Setelah melalui malam panas bersama dengan seorang pria yang dia sewa, Zhia tiba-tiba hamil. Zhia melahirkan sepasang anak kembar yang sangat genius. Tapi dia tidak pernah menyangka pria yang dia sewa dulu adalah seorang Ceo dari perusahaan terbesar didunia bahkan seorang ketua Mafia! Rayden Cano Xavier, Ceo tampan yang memiliki sifat dingin, arogan dan sangat kejam.
Hay, kak!😄😄😄
Novel ini masih On Going 'yah, kak! Dan akan Update 1 Bab/hari.
Jadi, mohon dukungannya 'yah!🙏🙏😄
Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga 'yah! Biar semakin bersinar novelnya!😘
Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon/Mangatoon saja. Yang ada ditempat lain itu semua plagiat. Jadi, mohon dukungan untuk novel orisinilku ini 'yah!😉
Dan jangan Lupa berikan ❤💕💖 untuk Author tersayang kalian ini!😘😘😘
Tambahkan ke rak novel favorit kalian 'yah! supaya tidak ketinggalan kisah seru Double L!😉
Terima kasil All!😉😘😚😙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tidak salah lihat!
Sepanjang perjalanan menuju kerumah sakit terjadi kecanggungan diantara Rayden dan juga Zhia. Beruntung Luca duduk ditengah-tengah mereka, sementara Lucia berada dipangkuan Rayden.
Lucia yang memang sangat menginginkan sosok seorang ayah terus saja melekat pada Rayden.
Dan sebaliknya, entah kenapa Rayden merasa sangat nyaman saat gadis kecil itu terus berada didekapannya,
“Papah! Benarkah papah adalah papah kandungnya, Luci?” ujar Lucia pada Rayden dengan mata berbinar, karena itu juga suasananya tidak menjadi canggung lagi melainkan menjadi sangat tegang terutama untuk Zhia.
“Hmmm. Entahlah! Coba kau tanyakan saja pada mamahmu itu.”
Rayden yang tidak bisa menjawabnya, langsung saja mengalihkan pertanyaan itu pada Zhia.
“Mamah!”
Lucia langsung saja memanggilnya, tapi Zhia malah membuang muka dengan melihat kearah jendela. Melihat reaksi dari mamahnya, raut wajah Lucia pun berubah menjadi kecewa.
“Sudahlah, jangan bersedih! Sebentar lagi dokter yang akan menentukannya.” Ujar Rayden yang berusaha menghibur gadis kecil yang berada dipangkuannya saat ini.
“Siapa namamu tadi?” tanya Rayden yang memang lupa dengan nama gadis kecil itu.
“Lucia.” Jawab Lucia.
“Apakah Luci ingin punya papah sepertiku?” tanya Rayden sembari mengeluarkan senyuman manisnya yang sangat menawan.
Lucia pun langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan cepat. Luca yang berada disebelah mereka pun menjadi kesal, karena hanya adiknya saja yang diperhatikan oleh papahnya.
“Benarkah? Kalau begitu bisakah Luci menciumku?” ujar Rayden dengan nada bicaranya yang terdengar sangat manis dan senyumannya pun terus mengembang.
“Mmuaachh,…” Lucia langsung saja mencium pipi kanan Rayden tanpa malu-malu. Zhia hanya bisa memperhatikan semua kejadian itu dalam diamnya.
Sementara hatinya sangat takut jika kedua anak kembarnya direbut oleh Rayden, setelah kenyataan ini terungkap.
Sesampainya dirumah sakit, Rayden juga disambut oleh para dokter yang bekerja sama. Mereka langsung saja berjalan menuju kesebuah ruangan yang diperuntukan untuk pasien VVIP.
“Ada yang bisa kami bantu, Tuan Xavier?” tanya Direktur rumah sakit dengan sangat ramah, sementara matanya terus melirik kearah si kembar.
Direktur itu, tenyata langsung mengenali Luca dan Lucia yang memang saat ini sedang menjadi trending topik diseluruh dunia.
“Aku ingin melakukan tes DNA dengan kedua anak ini. Bagaimana prosesnya? Apakah tidak berbahaya bagi anak-anak? Tidak akan menyakiti mereka, bukan?” ujar Rayden yang memang sudah menjadi sifatnya berbicara langsung pada intinya.
“Tidak sama sekali, Tuan! Kami hanya membutuhkan Sampel ulas (swab sample) dari bagian dalam pipi, atau Sampel lain, seperti rambut, kulit, atau cairan tubuh atau lebih baik dengan menggunakan sampel darah. Karena jika kita menggunakan sampel darah hasilnya akan lebih tepat dan sangat akurat.” Jelas Direktur tersebut yang juga termasuk dokter yang sangat handal dirumah sakit itu.
“Berapa banyak darah yang diperlukan untuk itu?” tanya Rayden lagi dengan polosnya.
“Kami hanya membutuhkan sedikit saja darah Tuan dan kedua anak ini.” Jawab Direktur rumah sakit itu.
“Baiklah, lakukan sekarang juga! Dan aku ingin hasilnya keluar secepat mungkin.” Perintah Rayden dengan wajah dinginnya
“Untuk hasilnya akan keluar dalam satu hari, kami usahakan secepatnya. Dan sekarang kami akan mengambil sampel darah dari kalian.” Ujar Direktur rumah sakit itu.
Kemudian, dia menyuruh dokter yang berada disampingnya untuk mengambil beberapa jarum suntik.
Direktur rumah sakit pun langsung saja mengabil sampel darah Rayden, Luca dan Lucia. Setelah itu langsung membawanya ke labolatorium untuk di cek DNAnya.
Sementara Zhia terus diam dengan wajahnya yang sudah terlihat sangat pucat, tanganya sudah seperti es karena merasa sangat cemas dan juga takut.
Sementara Luca dan Lucia asyik bermain dengan Rayden, seakan mereka sudah kenal lama satu sama lain.
“Cano, kau tidak apa-apa?” seru Julia yang tiba-tiba saja masuk keruangan itu bersama dengan suaminya, Noland.
Raut wajahnya menunjukkan rasa khawatir yang begitu hebat. Namun, seketika raut wajah Julia dan Noland berubah menjadi shock, saat melihat sepasang anak kembar yang sangat mirip dengan Cano kecilnya.
Rayden, Zhia, Luca dan Lucia pun langsung menatap kedatangan Julia dan Noland dengan tatapan penuh keheranan.
“Mamah, Papah! Kenapa kalian berdua berada disini?” tanya Rayden dengan menunjukkan ekspresi dinginnya lagi.
“Kami dengar kau sedang berada dirumah sakit. Tapi siapa kedua anak ini? Apakah mereka anakmu, Cano?” ujar Noland sembari menunjuk kearah Luca dan Lucia berada.
“Pah, di-dia Cano kecil yang mamah lihat di Mall kemarin!” seru Julia langsung menunjuk pada Luca.
“Hah? Jadi , mamah kemarin tidak sedang berhalusinasi?” ujar Noland yang masih tidak percaya dengan perkataan istrinya saat itu.
“Kan, sudah mamah bilang! Mamah benar-benar tidak salah lihat ataupun berhalusinasi kemarin! Salah siapa papah tidak mempercayainya!”
Julia dengan percaya diri yakin bahwa Luca ‘lah yang dia lihat saat di Mall.
“Kan, papah kemarin tidak melihatnya sendiri.” Noland pun mencoba membela dirinya sendiri.
Zhia yang melihat kedua anak kembarnya, terutama Luca yang sedang dibicarakan oleh dua orang itu. Langsung saja menghampiri dan memeluk kedua anaknya itu dengan eratnya.
“Sudah, hentikan! Cano tanya kenapa kalian berdua berada disini sekarang?” seru Rayden yang mengalihkan perhatian kedua orang tuanya.
“Itu tidak penting lagi, Cano! Sekarang beritahu mamah, apakah anak kembar itu anakmu?” ujar Julia yang langsung mendekat pada Rayden dan semakin memojokkannya.
“Cano juga tidak tahu! Kami sedang menunggu hasil tes DNAnya keluar sekarang!” sahut Rayden yang berusaha menghindari mamahnya.
“Benarkah?” ujar Julia lagi.
“Kerja bagus, Putraku! Papah harap kamu benar-benar ayah dari anak-anak ini.” Sahut Noland yang merasa sangat bangga pada Rayden saat itu.
Julia pun mulai mendekati Luca dan Lucia yang bersembunyi dipelukan mamahnya.
“Hallo manis? Siapa nama kalian?” tanya Julia dengan penuh keramahan dan senyuman yang hangat.
“Lucia.” Si gadis pemberani, Lucia memperkenalkan dirinya pada Julia.
“Ouh, nama yang sangat cantik seperti orangnya.” Puji Julia dengan penuh ketulusan.
“Lalu siapa anak tampan yang satu ini?”
Julia kini beralih pada Luca, mencoba untuk merebut hati Cano kecilnya itu.
“Dia kakakku, Namanya Kak Luca! Dan ini mamah kami, mamah yang paling cantik dan terbaik didunia!” sahut Lucia yang memperkenalkan Luca dan juga Zhia.
“Jadi kau mamah dari kedua anak kembar ini?” tanya Julia yang tampak terkejut begitu mengetahuinya.
“Cano, pilihanmu cantik juga! Tapi masih lebih cantik mamahmu, istri papah! Hahahah,….” Bisik Noland pada Rayden sembari menertawakannya karena wajah putranya terlihat lucu saat itu.
Rayden pun langsung menatap kearah papahnya dengan dinginnya.
“Apaan ‘sih, Pah!” sahut Rayden dengan nada ketusnya.
“Iya, Nyonya!” Jawab Zhia dengan canggungnya, seperti bertemu dengan papah dan mamah mertua untuk pertama kalinya.
“Hay, ayo kita bicara berdua diluar!”
Rayden tiba-tiba saja meminta Zhia untuk keluar dari ruangan itu bersamanya.
Rayden berjalan keluar lebih dulu, Zhia sejenak ragu untuk mengikutinya dan meninggalkan anak kembarnya disana sendirian.
“Pergilah, kami yang akan menjaga anak-anakmu disini!” ujar Noland yang milhat keraguan dimata Zhia.
“Terima kasih, Tuan! Atas bantuannya.”
Setelah itu, Zhia pun mengikuti Rayden keluar dari ruangan itu dengan perasaannya yang masih tidak menentu.
Bersambung...........