NovelToon NovelToon
Tawanan Bos Tampan

Tawanan Bos Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO
Popularitas:11.4k
Nilai: 5
Nama Author: Teddy_08

Keira Maheswari tak pernah menyangka hidupnya akan berubah begitu drastis. Menjadi yatim piatu di usia belia akibat kecelakaan tragis membuatnya harus berjuang sendiri.

Atas rekomendasi sang kakak, ia pun menerima pekerjaan di sebuah perusahaan besar.

Namun, di hari pertamanya bekerja, Keira langsung berhadapan dengan pengalaman buruk dari atasannya sendiri.

Revan Ardian adalah pria matang yang perfeksionis, disiplin, dan terkenal galak di kantor. Selain dikenal sebagai seorang pekerja keras, ia juga punya sisi lain yang tak kalah mencolok dari reputasinya sebagai playboy ulung.

Keira berusaha bertahan menghadapi kerasnya dunia kerja di bawah tekanan bosnya yang dingin dan menuntut.

Namun, tanpa disadari, hubungan mereka mulai membawa perubahan. Apakah Keira mampu menghadapi Revan? Atau justru ia akan terjebak dalam pesona pria yang sulit ditebak itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teddy_08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14. Perjalanan Dinas

Mentari pagi menampakkan binarnya. Hangatnya menyentuh kulit, menyeruak masuk melewati pantulan jendela kaca. Keira menggeliat, melakukan peregangan otot-otot tubuhnya yang kaku. Tubuhnya sedikit lesu. Maklum dulunya dia gadis manja kemudian dipaksa bekerja.

Sementara Revan bangun lebih pagi dari biasanya hari ini. Ia begitu bersemangat ingin menyambut bidadari hatinya. Maggie tersenyum melihat hidup putranya kembali bergairah. Ia seakan terlahir kembali. Setelah sekian lama hidup tanpa hati.

Setiap hari, hanya menampakkan kursi kebesaran sebagai wallpaper ketika mereka sedang melakukan video call. Itu membuat hati Maggie sesak.

"Vic, mau ke kamar tamu lihat Keira dulu … atau tunggu di meja makan?" Maggie tersenyum menggoda, sambil melenggang hendak merapikan kamar putranya.

"Tunggu di meja makan saja, Mam. Nanti dia malu kalau aku samperin ke kamar," sahut Revan berusaha bersikap biasa.

"Ini langsung kerja atau—" ucapan Maggie terputus, ia seakan memikirkan sesuatu.

Di saat yang sama, Revan juga melemparkan senyum kepada ibunya, "Aku tahu yang ada dipikiran Mama, atur saja perjalanan bisnis ke Bandung. Telpon Papa sekarang ya Ma."

"Oke, kita atur rencana. Kamu juga harus akting di depan dia," perintah Maggie memberikan pengarahan.

Mereka bersiap menunggu Keira di meja makan. Tetapi gadis itu tak kunjung datang. Revan terlihat gelisah sesekali melirik jam yang melingkar di lengannya.

"Di mana Gadis itu?" tanyanya lirih dengan ekspresi geram.

"Sabar Vic, namanya juga wanita mungkin dia lagi bersiap. Atau dandan, heh jangan akting di depan mama dong! Mama naik ke kamar tamu saja ya kalau lima menit lagi ia belum muncul." Maggie gemas dengan putranya yang mulai bersikap aneh.

Tapi meskipun begitu, Maggie sangat bahagia dengan perubahan Revan. Menit kemudian saat Maggie mulai beranjak dari tempat duduknya, terdengar suara seseorang berkutat dengan perabot dapur. Bau makan harum menguar ke seluruh ruang makan.

Maggie dan Revan saling menatap. Keduanya mengerutkan keningnya, tak percaya jika asisten rumah tangga menyiapkan sarapan pagi, padahal sebenarnya Maggie juga telah menyiapkan menu sarapan.

Maggie dan Revan bergerak menuju dapur. Ia terkejut dengan keberadaan gadis yang sejak tadi diperbincangkan di ruang makan.

"Keira, sedang apa?" Suara bariton Revan membuat gadis yang sedang sibuk menggoreng roti itu berjingkat.

"Oh ... aduh ... panas, Bapak ngagetin aja. Aku jadi kecipratan minyak 'kan?" keluhnya, lagi. Nada manja yang membuat Revan sungguh terpesona padanya.

Revan berlari mematikan kompor kemudian menuntun Keira ke wastafel dan mengucur lengan Keira dengan air mengalir.

Keduanya saling menatap satu sama lain. Entah kenapa jantung Revan selalu berdegup hebat setiap kali mereka berdekatan.

Ada rasa tak biasa yang Revan rasakan. Ingin rasanya hatinya menepis tapi semakin berusaha menjauh, semakin sering pula wajah Keira melintas di benaknya.

'Astaga Keira, aku benar-benar gila'. Batin Revan dengan kedua manik matanya yang bergerak-gerak.

"Mangkanya hati-hati, apa-apaan kamu ini. Mama 'kan sudah masak untuk sarapan pagi," ucap Revan berdecak kesal.

Keira hanya mengangguk mengiyakan. Tidak menjawab sepatah katapun. Sikap Keira memang berbeda. Gadis belia itu amat cerewet. Tapi jika ia memang benar-benar bersalah maka dengan besar hati ia mengakui dan menerima konsekuensinya.

Raut wajah Revan mengguratkan rasa cemas. Terbukti dengan sikap yang ia tunjukkan. Bahkan ia lupa jika Maggie memperhatikan dirinya.

Dengan cekatan ia mencari salep dilaci obat. Kemudian mengangkat tubuh mungil Keira di atas meja dapur bak anak kecil yang digendong ayahnya. Dengan terlaten dan berhati-hati ia mengoleskan salep di lengan Keira yang terkena minyak panas sambil meniupnya.

Embusan napas yang menyentuh kulit lengannya terasa begitu menghangat. Tak butuh waktu lama keduanya kembali bertatapan mata. Revan memang play boy sejati. Ia pandai membolak-balikkan hati wanita. Tapi gadis di depannya dipandangnya istimewa. Memiliki tempat tersendiri dalam hatinya.

Sulit baginya menaklukkan hati wanita itu. Meski usianya jauh lebih muda, tetapi Keira tidak lantas langsung menerima tawaran pria manapun. Terbukti ketika Bramantyo Baskara mengajaknya menikah dengan terang-terangan di hadapan Revan.

"Masih sakit?" tanyanya dengan nada lembut.

Kini Revan gugup, menatap matanya saja tak berani. Aneh, ia seperti merasakan jatuh cinta pertama kali padahal sama wanita lain tak punya hati.

"Ehem ...." Maggie berdehem, mengejutkan keduanya.

"Mama udah lapar loh, ciee cepet di sahkan. Biar gak jadi gunjingan orang, udah pantes loh kalian, pantes banget malah," goda Maggie sambil menoel dagu Keira yang pipinya mulai merona.

Gadis itu terdiam. Menundukkan kepalanya, tetapi tetap melanjutkan aktivitasnya.

Keira menggoreng roti yang sudah direndam dengan susu kental beserta telur kocok. Lalu setelah ia tiriskan, segera ia tambahkan topping irisan pisang dan coklat beserta keju. Setelahnya ia tutup kembali dengan roti panas.

Maggie menelan ludah ketika melihat Keira memotong dan menyajikan roti isi yang dibuatnya di piring. Lelehan coklat dan kejunya membuat siapapun yang melihat pasti ingin segera menyantap.

"Kemarin katanya gak bisa masak? Ini enak," ujar Maggie memujinya.

"Itu biasa aku buat sama Mama sebelum beliau meninggal Tante. Dan ... setelah bekerja pada Pak Revan, karena saya diwajibkan menyiapkan sarapan pagi, jadi saya buat untuknya," ucap Keira, ia berbicara sambil menatap bosnya.

Seketika pria tampan berusia dewasa itu mengangkat wajahnya. Menghentikan sarapannya, "Terimakasih, Keira. Maaf jika terkandang saya kurang menghargai pekerjaan kamu."

Keira tidak menjawab. Ia sepertinya mulai menyadari jika Revan mulai main hati dengannya. Tidak ingin dianggap wanita gampangan, Keira berusaha menjaga ucapan atau bahkan sikap.

Maggie menikmati setiap gigitan roti isi atau bahasa kerennya sandwich. Begitu juga Revan. Ia makan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

"Vic, jadi ke Bandung?" tanya Maggie sengaja mengawali pembicaraan.

"Uumm ... jadi, Ma." Revan melanjutkan melahap potongan terakhir roti yang dimakannya. Kemudian meminum segelas air hingga tandas.

Keira menghela napas panjang, merapikan barang-barang yang sudah ia siapkan di kursi sebelahnya duduk di meja makan.

"Saya pamit Tante, dan Pak Revan ... saya naik taksi ya, mau langsung ke kantor. Terimakasih," ucap Keira sambil mencium punggung tangan Maggie yang disambut dengan hangat.

Keira menghampiri Revan hendak berpamitan. Entah kenapa Revan berasa dianggap ayah, paman atau apapun yang dituakan setiap kali Keira berpamitan dan membiasakan mencium punggung tangannya.

Meski begitu ia senang, "Berasa istri yang pamitan. Emang mau kemana sih? Kita 'kan ke Bandung sama-sama."

Keira mendongak menatap tak percaya, menelan ludahnya sendiri merasa malu bercampur ingin marah karena kesal. Bagaimana tidak, Revan selalu mengajaknya ke manapun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.

"Pak, semalam saja saya pinjam nih baju sama makeup punya Tante. Masa iya saya ikut Bapak lagi ke Bandung tanpa persiapan? Kasihan dong saya pakai baju ini terus Pak," gerutu Keira dengan bibir mengerucut.

"Pakai baju saya kan bisa. Kenapa harus gak ganti baju," ujar Revan tanpa tersenyum sedikitpun.

Wajahnya menunjukkan ekspresi keseriusan. Membuat Keira geram merasa dipermalukan di depan mama bosnya itu.

"Saya bukan perempuannya Bapak, jadi gak bisa sembarangan mengenai privasi," sahut Keira sewot.

"Siapa bilang? Aku serius Keira, mungkin aku bukan pria yang romantis. Yang meminang pasangan dengan banyak persiapan. Tapi ini beneran, aku ingin kamu menjadi istriku," ucap Revan sambil menggenggam sebelah tangan Keira.

Keira tercekat. Bulir keringat mulai mengalir deras membasahi keningnya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Maggie yang memberikan persetujuan dengan anggukan pelan ala slow motion.

— To Be Continued

1
Adinda
keira sama bram aja Thor
Teddy: makasih ya
total 1 replies
Adinda
keira keira kasihan kamu dapet suami seperti itu
Adinda
sepertinya sandiwara kakaknya pura pura bangkrut untuk merubah keira
Samantha
Cerita yang menarik, penuh emosi
Teddy: Tq Sam 🥰
total 1 replies
Samantha
seru ya
Lintang Lia Taufik
dilema
Lintang Lia Taufik
next
Lintang Lia Taufik
lanjut baca, wah makasih boom babnya ya Thor
Lintang Lia Taufik
makin seru
Lintang Lia Taufik
keren
Lintang Lia Taufik
Keren, semangat
Nina_Melo
Suka
Nina_Melo
Keren tulisannya, semangat ya. Aku tunggu Update-nya
qiuqiu
Endingnya bikin nagih.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!