"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masa SMA
Saat Damian sedang terpaksa menikmati penerbangan nya dengan si ayam jago dan Hans. Azzevanya yang sedari tadi tiba di panti langsung mandi lalu memutuskan untuk menghubungi Nara dan Lana.
*Tuttttuttt
"Iyaaa hallo Ze, ada apa..? tumben sekali.. biasanya kau sibuk.. "
Lana yang pertama mengangkat video call dari Azze. Wanita berrambut keriting panjang layaknya mie itu tampak sedang mengerjakan sesuatu lewat laptopnya.
"Aku sedang libur Na... sebentar Nara kemana ya... dia belum mengangkat juga.."
"Heyyyy, Teman-teman hehe, maaf tadi aku sedang mengecek laporan keuangan. "
yang baru saja dibicarakan akhirnya muncul, Nara sesekali menulis sesuatu di buku catatan yang ada di depannya.
"Sudah tidak apa-apa, aku menghubungi kalian ini untuk memberitahu bahwa besok aku berangkat ke Sisilia, Italia. hehe"
Azze memberitahu mereka kabar itu dengan sedikit ragu, biarlah Nara karena dia sudah tau lebih dulu. Tapi Lana, dia pasti marah besar.
"Ohhhh, ke Itali... untuk apa kau???.. tunggu ... apa aku salah dengar? "
"Mmmm... telingamu baik-baik saja Lana.. hehe"
Azze hanya menjawab pertanyaan Lana dengan tertawa malu.
"Iya Na dia mau ke Itali, waw dekat sekali kan.. sampai memberitahu nya juga sangat mendadak. "
"Nara... aku juga tidak tau, Tiba-tiba aku dapat promosi jabatan di hotel pusat untuk bekerja disana. "
"Azze, disana kau tidak kenal siapapun... bagaimana kalau hal buruk menimpamu disana??!! "
Lana sedikit kesal mendengar kabar itu, bukan apa-apa tapi dia hanya khawatir pada Azze.
*Aku bisa jaga diri, kalian kan tau bagaimana aku? sudah jangan khawatir lagian kalau aku tidak butuh uang yang sangat banyak untuk pendidikan adik-adikku, aku pasti tidak akan menerima tawaran itu. Selain mendapatkan jabatan yang lebih tinggi aku juga akan mendapatkan gaji yang besar disana. "
"Iya ze, kami hanya khawatir padamu. Takut terjadi sesuatu padamu. Apa bunda Maya mengizinkanmu pergi kesana? "
Nara ingin tahu apakah bunda Maya mengizinkan Azze pergi.
"Bunda mengizinkan ku pergi, walau kami harus melewati perdebatan panjang dulu. Tapi akhirnya bunda setuju. Dia ingin mendukung masa depanku"
"Yasudah kalau bunda setuju..! lagian siapa kami beraninya melarangmu.!!! Kami bukan siapa-siapa sehingga kabar seperti ini pun diberi tahu belakangan. ".
Lana sangat kesal karena Azze mengabari mereka mendadak seperti ini.
" Maaf kalau aku membuat kalian kecewa, tapi serius kabar yang aku dapatkan dari perusahaan juga baru saja kemarin. Aku janji pada bunda untuk mengabari terus saat tiba disana, aku juga berjanji pada kalian. "
Kalimat yang dilontarkan Azze membuat Nara dan Lana merenung. Mau bagaimana lagi, melarang pun jelas-jelas mereka tahu kondisi Azze sekarang. Jika dia hidup sendiri mungkin gaji yang didapat Azze disini pun terbilang sangat besar . Tapi karena Azze adalah wanita yang bertanggung jawab terhadap keluarganya mau tak mau dia harus mencari uang yang lebih besar, dan ini adalah satu-satunya jalan bagi Azze agar bisa menyekolahkan adik-adiknya sampai di bangku kuliah.
Berbeda dengan Nara dan Lana yang sudah terlahir menjadi anak yang berkecukupan. Ayah Nara adalah seorang pengacara yang lumayan terkenal. Dia tidak ingin anaknya bekerja untuk orang lain, sehingga dia membangun sebuah Cafe untuk Nara kelola sendiri. Sedangkan Lana, Ayahnya sudah tiada tapi meninggalkan warisan yang cukup bagi Lana, ibunya dan adiknya. Lana juga meneruskan usaha di bidang fashion milik ibunya, sebuah butik bernama La breeze.
Mereka semua dekat saat di bangku SMA, Nara selalu dibuly karena penampilannya yang culun dan berkacamata. Sedangkan Lana adalah gadis yang pemberontak sehingga dia tidak punya teman wanita.
Di kelas 1-2 SMA mereka bertiga berada di kelas yang berbeda, namun saat kelas 3 mereka berada di satu kelas yang sama. Azze adalah murid yang populer karena sangat cantik dan pintar juga pandai bela diri, Taekwondo. Dia mengenggam sabuk hitam di usianya yang baru 17 tahun.
Hari itu, hari pertama menjadi anak kelas 3 SMA. Anak-anak berada dikelas nya melakukan berbagai hal yang membuat kelas menjadi berisik. Nara yang tidak punya teman duduk berdiam diri di bangku paling pojok sebelah kiri, dan Lana yang bernasib sama duduk di bangku pojok kanan.
"Wahhh hebat sekali, kita sekelas dengan Azzevanya"
Teriak anak-anak dari dalam kelas, Azze yang melewati koridor masuk kedalam kelas sambil tersenyum ramah. Mereka semua tau Azze berasal dari panti asuhan , tapi tidak ada yang berani membuly nya karena dia cantik juga berprestasi dan sangat baik.
Dari pojok Nara sangat kagum melihat Azze sampai -sampai mulutnya menganga. Sedangkan Lana tampak tidak peduli.
"Hey tikus got, tutup mulut mu. Bau tau.. Hahah"
seorang anak laki-laki dan beberapa temannya mengganggu Nara.
"Kau bermimpi untuk menjadi seperti Azzevanya hah... ahahahah!! kasian sekali kau berharap terlalu tinggi dengan wajahmu yang seperti itu. Kemarikan kacamata mu. "
seorang anak laki-laki diantara mereka mengambil kacamata Nara lalu menginjak benda itu tanpa rasa bersalah.
Lana yang sebenarnya mendengar kata-kata menyakitkan dari para anak laki-laki itu hanya melirik Nara sekilas. Dia tidak mau ikut campur
Azzevanya yang tadinya sedang mengobrol dengan beberapa teman merasa terganggu dengan namanya yang di sebut-sebut. Azze menghampiri mereka lalu memukuk kepala bagian belakang mereka. Sedang kan Nara hanya bisa menangis mengambil serpihan kacamata nya yang rusak.
"Heyyyy, para bajingan suram. apa yang kalian lakukan padanya!! Ya ampun... kalian menghancurkan kacamata nya hahh!!!! dasar tidak berguna.. "
Azze memukuli mereka satu per satu. Sampai babak belur. Salah seorang murid memanggil seorang guru untuk melerai perkelahian Azze.
Pak guru itu memasuki kelas dan langsung melerai mereka.
"sudahhh.. sudahhh... berhenti!!! "
Mereka semua pun berhenti, dan Azze tampak terengah-engah kelelahan menghajar mereka sendirian.
"Ayo ikut bapak ke ruang bk... semuanya!!!! "
Akhirnya, Azze dan para anak laki-laki itu mengikuti langkah pak guru menuju ruang bk. Sedangkan Nara yang merasa tidak enak, tadinya akan menyusul untuk menjelaskan semuanya pada pak guru agar Azze tidak dihukum. Tapi beberapa murid wanita disana menghalangi jalannya.
salah seorang murid menjambak rambut Nara sehingga dia terjatuh.
"Heyyy, gara-gara kau ya... Azze sampai kena masalah.. dasar gadis culun tidak berguna.. Kau itu sudah buruk rupa, berulah lagi... dasar tidak punya malu.. "
Saat anak itu akan menanpar Nara, tapi tangannya dicekal oleh Lana.
"Dasar jalang, beraninya menindas yang lemah.. !!! ayo lawan aku... "
Lana menarik kerah baju gadis itu.
"Hahah, orang buangan yang lain.. "
"Apa kau bilang??!!! rasakan ini".
Lana menjambak gadis itu, membuat gadis yang lain terkejut lalu berkelahi dengan Lana. Nara pun ikut berkelahi disana. Mereka bertengkar ala perkelahian wanita pada umumnya. Menampar, menjambak adu argumen. Perkelahian itu sukses membawa mereka menuju ruang bk juga.
Dan disinilah mereka semua termasuk Azze, Lana dan Nara.
Pak guru hanya bisa memijat kepalanya melihat hampir seluruh murid di kelas 12 A berada disana.
"Ayooo, siapa yang mau menjelaskan.? "
"Saya pak.. "
seorang gadis yang tadi menjambak Nara lebih dulu maju kedepan.
"Semua ini salahnya... Sampai seisi kelas berkelahi.. dia gadis yang haus perhatian. Dia selalu menganggu kami karena kehadiran nya"
Azze kesal dengan perkataan gadis itu. Nara yang disalahkan hanya bisa diam-diam menangis sambil memegang kacamata nya yang rusak.
"Heyyy, kau duluan yang menjambak nya... Dan kalian semua yang membuly nya sekarang menyalahkannya.!!! "
Lana bangkit dari kursi, dia tidak Terima dengan apa yang dikatakan gadis bernama lisa itu.
"Kauuuu juga seorang pengganggu, pergilah dari kelas kita.!!! "
"Sudahhh sudahhh diam semuanya!!!... Azzevanya jelaskan smeua yang terjadi dengan detail. "
Azze bangkit dengan penampilan yang kusut dan ada darah di sudut bibirnya.
"Begini pak, beberapa anak laki-laki menganggu Nara lalu menghancurkan kacamata milik Nara. Saya salah karena tidak bisa menahan emosi melihat perlakuan mereka jadi saya menghajar mereka. Tapi saya tidak tau apa yang selanjutnya terjadi.. "
"Baiklah Azze, kembali ke kelas.. "
"Baik Pak.. "
Azae meninggalkan ruang bk sendiri.
"Lana dan Nara juga... sedangkan kalian diam disini dulu. Bapak akan memberi hukuman untuk kalian karena membuly teman sekelas kalian. "
Lana dan Nara meninggalkan ruang bk, Nara masih menundukkan kepalanya sambil menangis.
"Heyy kau kenapa lemah sekali sihhh... lawan mereka!! jika mereka mengganggu mu, bukan hanya diam saja.. payah.. "
Lana melangkah mendahului Nara menuju tangga.
"Dia benar... jika dirimu diganggu lawan lah mereka. Karena kita tidak bisa selalu berharap mendapatkan pertolongan dari orang lain. "
Ternyata setelah keluar dari ruang bk. Azze menunggu mereka di tangga sekolah.
"Hayy, aku Azzevanya. "
Azze mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Iyaaa, kami sudah tau.. lagian siapa yang tidak mengenalmu disekolah ini.. "
Lana menjawab Azse dengan cemberut tanpa menyambut perkenalan dari Azze.
"Hahaha... Aku memang terkenal... kenapa kalian iri padaku? maka jadilah seperti aku.. jangan hanya berdiam diri saat mendapatkan ketidak adilan.. "
Azze tertawa melihay ekspresi kesal Lana..
"Hayyy, azze.. aku Nara Yurananda Widyastadi.. terimakasih atas bantuanmu "
Nara meraih tangan Azze untuk bersalaman. Lalu menghampiri Lana yang masih berdiam dan meraih tangan Lana untuk bersalaman dengan Azze.
"Dan dia Alana Jovanka Atmaja.. ayo tersenyum Lana... "
Azze tertawa melihat tingkah mereka. Membuat Nara dan Lana yang wanita pun terpesona dengan kecantikan alami yang dimilik Azze.
Perkenalan Itu menjadi Awal bagi persahabatan mereka bertiga. Dari mulai hari itu hingga seterusnya mereka selalu menghabiskan waktu bersama.