Berawal perkemahan yang diadakan oleh sekolah membuat anak-anak terpilih memiliki kekuatan aneh.
Saat perkemahan berlangsung mereka tersesat karena disebabkan oleh kejahilan seseorang dan hal itu membuat mereka menjadi masuk ke sebuah gua hanya untuk berteduh. Rasa penasaran mereka yang tinggi membuat mereka memasuki gua hingga bagian terdalam dan menemukan sebuah danau tersembunyi di dalam gua.
Karena sesuatu, mereka tak sengaja masuk ke danau dan secara tiba-tiba membuat mereka memiliki kekuatan
Mampukah mereka mengendalikan kekuatan itu? Atau malah sebaliknya, hal itu menjadi bumerang bagi mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anyelir 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
Malam ini Riko berada di kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya mencoba peruntungannya dalam uji coba alat terbarunya. Alat pemantau yang seukuran dengan nyamuk namun menghasilkan gambar yang jernih.
Saat uji coba alat tersebut, Airin dan Aaron hanya duduk santai menikmati camilan yang disiapkan oleh pegawai rumahnya.
"Oke, alat gue udah siap dan berada di posisi dimana kita bisa pantau dengan jelas" ujar Riko yang baru saja duduk, bergabung dengan Airin dan Aaron
"Tapi, darimana kalian tau kalau perampok itu nggak akan beraksi malam ini?" Riko masih saja memikirkan prediksi yang dibuat oleh Aaron
"Coba kau amati lagi dengan jelas area sekita tempat terjadinya perampokan" perintah Aaron
Riko segera memeriksa keadaan sekitar baik CCTV yang dipasang si kembar dan alat pemantau miliknya. Terlihat banyak orang yang bersembunyi di sana. Ada Rasya, Camelia, dan Anggi juga terlibat di sana. Riko mengernyit bingung melihat banyaknya orang di tempat kejadian
"Apa yang kau lihat?" tanya Aaron setelah melihat ekspresi yang dikeluarkan Riko.
"Banyak orang, dan di sana ada Rasya, Camelia, sama Anggi"
"Menurutmu, siapa orang-orang yang bersembunyi di sana?" tanya Airin yang gemas melihat betapa polosnya Riko.
"Orang suruhan?" jawab Riko ragu. Dirinya tau seberapa kaya keluarga Rasya dan Camelia sehingga dapat menyewa orang. Namun, kekayaan keduanya tak akan sebanding dengan kekayaan milik Sanjaya. Apalagi menyewa orang sebanyak itu, bukanlah hal yang mudah dan perlu biaya yang banyak.
"Bukan, itu adalah polisi yang sedang menyamar. Jika kau lupa, Camelia adalah anak seorang polisi. Meskipun keluarga Camelia memiliki perusahaan, jangan lupa bahwa ayah kandung Camelia adalah seorang polisi" jelas Airin.
Mendengar penjelasan Airin membuat semuanya masuk akal. Dirinya paham mengapa perampok itu tidak akan datang malam ini setelah malam sebelumnya mereka telah digerebek sekolompok anak remaja dengan kekuatan yang sama, yaitu memiliki kekuatan magis atau super.
"Bisa dibilang, mereka awalnya pasti memantau tempat perampokan saat siang dan melihat keadaan tak memungkinkan membuat mereka tak bergerak malam ini" ujar Riko memastikan
"Bisa dibilang seperti" ujar Aaron santai sambil menikmati secangkir teh hangat.
"Dan kemungkinan besar perampok itu akan pindah tempat" ujar Airin dengan serius setelah melihat rekaman dari alat pemantau Riko.
"Apa maksudmu?" tanya Riko
Airin menunjuk salah satu objek yang tertangkap alat pemantau milik Riko. Terlihat di sana kedua orang perampok sedang bersembunyi untuk memantau situasi.
"Eh tunggu dulu...." Riko seakan memikirkan sesuatu
"Jika polisi datang dan mengawasi sekitar, bukankah CCTV kalian akan terbongkar dan polisi akan melacak pemilik CCTV. Otomatis akan datang kesini dong" Riko berteriak histeris setelah mengetahui akan berurusan dengan polisi.
"Santai, kami sudah antisipasi dengan itu" Aaron segera menunjukkan surat mengenai kepemilikan rumah di Jalan Mawar, tempat kejadian perampokan.
Riko mengamati surat kepemilikan rumah. Aaron memiliki surat rumah, namun dalam surat itu bukan atas nama Aaron maupun Airin bahkan bukan dari anggota keluarga Sanjaya.
"Jadi, CCTV itu tersambung dari rumah itu dan rumah itu bukan atas nama kalian tapi orang lain. Dan itu pasti orang suruhan kalian, kan?" tebak Riko
"100 untukmu. Kami tidak ingin secara terang-terangan berurusan dengan kepolisian karena itu adalah suatu yang merepotkan" Airin dengan santainya mengatakan bahwa berurusan dengan kepolisian adalah hal yang merepotkan. Riko sangat tidak habis pikir dengan pemikiran milik si kembar.
"Menurut kalian, mereka akan pindah kemana?" tanya Riko. Dirinya harus bersiap untuk pencegahan
"Menurutmu, dimana komplek perumahan orang kaya terbesar setelah komplek di Jalan Mawar?" Aaron ingin tau seberapa tajam pemikiran dari seorang Riko, sang ahli teknologi dan Sains.
"Jika dilihat dari komplek orang kaya, yang paling besar komplek tempat kalian tinggal saat ini. Komplek Anggrek." tebak Riko
Mendengar itu Aaron dan Airin tersenyum kecil. Tebakan Riko tidak lah melesat. Target dari perampok itu sudah dipastikan akan pindah dan pergi ke Komplek Anggrek.
Melihat senyum di wajah si kembar, Riko bisa menebak bahwa tebakannya adalah benar. Kemudian dia bersiap memasang alat pemantau di sekitar jalan Komplek Anggrek.
"Riko, gue perlu bantuan" ujar Airin setelah terdiam beberapa saat.
Riko menatap Airin dengan tatapan bertanya. Kemudian Airin membisikkan sesuatu yang membuat Riko tersenyum senang. Aaron yang melihat tingkah keduanya hanya diam, dirinya dapat bertanya mengenai rencana Airin setelah Riko pulang.
"Oke, gue bisa bikin alat itu...." ujar Riko senang
Kemudian, beberes peralatan yang dibawanya dan segera berpamitan pulang agar bisa membuat alat yamg diminta Airin. Aaron yang melihat semangat yang membara dari Riko tercengang. Segitu sukanya dengan penelitian soal alat-alat canggih, pikir Aaron.
Airin yang mendengar suara dari pemikiran Aaron langsung tertawa kecil. Padahal Aaron juga akan memiliki ekspresi yang sama saat mereka membicarakan soal musik.
"Nah, besok kita harus lihat bagaimana mereka akan beraksi. Apakah menggunakan metode yang sama atau berbeda" ujar Aaron tenang, menikmati secangkir teh dengan suasana yang mendukung adalah suatu kenikmatan untuknya.
Airin hanya diam melihat ke luar jendela yang menampilkan langit malam yang begitu cerah.
...****************...
Di pagi harinya, Riko berlari ke arah Airin yang baru saja datang. Riko mengabarkan bahwa alat yang dimintanya sudah siap dan mungkin malam ini bisa digunakan. Mendengar itu tentu saja Airin tersenyum senang.
Aaron yang sudah mengetahui rencana milik Airin hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian, Aaron membuka pintu mobil bagian belakang dan mengambil sebuah goodie bag untuk diserahkan ke Riko.
"Gunakan ini untuk malam nanti" ujar Aaron datar. Kemudian pergi meninggalkan Airin bersama Riko yang masih melihat tas yang diberikan Aaron.
"Gue masuk dulu ya, sampai jumpa" Airin berlari menyusul Aaron yang sudah berada di depan.
"Terima kasih" gumam Riko senang. Riko segera memasukkan goodie bag itu ke dalam tas sekolahnya dan segera masuk ke sekolah menyusul Aaron dan Airin.
...****************...
Di sekolah, hari ini Rasya tak kunjung masuk. Airin mulai khawatir, melihat Rasya di dalam kelas. Namun, seakan guru sudah mengetahui keadaan Rasya, tak ada satupun yang menanyakan dirinya. Bahkan saat presensi kehadiran, guru-guru tidak menanyakan ketidakhadiran Rasya di dalam kelas.
Aaron yang melihat wajah lesu adiknya pun menjadi bertanya-tanya. Melihat adiknya yang melamun dan hanya mengaduk-aduk makanannya, membuat Aaron khawatir.
Aaron memberanikan diri untuk memanggil adiknya, namun tak ada sahutan.
Sebuah tepukan mau tidak mau diberikan ke Airin. Airin yang terkejut tak sengaja melempar sendok yang dibawanya. Namun sayang, sendok itu melayang tepat ke arah Riko yang baru saja akan duduk di samping Aaron.
"Rin, ada masalah apa kau. Sampai melempar sendok ke arahku" Riko kesal, karena lemparan sendok Airin tepat mengenai wajahnya.
"Ahhh... aku tidak sengaja. Kakak sih, tadi ngagetin" kesal Airin
"Loh kok jadi kakak sih, Arin yang salah kenapa melamun" elak Aaron
Airin terdiam. Dirinya kembali memikirkan Rasya yang tak datang ke sekolah.
"Lo kenapa? Ada masalah?" tanya Riko yang melihat Airin sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
"Itu, Rasya hari ini nggak masuk sekolah. Apa kemarin ada yang kita lewatkan?" Airin memikirkan keadaan Rasya. Apalagi kemarin malam Rasya ikut dalam pengintaian perampok angin dan karet.
"Oh... jadi khawatirin Rasya" ujar Aaron dengan nada seakan mengejek saudari kembarnya.
"Nggak kok, perampok itu tidak datang sesuai perkiraan kalian berdua. Tapi kalau soal Rasya..." Riko menjeda ucapannya. Dirinya tidak yakin untuk mengatakan rumor yang selama ini beredar.
"Begini, ini rumor tentang Rasya. Yah... gatau juga sih bener atau nggak ya.." Aaron dan Anggi menyimak dengan serius.
"Rasya itu anak angkat dari keluarga Indrawijaya. Dan rumornya, semua orang di keluarga itu tidak suka dengannya dan ya kalian tau kan akibatnya..."
Riko menjeda ceritanya dan melihat sekitar. Saat terasa aman, dirinya mendekat dan membisikkan sesuatu, "Sebenarnya Rasya itu anak beasiswa"
Airin dan Aaron tentu saja terkejut mendengarnya. Mereka tau keluarga Indrawijaya terkenal dengan keharmonisannya. Namun, jika rumor ini benar maka itu akan jadi bumerang sendiri bagi keluarga itu.
...****************...
Malam tiba, Riko sudah ada di rumah si kembar dengan alat yang sudah di minta Airin. Riko yang sibuk memantau keadaan, dimana tempat perampokan mungkin saja terjadi. Airin yang baru saja datang, melihat Riko yang fokus dengan laptop yang dibawanya.
"Wow, jaket itu cocok juga denganmu" puji Airin yang melihat jaket yang diberikan Aaron terlihat cocok dengan Riko.
Riko tersenyum senang mendengar pujian Airin. Kemudian, dirinya kembali fokus melihat hasil rekaman dari alat pemantaunya. Sesuai dengan yang diperkirakan. Perampok angin itu datang dan mengintai jalanan di sekitar Komplek Anggrek.
"Lihat, mereka beneran datang ke komplek perumahan ini" tunjuk Riko melihat kejadian perampok angin.
Aaron yang melihat itu tersenyum tipis. Kemudian mengambil ponsel dan mengabari seseorang.
"Kita ke jalanan sana atau gimana?" tanya Riko
Aaron dan Airin saling pandang, kemudian mengajak Riko untuk keluar rumah. Mereka berjalan ke arah jalan masuk perumahan. Mereka berhenti di salah satu rumah yang terlihat kosong. Mereka masuk dengan santainya tanpa melihat bahwa teman mereka sedang bertanya-tanya.
"Ini rumah siapa?" tanya Riko
"Rumah sewa yang di beli papa untuk pengawal yang tidak ada rumah di Jakarta. Tapi sekarang lagi kosong" jelas Airin.
Mereka masuk ke arah rooftop rumah. Kemudian Airin meminta alat yang dimintanya untuk dikeluarkan.
"Ini dia kipas angin mini. Tapi jangan salah angin yang dibuatnya terasa seperti angin yang dihasilkan kipas angin besar." jelas Riko memperkenalkan alat terbarunya.
"Oke, saat perampok angin itu bergerak. Alat itu harus membuat angin itu pergi" ujar Airin dengan serius
"Tenang saja, semuanya akan sesuai dengan rencana" Riko menyeringai senang. Dirinya tak sabar melihat alat yang digunakannya dapat bekerja.
"Eh... kenapa ada Rasya dan yang lainnya di sana?" Riko terkejut melihat kehadiran Rasya dan teman-temannya di area sekitar target pengintaian mereka.
"Gue yang ngasih tau mereka" ujar Aaron yang membuat Airin dan Riko memandang Aaron bertanya-tanya.
Melihat saudara dan temannya memandanginya dengan wajah konyol, Aaron langsung menghela nafas lelah.
"Dia udah tau kekuatan mereka. Jadi lebih baik biar mereka yang kerja, kita mantau dan melindungi mereka aja." Penjelasan Aaron membuat mereka paham. Daripada kekuatan mereka terbongkar semua, lebih baik kekuatan mereka saja yang ketahuan.
"Kak, pakai anonim kan pesannya?" tanya Airin
"Tentu saja, bahkan email yang dipakai juga anonim. Jadi kamu tenang aja" jelas Aaron
Riko yang menyiapkan alat-alatnya, Airin dan Aaron memantau keadaan.
...****************...
"Sya, lo yakin ini alamat dari orang itu" tanya Anggi
"Iya, dari email yang gue dapat sih iya disini" ujar Rasya santai
"Hey... lihat di sana" Camelia menunjuk ke sebuah arah dan terlihatlah seseorang yang bergerak sesuai angin dan orang yang bergelayut di pohon atau tiang menggunakan tangannya yang panjang.
"Oke, kita sergap aja" Camelia berlari dan memukul orang itu menggunakan sebuah botol. Rasya merasa lelah melihat sikap gegabah Camelia sedangkan Anggi khawatir jika nantinya Camelia terluka.
Merasa kesal karena terkena lemparan, mereka menyerang Camelia. Pria berangin itu membuat hembusan angin kencang. Angin kencang itu menghilang setelah dilawan oleh angin yang dihasilkan sebuah alat kecil. Melihat ada kesempatan, Rasya menyerang orang itu.
Melihat temannya diserang, pria dengan tubuh karet ingin membantu. Namun, orang itu tiba-tiba pingsan.
Anggi yang menyerang itu dari belakang dengan memukul keras kepala orang itu dengan tongkat kayu yang ditemukannya. Pria angin itu ingin menyerang dan membuat angin kencang, tetapi selalu gagal karena alat kecil yang berupa kipas angin itu menghalangi.
Rasya dan Camelia segera menyerang orang itu dengan jurus karate.
Mereka kalah. Tak lama, datanglah polisi dan membawa kedua orang itu untuk masuk ke dalam penjara.
Ratu kegelapan yang melihat pengikutnya tertangkap. Ratu kegelapan segera menarik kekuatan yang dimilikinya dan hal itu akan berakibat buruk bagi kedua orang itu.
Dari kejauhan Riko, Airin dan Aaron melihat keberhasilan mereka dalam menangkap perampok dengan kekuatan aneh itu.
"Alat gue berhasil. Dan sesuai rencana." Riko senang bahwa rencana mereka susun berhasil.
Rasya curiga akan sesuatu. Kemudian dia mengambil alat yang mirip kipas angin itu. Siapa yang buat alat ini, pikir Rasya.
Camelia diam dan mengamati Rasya yang tiba-tiba termenung.
"Ayo, Sya. Lo gamau pulang" teriak Camelia yang menyadarkan Rasya
"Ah iya, ayo pulang"