Seorang pria membangun perusahaannya dengan tujuan mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin. Namun, semakin banyak uang yang dimilikinya, semakin tinggi kesombongannya. Pada akhirnya, kesombongannya menjadi kehancurannya. Ia dijatuhkan oleh perusahaan lain dan kehilangan segalanya.
Namun. Ia bereinkarnasi ke dunia kultivasi sebagai seorang Summoner, dengan kemampuan memanggil makhluk-makhluk luar biasa. Di dunia baru ini, ia didampingi oleh seorang Dewi yang setia di sisinya.
Sekarang, dengan segala kekuatan dan kesempatan yang dimilikinya, apa yang akan menjadi tujuannya? Apakah ia akan kembali mengejar kekayaan, mencari kedamaian, atau menebus kesalahan dari kehidupan sebelumnya?
Up suka-suka Author!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ratu Medusa, Tunduk?
Langit tiba-tiba berubah warna menjadi kelabu. Suara guntur terdengar saling bersahutan, perubahan cuaca yang mendadak membuat Ratu Medusa semakin waspada.
Bersamaan dengan itu, aku mengeluarkan aura kekuatan asliku, aura hitam yang mampu menekan seseorang di ranah Half Saint.
Ratu Medusa yang melihat aura itu mulai mengerutkan dahinya. "Kau memiliki kekuatan seperti ini, siapa kau sebenarnya?"
Aku tak menjawab pertanyaannya. Lagipula, tak ada gunanya memberitahunya.
"Tak mau menjawab, ya? Baiklah, akan kupaksa kau menjawabnya!"
"Dengarkan ucapanku... jika kau melawanku, maka tak satu pun dari Klan Ular akan bisa hidup!"
"Apa maksudmu? Kau ingin mengalahkan seluruh pasukanku dengan 200 orang lemah? Hahaha! Lucu sekali!"
"Aku juga memiliki pasukanku sendiri... Summon!"
Aku memanggil 100 Prajurit Bayangan. Meski kalah jumlah, itu bukan berarti kalah kekuatan.
Prajurit Bayangan yang kupanggil mulai menyerang pasukan Klan Ular, membunuh mereka satu per satu.
Melihat pasukannya ditekan habis-habisan membuat Ratu Medusa menjadi ketakutan. "Apa-apaan ini? Sebenarnya kau itu apa?"
Dari ekspresinya, terlihat keterkejutan yang sangat dalam. Dan tentu saja, para istriku, kecuali Yun Yun, semuanya terkejut.
"Bunuh!"
Pertempuran menjadi semakin meriah. Pasukan Klan Ular yang sebelumnya terlihat sangat kuat kini ditekan mundur habis-habisan oleh 100 Prajurit Bayangan.
Dan juga, Prajurit Bayangan tidak akan mati selama aku belum dikalahkan.
"Kau!!" Ratu Medusa begitu marah saat melihat pasukannya ditekan.
"Apa-apaan ini kau ini be—"
BUGHHH!
"Ohokk!!"
BOOMM!
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, aku sudah memukulnya lebih dulu. Dengan kekuatan penuh, membuat Ratu Medusa terpental ratusan meter.
Melihat apa yang kulakukan, semua orang memandangku dengan tatapan yang seakan-akan melihat monster yang hilang kendali.
"Shuang'er, jangan lengah, tetap waspada. Hanya karena musuh terpojok, belum tentu mereka akan kalah tanpa perlawanan," kataku lewat telepati.
"Ba-bagaimana bisa kau melakukan telepati?"
"Diam. Jangan sampai ada yang tahu."
"Baik."
...---...
"Sambaran Petir Hitam!"
Petir besar menyambar tubuh Ratu Medusa yang belum sepenuhnya bangkit karena serangan pertama. Aku tak berniat membiarkannya melakukan perlawanan balik.
"Uhkkk... Hu-hukum langit? Bagaimana bisa?" ucapnya yang terkena sambaran petir.
Aku kembali maju menyerang Ratu Medusa dengan Sabit Kematian. Dia masih belum sempat menangani lukanya.
TRAANGG!
DHUAAKK!
"Ohookk!!"
Saat seranganku berhasil ditangkis, aku menggunakan kakiku dan menendang Ratu Medusa hingga ia terpental kembali. Luka yang dialaminya semakin bertambah parah.
BRAAKK!
"Uhkkkkhh!"
Ratu Medusa mengangkat kedua tangannya untuk menahan seranganku yang terus datang tanpa jeda sedikit pun.
SREETTT!
CRASSHHH!
"Ughhhkk! Arrggghh!"
Dengan Belati Darah Iblis, aku membuat luka di salah satu kakinya.
"Arrrggggghhh! Sial!!"
Dan sekali lagi, kutendang dia, membuatnya terpental kembali.
Ratu Medusa berencana melakukan penyembuhan saat aku masih lumayan jauh darinya. Namun, tak membiarkannya melakukan itu, aku mendekat dengan Langkah Bayangan.
"Sial!"
"Ratu Medusa, kau tak akan bisa lolos dariku. Bahkan jika kau lari, aku akan mencarimu sampai ketemu. Jadi, menyerahlah sekarang."
"Klan Ular kami tak akan semudah itu dipermalukan! Hanya ranah Nirwana saja yang berani memerintahku!"
"Kau masih berpikir begitu? Klan-mu telah hancur."
Melihat ke arah pasukannya yang telah lenyap sepenuhnya, tak ada yang hidup, hanya mayat-mayat tergeletak di tanah.
"Cih...! Apa... apa yang sebenarnya kau inginkan? Kenapa kau tidak membunuhku saja?!"
"Aku membutuhkanmu untuk mengikutiku menuju Benua Selatan."
"Apa yang akan kau lakukan di sana?"
"Tentu saja kekuatan. Aku akan mencari orang berbakat untuk memasuki klanku."
"Kenapa harus aku?! Bukankah aku menyerang klanmu? Aku tidak bisa dipercaya, bukan?"
"Kau berada di ranah Half Saint. Itu akan mempermudahku di Benua Selatan."
Berpikir sejenak, ia menjawab, "Baiklah. Aku, Ratu Medusa, menyerah kepadamu, Tuanku."
Masalah terselesaikan. Sekarang, tujuan selanjutnya yaitu, Benua Selatan.
Belum, belum, siap-siap aja kulabrak bentar lagi