Enzio Alexander Pratama, pria 28 tahun dengan kekayaan dan status yang membuat iri banyak orang, ternyata menyimpan rahasia kelam—ia impoten.
Sebuah kecelakaan tragis di masa lalu merampas kehidupan normalnya, dan kini, tuntutan kedua orangtuanya untuk segera menikah membuat lelaki itu semakin tertekan.
Di tengah kebencian Enzio terhadap gadis-gadis miskin yang dianggapnya kampungan, muncul lah sosok Anna seorang anak pelayan yang berpenampilan dekil, ceroboh, dan jauh dari kata elegan.
Namun, kehadirannya yang tak terduga berhasil menggoyahkan tembok dingin yang dibangun Enzio apalagi setelah tahu kalau Anna adalah bagian dari masa lalunya dulu.
Bahkan, Anna adalah satu-satunya yang mampu membangkitkan gairah yang lama hilang dalam dirinya.
Apakah ini hanya kebetulan, atau takdir tengah memainkan perannya? Ketika ego, harga diri, dan cinta bertabrakan, mampukah Enzio menerima kenyataan bahwa cinta sejati sering kali datang dari tempat yang tak terduga?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. Sebelas
Viona berdiri di depan Anna dengan tangan terlipat di dada, menatap gadis yang menundukkan kepala sambil meremas ujung celemeknya.
“Anna! Apa kamu tidak punya otak?! Aku sudah bilang tadi aku mau jus jeruk hangat, bukan dingin! Kenapa kamu malah membawakan yang dingin? Apa kamu sengaja membuatku kesal?!”
Anna tetap menunduk, menahan rasa malu yang mulai menggerogotinya. Awalnya Anna berusaha bersikap biasa saja tanpa menggunakan perasaannya. Tapi, semakin lama tingkah Viona semakin menyebalkan.
“Maaf, Nona Viona. Saya akan membuat yang baru untuk anda,” jawabnya pelan.
“Maaf? Maaf saja tidak cukup!” Viona mendekat, menatap Anna dengan sinis. “Apa kamu ini memang bodoh, atau kamu cuma malas bekerja? Aku tidak butuh pembantu yang tidak kompeten! Kamu harus tahu, setelah aku menikah dengan Enzio, kamu tidak akan tinggal di sini lagi.”
Anna mengepalkan tangan di balik celemeknya, menahan emosi yang berusaha dia buang jauh-jauh. Dia tidak pernah ingin melawan meski sering dihina oleh Viona.
Melihat Anna hanya diam, Viona semakin kesal. “Apa kamu tidak mendengar aku bicara? Kenapa cuma diam?! Apa kamu tuli juga?”
Sebelum Viona bisa mengeluarkan lebih banyak kata-kata tajam, suara langkah kaki terdengar mendekat.
“Apa yang sedang terjadi di sini?”
Viona tersentak. Ia menoleh dengan cepat.
Di ambang pintu, berdiri Enzio dengan jas rapi dan wajah tanpa ekspresi. Tatapannya langsung tertuju pada Anna, membuat gadis itu semakin menundukkan kepala.
“Oh, sayang! Kamu sudah pulang?” Viona bergegas mendekati Enzio, senyumnya melengkung lebar. “Aku sedang mengajari Anna cara bekerja dengan benar. Dia membuat jus yang salah untukku.”
Enzio tidak langsung menjawab. Matanya beralih pada Anna yang berdiri diam di tempat, terlihat begitu kecil dan rapuh.
“Anna.” Enzio memanggil.
Anna mengangkat kepalanya sedikit, tapi tidak berani menatap langsung ke arah Enzio. “Ya, Tuan?”
“Kamu salah membuat jus?” tanyanya singkat.
Anna mengangguk pelan. “Iya, Tuan. Saya minta maaf dan akan membuat yang baru.”
Sebelum Anna berbalik, Viona menyela dengan nada manja.
“Enzio, kenapa kamu menanyakan itu pada Anna? Sudah jelas dia salah. Pembantu tidak tahu diri seperti dia memang selalu membuat kesalahan.”
“Dia sudah meminta maaf, bukan? Kenapa kamu memperpanjang masalah kecil seperti ini?” Enzio menatap Viona dengan dingin.
Viona terperangah, tidak menyangka Enzio akan berkata seperti itu. “Masalah kecil katamu? Tapi dia–”
“Jus bisa dibuat ulang dalam satu menit,” potong Enzio dengan nada tegas. “Tidak perlu ada drama berlebihan!”
Viona mencoba memasang senyum yang dipaksakan. “Sayang, aku hanya ingin memastikan semuanya sempurna untukmu. Anna ini terlalu ceroboh.”
Enzio menatap Anna lagi. Meski tatapannya dingin, ada sesuatu di sana yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
“Anna, pergilah dan buat jus yang baru. Pastikan sesuai permintaan kekasihku!” Enzio sengaja menekan kata kekasih untuk membuat Anna cemburu.
Anna mengangguk cepat. “Tentu, Tuan.” Dia berbalik menuju dapur, melangkah dengan kaki tertatih.
Ketika Anna pergi, Viona kembali membuka mulutnya. “Enzio, kenapa kamu membiarkan dia begitu saja? Dia harus diberi hukuman!”
“Dia bekerja di sini, bukan untuk dipermalukan. Kalau ada masalah, bicarakan baik-baik. Aku tidak suka jika seseorang dilecehkan di rumah ini.”
Viona tercekat, merasa sikap dingin Enzio menusuknya. “Aku tidak bermaksud melecehkan siapa pun. Aku hanya ingin dia tahu tanggung jawabnya.”
“Aku sudah cukup mendengarnya,” kata Enzio sambil melangkah melewati Viona. “Berhenti membesarkan hal kecil. Kalau ini terjadi lagi, kita perlu bicara lebih serius.”
“Zio! Kenapa kamu malah pergi!” teriak Viona.
••••
Anna berdiri di meja dapur, berusaha membuat jus jeruk hangat dengan tangan gemetar. Pikirannya masih terngiang-ngiang ucapan tajam Viona, tapi dia lebih terganggu dengan tatapan dingin Enzio yang menusuk hatinya.
“Apa aku memang pantas ada di sini?” gumam Anna pelan sambil menahan air mata yang menggenang.
Tiba-tiba, suara langkah kaki membuatnya terkejut. Anna menoleh dan mendapati Enzio berdiri di pintu dapur, wajahnya tetap dingin dan datar.
“Anda membutuhkan sesuatu?” tanya Anna tanpa menoleh ke arah Enzio sama sekali.
“Lain kali, jangan biarkan orang lain memperlakukanmu seperti tadi. Kalau kamu salah, akui kesalahanmu dan perbaiki. Tapi jangan diam saat dihina!”
Anna tertegun. Kata-kata Enzio terdengar dingin, tapi di baliknya ada maksud lain. Dia mengangguk pelan.
“Baik, Tuan.”
“Dan satu hal lagi, aku tidak suka kebohongan. Jadi pastikan kejujuran selalu menjadi prioritasmu!”
Anna mengepalkan tangan di balik punggungnya, merasa pernyataan itu seperti sindiran langsung untuknya.
“Saya mengerti,” jawabnya sambil menunduk lebih dalam.
Enzio menatapnya sejenak sebelum berbalik dan pergi tanpa berkata lagi. Ucapan dokter di rumah sakit tadi membuat Enzio bingung harus bersikap bagaimana pada Anna.
••••
“Kenapa Zio lama sekali? Dia bilang ingin mengantarku pulang!” gumam Viona.
Viona lalu berdiri dengan angkuh di pinggir kolam renang, menatap Anna yang sedang membersihkan daun-daun yang mengambang di atas air. Anna terlihat berusaha keras, berjalan perlahan dengan kakinya.
Melihat itu, ide jahil muncul di benak Viona.
“Kamu pikir dengan satu kaki seperti itu, kamu bisa melakukan semua pekerjaan dengan benar?” gumam Viona pelan sambil menyeringai.
Anna tidak menyadari keberadaan Viona. Dia sibuk menunduk, mencoba menjangkau dedaunan di tepi kolam menggunakan jaring. Namun, tiba-tiba, sebuah dorongan keras dari belakang membuat tubuhnya oleng.
“Ahh!” teriak Anna saat tubuhnya tercebur ke dalam kolam. Air dingin langsung menyelimutinya.
Anna panik. Kakinya yang tidak sempurna membuatnya kesulitan menjaga keseimbangan di dalam air. Dia mengayunkan tangan dengan panik, mencoba tetap berada di permukaan.
“Tolong! Tolong aku!” jeritnya, suaranya memantul ke seluruh tempat.
Viona hanya berdiri di tepi kolam dengan senyum puas di wajahnya. “Cih, dasar lemah,” gumamnya. Tanpa rasa bersalah, dia membalikkan badan dan berjalan meninggalkan Anna yang masih berjuang di dalam air.
Theo baru saja memasuki rumah, menggantungkan jasnya di dekat pintu masuk. Langkahnya terhenti ketika dia mendengar teriakan dari arah kolam.
“Tolong! Siapapun tolong aku!”
Theo langsung bergegas menuju sumber suara. Begitu sampai di dekat kolam, dia terkejut melihat Anna yang tenggelam dan berusaha keras untuk tetap di atas air.
“Anna?!” seru Theo. Matanya melebar.
Di saat yang sama, Enzio yang sedang berada di lantai atas juga mendengar teriakan itu. Dia segera menuruni tangga dengan cepat, ekspresinya berubah tegang.
Ketika Enzio tiba di area kolam, dia melihat Theo sudah berdiri di tepi kolam, bersiap melompat. Tanpa pikir panjang, Enzio langsung berlari mendekat.
“Apa yang terjadi?!” tanya Enzio.
“Apa kamu tidak melihat Anna tenggelam! Aku mau menyelamatkannya!” Theo menjawab sambil menatap tajam ke arah kakaknya.
kasih vote buat babang Zio biar dia semangat ngejar cinta Anna 😍🥰❤️