NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Berbeda

Ketika Istriku Berbeda

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:1.6M
Nilai: 4.9
Nama Author: Muhammad Yunus

"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.

Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.

"Mas, tadi..."

Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.

"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."

Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.

Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lewat waktu

Ratih adalah perempuan dewasa yang mandiri dan pekerja keras. Ratih tidak pernah bersikap manja seperti Dinar, sejak mereka menjadi sepasang kekasih dulu, sifat itu yang mendorong Irham menyukai Ratih.

Irham sampai di rumah sakit, kurang dari setengah jam.

Laki-laki itu menunggu dengan tidak sabar. Dia mendekat pada ranjang pasien saat dokter selesai memeriksa.

Irham tercengang dengan yang di tuturkan dokter,

"Tolong jangan biarkan pasien sendiri tanpa pengawasan, pasien sedang syok berat sebab suaminya dinyatakan kritis dan kini harus mendengar berita jika kakinya harus segera dioperasi karena ada serpihan tulang yang harus di angkat."

Usai pemeriksaan, Irham diperbolehkan menemui Ratih.

"Kamu bisa minta pihak rumah sakit hubungi keluarga kamu, kenapa justru aku yang mereka hubungi?" Irham mencecar tanpa sadar.

Ratih tak menjawab, hanya memalingkan muka dan melihat infus yang terpasang di lengannya.

Sejujurnya, Ratih sengaja melakukan hal ini karena tidak mau Irham makan malam bersama dengan Dinar.

Ratih tahu, Irham menyiapkan hal spesial untuk wanita yang merebut posisinya sebagai istri Irham.

Ratih tidak bisa menerima fakta bahwa Irham menjadi milik wanita lain, meski ia sendiri sudah menikah dengan pria lain. Katakanlah ia picik, tetapi Ratih merasa berhak bersikap demikian.

Ratih sengaja meminta pihak rumah sakit untuk menghubungi Irham. Ia juga sengaja mencabut alat bantu pernafasan suaminya untuk beberapa saat, hingga akhirnya lelaki itu hampir kehilangan nyawa. Meski Ratih tak mengira bahwa resikonya akan begitu parah.

Namun demi menghalangi Irham pergi dinner bersama istrinya, Ratih harus melakukannya.

"Mohon untuk tidak membuat pasien tertekan, Pak. Pasien masih sangat sensitif." peringatan perawat membuat Irham menghembuskan nafas geram berkali-kali.

*****

Irham baru menyadari bahwa ponselnya tidak berada di saku celananya, begitu akan membayar sesuatu melalui M-banking.

Pria itu kalang kabut mencarinya, dari dalam mobil sampai pada kamar Ratih tapi tidak menemukan benda yang dicari. Seketika itu juga, Irham ingat bahwa seharusnya hari ini dia makan malam romantis dengan Dinar. Laki-laki itu menoleh pada kaca besar rumah sakit, melihat penampilannya yang acak-acakan dan juga jam tangan yang menunjukkan hampir jam 12 malam.

Rasa bersalah amat besar mencengkeram dada, menimbulkan rasa sakit atas apa yang dilakukan Irham pada istrinya hari ini. Dia yang berjanji dan mengingkari.

Irham meminjam ponsel pada orang di temui di ruang UGD. Sayangnya, Dinar tak bisa dihubungi, bahkan tak terdengar dering karena tampaknya handphone sang istri mati.

Irham mulai frustasi.

Dinar pasti kecewa padanya. Saat memikirkan kekecewaan istrinya, Irham merasa ingin meledak seketika itu juga.

Irham berharap sepenuh hati, agar Dinar tak menunggunya malam ini. Pulang setelah menunggunya satu atau dua jam dia tak datang. Jika tidak, mungkin Irham tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

Dengan setengah berlari, Irham pun menuju parkiran dan melaju cepat menuju restoran yang seharusnya mereka akan makan malam bersama.

"Ya Allah... Maafkan aku.. Dinar, Maafkan Mas sayang..." rapal Irham sepanjang jalan.

Saat tiba di restoran yang berada di roof top jam telah menunjukkan setengah satu dini hari, sudah tak ada siapa-siapa. Seorang waiters menyapa, menanyakan keperluan Irham.

"Saya Irham, yang memesan meja nomor 19, apakah istri saya menunggu lama?" tanya Irham berharap jika waiters menjawab Dinar tak lama menunggunya.

Seorang pramusaji yang mendengar pertanyaan Irham menjawabnya. Sebuah jawaban yang sekali lagi menghantam jantung Irham dengan sangat kasar.

"Istri anda baru saja pergi, sekitar 30 menit yang lalu karena restoran memang sudah harus tutup. Dia menunggu hingga balita yang bersamanya tidak tahu sudah berapa kali rewel karena bosan menunggu." jelas pramusaji itu menatap Irham sinis. Mungkin di hatinya timbul rasa kesal sebab ada seorang suami membiarkan anak dan istrinya menunggu hingga bosan seperti tadi.

Irham tertegun lama, karena fakta Dinar menunggu hingga akhir waktu yang tersisa. Laki-laki itu merasa ingin membenturkan kepala pada tembok, menyesali kesalahannya sendiri, selama empat tahun, Irham tak pernah sekalipun membawa Dinar menghabiskan waktu romantis , saat justru hendak dilakukan, dia ingkar begitu saja.

Irham memutuskan untuk pergi kerumah Kiai Ahmad Sulaiman. Laki-laki itu kembali masuk kedalam mobil dan melaju cepat menuju rumah mertuanya.

Kantuk dan lelah tak dapat menghalangi Irham untuk pergi.

******

Saat mendekati rumah, Irham kemudian melihat keberadaan Hassan di dekat pagar rumah utama.

Buru-buru Irham mengejar langkah pria itu begitu turun dari mobilnya.

"Assalamualaikum, Bang. Dinar dan Ilyas pulang ke sini?"

Tak ada Jawaban selang beberapa detik.

Biasanya Hassan tak begitu, dia akan langsung menjawab salam dan melihat pada orang ber salam. Mungkin pria itu juga marah pada Irham, yang seolah mempermainkan saudaranya. Hassan berujar dingin yang membuat Irham mati kutu.

"Kamu pikir, Dinar berani pulang ke rumah ini setelah kau kecewakan lagi? Meskipun mungkin kau sudah menyakiti perasaannya lagi. Dinar tak akan pernah membuatmu kehilangan muka di depan Abah dan Umi."

"Bang, aku..."

"Pergilah, cari dimana Dinar, sebelum Abah melihatmu disini tanpa putrinya, sebab kamu lebih tahu apa yang akan Abah lakukan terhadapmu." tanpa menatap Irham sedikitpun, Hassan berjalan pergi.

Irham?

Gegas pergi dari kediaman mertuanya dan menuju satu-satunya tempat yang mungkin ada Dinar disana, tempat yang sudah Irham lewati cukup jauh, laki-laki itu pun sontak memutar arah.

Saat tiba, langit sudah cukup terang karena sudah lewat jam 3 dini hari. Tanggal telah berganti, bukan lagi malam yang sudah ia siapkan sedemikian rupa.

Irham melihat mobil milik Hassan, kendaraan keluaran terbaru milik Hassan yang di pakai Pak Wildan mengantarkan Dinar ke restoran terparkir di pekarangan rumahnya.

Irham berjalan pelan, dengan mengatur degup jantung yang seolah ingin meledak. Irham baru beberapa Minggu lalu merasa seperti ini, rasa takut itu mencengkeram dadanya, hingga langkah kaki begitu berat dan sulit bernapas.

Irham memutar kenop pintu, melangkah ke dalam kamar yang memungkinkan ada istrinya.

Irham berharap Dinar terlelap agar ia bisa memeluknya erat seraya mengucapkan beribu maaf, tapi begitu ia membuka pintu kamar, ia menemukan istrinya duduk menatap jauh di luar jendela pada cahaya samar-samar dari langit menjelang pagi.

Dinar tak menoleh sedikit pun, bahkan saat suaminya mendekat. Satu sikap yang belum Dinar tunjukkan selama ini di hadapan Irham. Ada jeda waktu yang cukup lama, diisi oleh diam tanpa suara apapun.

Irham hanya menatap lekat-lekat istrinya yang cantik di bawah cahaya samar-samar, masih membisu dan terpaku pada pemandangan di luar sana.

Dinar masih dibalut gamis guava yang Irham kirimkan khusus untuk Dinar. Terlihat jelas ia berdandan untuk acara makan malam dengan suaminya.

Ini sangat menyiksa bagi Irham, karena Dinar tak pernah tak perduli padanya seperti sekarang. Seolah laki-laki itu tak ada di sana, Dinar yang selalu hangat, hari ini sangat dingin.

"Afwan.."

Irham mengucapkan kata itu kemudian. Dinar yang sejak tadi terdiam dan menatap kejauhan dengan pandangan kosong, menoleh perlahan.

Perempuan itu terperangah, menemukan Irham berdiri di sampingnya dalam jarak begitu dekat. Dia tersenyum tipis, menambah rasa bersalah pada diri Irham. Dinar masih menyambut dengan senyuman bahkan setelah Irham berbuat kesalahan. Tak ada kemarahan yang sepatutnya Irham terima.

"Kapan Mas datang? Maaf aku tidak sadar." perempuan itu menuturkan.

"Afwan Mas ingkar janji." ucap Irham sekali lagi dengan suara yang mulai parau.

Senyum masih terpatri di wajah ayu Dinar kala melihat dan meneliti penampilan suaminya yang pastinya sudah tak karu-karuan.

"Tidak apa-apa, Mas. Kamu pasti punya alasan untuk tidak datang." ucap istrinya itu.

Irham mengepalkan tangan dan membuang muka, karena sungguh ucapan tak apa yang keluar dari bibir istrinya dan raut muka yang hampa itu menyiksanya saat ini.

"Pihak rumah sakit tiba-tiba menghubungi Mas dan Mas kesana karena suami Ratih kritis dan Ratih mencoba bunuh diri." Irham menuturkan.

Dinar mengangguk pelan dan tersenyum sebelum bertanya,

"Apakah mereka baik-baik saja, sekarang?"

Irham mengangguk, susah untuk bicara panjang lebar lagi. Laki-laki itu menunduk.

"Syukurlah." terdengar istrinya bergumam pelan.

Dinar kembali melihat ke arah jendela, langit sedikit demi sedikit mulai terang. Irham memindai wajah istrinya dari samping. Dia berharap Dinar akan marah. Dengan begitu Irham bisa meminta maaf berkali-kali. Nyatanya Dinar tak melakukan itu, hanya kembali diam dan menyesakkan dada laki-laki yang amat merasa bersalah.

"Afwan, Yank.."

"Berhenti meminta maaf. Mas melakukan hal mulia untuk membantu orang. Tidak perlu minta maaf." balas Dinar, tanpa menoleh pada suaminya.

"Tapi aku lupa pada dinner kita dan janji pada istriku, membiarkan kamu dan Ilyas menunggu lama."

Bagaimana pun, Irham salah untuk kali ini. Salah sangat salah karena mengecewakan Dinar lagi.

Terdengar tawa lirih dari Dinar. Tawa itu tanpa perasaan, kosong. Dinar tak pernah seperti ini dihadapannya selama empat tahun. Hingga kemudian kata-kata yang selanjutnya dari Dinar seolah menghentikan detak jantung Irham selama beberapa waktu.

"Aku dan Ratih berbeda Mas. Dia wanita yang kamu inginkan."

#######

Apa Irham masih layak mendapatkan maaf Dinar?

Jangan lupa tinggalkan jejak cinta untuk author ya....

Happy reading......

1
Cinta Salsabila
saya suka ceritanya 👍👍👍👍
nietta harry
sholat berjamaah berdua?? bukankah Dinar dlm masa nifas setelah melahirkan...???
Lilan
pernah ada d posisi Dinar.. kuat Dinar kami bisaa
Lilan
sampai bab ini nyesek banget, ngebayangin ada diposisi Dinar mungkin aku gak sanggup.🙏🙏
Hera
wuuiih sad ending Dinarnya 😢😭
Hera
👍🏻👍🏻👍🏻
Tri Utari Agustina
Ceritanya bagus banget Thor semoga bermanfaat novel bagi pembaca
Sandisalbiah
𝚋𝚎𝚗𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚍 𝚎𝚗𝚍𝚒𝚗𝚐...
Sandisalbiah
𝚍𝚞𝚕𝚞 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚢𝚐 𝚊𝚖𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚖𝚋𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚐𝚗 𝚔𝚎𝚓𝚊𝚖 𝚍𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚞𝚓𝚊𝚝 𝚜𝚞𝚊𝚖𝚒𝚗𝚢𝚊.. 𝚔𝚒𝚗𝚒 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚊𝚗 𝙷𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚐 𝚑𝚒𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚐𝚊𝚝𝚊𝚗, 𝚊𝚙𝚊 𝚍𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚔𝚊𝚕 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚗𝚐 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚞𝚊𝚗 𝚒𝚋𝚞 𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊? 𝚔𝚘𝚗𝚏𝚕𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚐𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚞𝚑² 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚌𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚖𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚝𝚒𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒.. 𝚍𝚛 𝙸𝚛𝚑𝚊𝚖 𝚍𝚊𝚗 𝙸𝚕𝚢𝚊𝚜..
Dewa Rana
kok dinar gak pegang uang sedikitpun
Tri Utari Agustina
Bikin emosi aja Irham rasakan suami Ratih datang dengan emosi
Tri Utari Agustina
Rasakan Eliyas istri pergi gimana rasanya istrinya
Sandisalbiah
𝚔𝚎𝚙𝚞𝚝𝚞𝚜𝚊𝚗 𝙷𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛, 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚋𝚊𝚒𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚑𝚒𝚗𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚊𝚕𝚊𝚑, 𝚊𝚙𝚊 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚞𝚋𝚞𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚍𝚐𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊
Sandisalbiah
𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚋𝚎𝚝𝚒𝚗𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚐𝚎𝚐𝚎𝚛 𝚜𝚊𝚝𝚞 𝚙𝚘𝚗𝚍𝚘𝚔 𝚙𝚎𝚜𝚊𝚗𝚝𝚛𝚎𝚗.. 𝚑𝚎𝚋𝚊𝚝 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚋𝚎𝚝𝚒𝚗𝚊 𝚢𝚐 𝚐𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚔𝚑𝚕𝚊𝚔.. 𝚑𝚒𝚍𝚞𝚙 𝚕𝚊𝚐𝚒.. 𝚍𝚒𝚊 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔 𝚙𝚎𝚗𝚞𝚜𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚢𝚊𝚑 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛.. 𝚑𝚊𝚒𝚜𝚑𝚑
Sandisalbiah
𝚔𝚎𝚗𝚢𝚊𝚝𝚊𝚊𝚗 𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚢𝚐 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚗𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚍𝚐𝚗 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚝𝚙 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚃𝚑𝚘𝚛... 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚔𝚊𝚝𝚊² 𝚍𝚕𝚖 𝚑𝚊𝚍𝚒𝚜𝚝 𝚍𝚊𝚗 𝚒𝚜𝚒 𝙵𝚒𝚛𝚖𝚊𝚗 𝙰𝚕𝚕𝚊𝚑, 𝚔𝚞𝚍𝚞 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚗 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚔𝚊𝚕𝚒 𝚞𝚝𝚔 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚑𝚊𝚖𝚒 𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚍𝚕𝚖 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝 𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚏𝚊𝚔𝚝𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚍𝚊 𝚢𝚐 𝚋𝚎𝚐𝚒𝚝𝚞 𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚝 𝚋𝚞𝚊𝚝 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚎𝚛𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚢𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚔𝚊𝚗𝚍𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚕𝚖 𝚔𝚊𝚕𝚒𝚖𝚊𝚝² 𝚝𝚛𝚜𝚋𝚞𝚝.. 𝚖𝚊𝚊𝚏 𝚝𝚑𝚘𝚛
Sandisalbiah
𝚊𝚔𝚞 𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚙𝚘 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚍𝚐𝚗 𝚒𝚜𝚒 𝚝𝚞𝚕𝚒𝚜𝚊𝚗 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛, 𝚔𝚘𝚔 𝚐𝚊𝚔 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚝𝚊𝚞 sih😔
Sandisalbiah
𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚗𝚊𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚓𝚊𝚝𝚞𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚙 𝚔𝚛𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚛𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚜𝚊𝚞𝚍𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚜𝚞𝚊𝚞𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚔𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚔𝚎𝚍𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚊𝚕𝚒𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚝𝚞𝚙𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚊𝚜𝚊𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊
Sandisalbiah
𝚏𝚒𝚛𝚊𝚜𝚊𝚝 𝚢𝚐 𝚍𝚒𝚛𝚊𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝙳𝚒𝚗𝚊𝚛... 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚒𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚛𝚞𝚖𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚜𝚊 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚝
Fitri Yah
ya Allah semoga novel ini sampai kepembaca yg lain, jujur saja Thor beberapa hr ini sy baca smua novel membosankan udh lama off dr novel tp Alhamdulillah sy Nemu yg bener" bagus islami yg g terlalu fanatik ada lucu dikit
linanda eneste
dy belajar agama kan ya? tugas suami ya direpotkan istri lah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!