaluna," kata Ratu Calantha dengan suara yang bergetar. "Tapi, aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres di balik kematian Alaric."
Kaluna memandang Ratu Calantha dengan mata yang tajam. "Apa yang Anda maksud, Ratu Calantha?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Ratu Calantha memandang Kaluna dengan mata yang sedih. "Aku tidak tahu, Kaluna," kata Ratu Calantha dengan suara yang bergetar. "Tapi, aku memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres."
Kaluna memandang Ratu Calantha dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Ratu Calantha maksud. Tapi, sebelum dia bisa bertanya lagi, Grand Duchess Elianora memotong percakapan mereka.
"Kaluna, menantuku," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang hangat. "Aku ingin berbicara denganmu tentang sesuatu."
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Grand Duchess Elianora ingin bicarakan.
"Baik, Ibu," kata Kaluna dengan suara yang lembut. "Apa yang ingin Ibu bicarakan?"
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku ingin berbicara tentang Putra Mahkota Kael," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius.
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam. "Apa tentang Putra Mahkota Kael?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku memiliki perasaan bahwa Putra Mahkota Kael tidak seperti yang dia tampakkan," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius.
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam. "Apa yang Ibu maksud?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku pikir Putra Mahkota Kael memiliki rencana yang tidak baik," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius.
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Grand Duchess Elianora maksud. Dia juga memiliki perasaan bahwa Putra Mahkota Kael tidak seperti yang dia tampakkan.
"Baik, Ibu," kata Kaluna dengan suara yang lembut. "Aku akan berhati-hati dengan Putra Mahkota Kael."
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku ingin kamu lebih dari sekedar berhati-hati, Kaluna," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius. "Aku ingin kamu mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik kematian Pangeran Alaric."
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam. "Apa yang Ibu maksud?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku pikir kematian Pangeran Alaric tidaklah kebetulan," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius. "Aku pikir ada sesuatu yang lebih besar yang terjadi di balik itu."
Kaluna memandang Grand Duchess Elianora dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Grand Duchess Elianora maksud. Dia juga memiliki perasaan bahwa kematian Pangeran Alaric tidaklah kebetulan.
"Tapi, bagaimana aku bisa mencari tahu?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Grand Duchess Elianora memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku akan memberikan kamu beberapa petunjuk," kata Grand Duchess Elianora dengan suara yang serius. "Tapi, kamu harus berhati-hati, Kaluna. Ada banyak orang yang tidak ingin kamu mengetahui kebenaran."
Setelah Grand Duke Muda Damian tiba di istana timur, Putra Mahkota Kael menyambutnya dengan senyum yang santai.
"Grand Duke Muda Damian, aku senang kamu bisa datang," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang lembut.
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam. "Apa yang ingin Anda bicarakan, Putra Mahkota Kael?" tanya Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Aku ingin berbicara tentang istrimu, Grand Duchess Muda Kaluna," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai.
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam. "Apa tentang Kaluna?" tanya Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai.
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Putra Mahkota Kael maksud.
"Apa yang Anda maksud dengan 'malam itu'?" tanya Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin, berusaha untuk tidak menunjukkan ketegangan.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Aku pikir kamu tahu apa yang aku maksud, Grand Duke Muda Damian," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai.
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam, mencoba untuk memahami apa yang Putra Mahkota Kael ingin bicarakan. Dia tahu bahwa Putra Mahkota Kael tidaklah semudah yang dia tampakkan.
"Tolong, Putra Mahkota Kael, berbicara secara terbuka," kata Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Baiklah, Grand Duke Muda Damian," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai. "Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada malam kematian Pangeran Alaric."
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam, merasa bahwa Putra Mahkota Kael telah mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui.
"Apa yang membuat Anda berpikir bahwa aku tahu sesuatu tentang kematian Pangeran Alaric?" tanya Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin, berusaha untuk tidak menunjukkan ketegangan.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Aku memiliki sumber yang dapat dipercaya, Grand Duke Muda Damian," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai. "Dan sumber itu mengatakan bahwa kamu terlibat dalam kematian Pangeran Alaric."
Grand Duke Muda Damian memandang Putra Mahkota Kael dengan mata yang tajam, merasa bahwa Putra Mahkota Kael telah mengetahui sesuatu yang tidak seharusnya dia ketahui. Dia tahu bahwa dia harus berhati-hati dalam menjawab pertanyaan Putra Mahkota Kael.
"Aku tidak tahu apa yang Anda maksud," kata Grand Duke Muda Damian dengan suara yang dingin, berusaha untuk tidak menunjukkan ketegangan.
Putra Mahkota Kael tersenyum lagi. "Aku pikir kamu tahu apa yang aku maksud, Grand Duke Muda Damian," kata Putra Mahkota Kael dengan suara yang santai. "Dan aku akan terus mencari kebenaran tentang kematian Pangeran Alaric."
"Kau pikir aku takut denganmu Putra mahkota Kael, dengar ini baik - baik." kata Damian dingin sambil satu tangannya menunjuk putra mahkota.
"Kalau saya menemukan bukti kau terlibat atas tewasnya Pangeran Alaric aku bersumpah kamu akan menyesal."
Setelah Damian pergi, Putra Mahkota Kael memandang ke arah jendela dengan senyum kemenangan. "Kau tidak akan menemukan keterlibatanku," kata Putra Mahkota Kael dalam hati.
Sementara itu, Damian kembali ke istana dan langsung mencari Kaluna. Dia ingin memberitahu Kaluna tentang pertemuannya dengan Putra Mahkota Kael.
"Kaluna, aku harus berbicara denganmu tentang sesuatu," kata Damian dengan suara yang serius.
Kaluna memandang Damian dengan mata yang tajam. "Apa itu, Damian?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Damian memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku baru saja bertemu dengan Putra Mahkota Kael," kata Damian dengan suara yang serius. "Dan aku pikir dia memiliki rencana yang tidak baik."
Kaluna memandang Damian dengan mata yang tajam. "Apa yang kamu maksud?" tanya Kaluna dengan suara yang lembut.
Damian memandang Kaluna dengan mata yang tajam. "Aku tidak tahu pasti," kata Damian dengan suara yang serius. "Tapi, aku akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."
Kaluna memandang Damian dengan mata yang tajam dan mencoba untuk memahami apa yang Damian maksud. Dia juga memiliki perasaan bahwa Putra Mahkota Kael tidak seperti yang dia tampakkan.
...To Be Continued...
Note:
Terimakasih telah membaca cerita jangan lupa komen, kritik dan saran ya 😊 jangan lupa tinggalkan jejak😊 sayang kalian semua semoga kalian suka🥰🥰Biar saya tambah semangat membuat kelanjutan ceritanya Terimakasih love
kalau saya cepetin nantinya malah gak ada pembahasan sih😊 nanti saya akan mencoba saran kamu/Smile//Smile/