Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Daniel berlari keluar dari aula duka sedangkan Rani masih terduduk sambil menatap note di tangannya.
Daniel dan Sony berusaha berlari sekencang tenga mengejar kurir berharap mendapat petunjuk siapa pengirim paket misterius itu.
"Udah bos, dia pakai motor nggak akan bisa." Kata Sony berteriak menghentikan Daniel.
"Sialan!." Teriak Daniel kesal.
"Lacak dia! Gue ngandelin lo son." Kata Daniel dan dibalas anggukan oleh Sony.
"Rani sendirian, gue balik ke aula Son. Terus lacak dia sampai ketemu." Kata Daniel sambil berlari kembali memasuki gedung.
"Siap pak bos." Kata Sony sambil memandang Daniel yang berlari menjauh dari posisi awalnya.
"Nggak nyangka gue, Daniel bakalan sebucin itu sama seorang Rani." Kata Sony sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Hallo bro."
"Bos butuh bantuan lagi nih, bisa?."
"Oke gue otw." Kata Sony sambil melambaikan-lambaikan tangannya ke taxi yang lewat.
...----------------...
Flash back on
Daniel dan Sony akhirnya tiba di bandara setelah perjalanan bisnis mereka ke Amerika Serikat.
"Emm akhirnya gue bisa menginjak tanah." Kata Sony begitu keluar dari pesawat.
"Bos makan malam yuk, laper." Kata Sony pada Daniel.
"Ayo gue yang traktir." Kata Daniel tiba-tiba semangat.
"Asikk kalau bos yang traktir pasti tempat mewah nihh." Batin Sony sambil cengengesan.
Setelah beberapa menit mereka akhirnya sampai di tempat yang dituju Daniel.
"Hah serius? warung pinggir jalan? Seorang daniel makan dipinggir jalan?." Batin Sony.
"Apa bos gue ini nggak punya uang ya?." Batin Sony memandang wajah Daniel yang tampak sedang memesan makanan.
Lalu sedetik kemudian Sony melirik ke mobil Porsche yang dikendarai oleh Daniel untuk menuju kemari.
"Ya nggak mungkin lah, gue gila?." Kata Sony.
"Kenapa son? Apa yang nggak mungkin?." Kata Daniel mendengar Sony bicara sendiri.
"Enggak bos." Kata Sony.
"Sini duduk Son." Kata Daniel menarik sebuah kursi plastik.
"Pesen aja son, gue yang bayar." Kata Daniel.
"Oke ." Kata Sony beranjak dari duduknya dan segera mendekat ke penjual untuk memesan.
Sony tentu tidak keberatan sam sekali makan di pinggir jalan, dirinya juga melakukannya setiap hari.
Setelah menunggu beberapa menit akhirnya pesanan mereka datang.
"Ini mas pesanannya." Kata Bapak penjual.
"Terima kasih pak." Kata Daniel.
"Bos yakin nasi goreng cukup?." Tanya Sony.
"Cukup, aman." Kata Daniel.
"Kenapa makan di sini pak bos?." Kata Sony mulai menyelidik.
"Lo nggak mau makan di pinggir jalan son?." Kata Daniel.
"Ya enggak lah pak bos, gue juga biasanya beli makanan pinggir jalan kok."
"Tapi kan ini seorang Daniel, tuh mobil Porsche lo jadi tontonan orang-orang." Kata Sony sambil menunjuk ke arah mobil yang sedang dijadikan spot foto oleh orang-orang.
"Kenapa pak bos?." Kata Sony sambil menyuap nasi goreng.
"Gue dulu pernah kesini sama Rani, Rani suka ansi goreng disini." Kata Daniel dan Sony hanya mengangguk.
"Oh pantes." Batin Sony.
Tak lama terdengar keributan dari gang kecil di dekat gerobak bapak penjualan nasi goreng.
Daniel yang mendengar suara keributan tersebut langsung bangkit dari duduknya hendak mengecek.
"Mas jangan mas, itu preman penguasa area ini, mereka bahaya mas." Kata Bapak penjualan nasi goreng melarang Daniel.
"Gapapa pak saya cuman cek aja kok." Kata Daniel.
Daniel kemudian mendekat ke arah gang dengan Sony dibelakangnya.
Daniel melihat seorang anak berseragam SMA dengan wajah pucat sedang di pukuli habis-habisan.
"Heh kalian, lepasin anak itu!." Kata Daniel mendekat ke arah kerumunan itu.
"Bos pergi aja ayo, ini banyak loh lawannya." Kata Sony menarik tangan Daniel.
"Kasihan itu babak belur, nanti kalau dia mati gimana?." Kata Daniel.
Daniel dan Sony sangat pandai berkelahi, tapi entah kenapa keahlian Sony tidak digunakan dengan baik.
"Lo kan bisa berantem. Tinggal kumpulin keberanian aja, jangan gacor pas latihan doang." Kata Daniel sambil melepas kancing baju di lengannya.
Lima orang dengan tubuh besar mendekat ke arah Daniel dan Sony.
"Siapa kalian?."
"Kalian kenal anak ini?." Kata Pria 1 sambil menunjuk ke arah anak SMA yang sedang memegang sudut bibirnya.
"Enggak." Kata Daniel tegas.
"Kenapa ikut campur? Kalian mau mati? Kalian nggak kenal kita?." Kata Pria tersebut mengepalkan tangannya.
"Lepasin anak itu?." Kata Daniel.
"Ini bukan urusan lo! Maju sini!." Kata pria tersebut.
Dengan cepat Daniel mendekat ke arah para pria tersebut dan memulai perkelahian.
Sony yang merasa bahwa dirinya tak bisa diam saja melihat bosnya dipukuli, kalau dia sampai membiarkan Daniel dipukuli dia akan diamkan hdup hidup oleh ayah Daniel.
Daniel dan Sony mulai memukuli orang-orang di depannya.
Dengan cepat kelima orang itu tumbang.
"Wahh gue kira gue bakal mati, ternyata mereka nggak ada apa-apanya." Kata Sony tampak menempuh nepuk lengannya.
"Kamu gapapa?." Kata Daniel pada Anak laki-laki di depannya.
"Terima Kasih om, sudah selamatkan saya." Kata Anak SMA itu.
"Pergi sana!." Kata Sony pada kumpulan pria berbadan besar.
Pria berbadan besar itu segera berlari terbirit-birit.
"Ayo kamu antarkan pulang." Kata Daniel.
"Gapapa om?." Tanya anak SMA itu.
"Aman kamu kasih tau alamatnya aja, ayo son." Kata Daniel.
Ketiganya berjalan menyusuri gang dan kemudian masuk ke mobil Daniel.
"Alamat kamu dimana?." Kata Daniel sambil mengenakan sabuk pengaman.
"Jl. Kencana Dewa No 34 om." Kata Anak SMA tersebut.
Daniel segera melajukan mobilnya dengan kecepatan normal.
"Kenapa kamu belum pulang? Ini kan udah malam bukannya sekolah sudah dari siang selesai?." Kata Daniel sambil menatap ke arah jalan.
"Iya lo pasti bandel kan." Kata Sony menghakimi.
Anak itu hanya diam tak menjawab.
"Ee tadi siapa orang-orang itu?." Kata Sony mencarikan suasana.
"Kayaknya musuh ayah." Kata Anak SMA itu.
" Hah musuh ayah Lo? Kok Lo yang dikeroyok si?." Kata Sony heran.
Anak itu hanya diam tak merespons, malah dia melihat ke arah jendela.
"Udah lah son." Kata Daniel.
Setelah beberapa menit akhirnya merek sampai di alamat yang dituju.
"Wahh ini rumah lo cil? Gede banget gila." Kata Sony terperangah melihat rumah mewah di depannya.
" Terima Kasih banyak om, saya turun dulu." Kata Anak SMA itu.
"Iya sama-sama jangan berantem lagi ya." Kata Daniel dan dibalas anggukan oleh anak itu.
"Ehh El, gede banget rumahnya gila." Kata Sony melihat ke luar jendela.
"Iya gede banget." Kata Daniel setuju dengan pendapat Sony.
Daniel yang hendak melakukan mobilnya melihat bola basket milik anak tadi ketinggalan di dalam mobil.
"Eh bola basketnya ketinggalan." Kata Daniel.
"Mana anaknya?." Kata Daniel sembari melihat keluar jendela.
"Udah masuk pak bos, gimana kalau kita antar aja bolanya." Kata Sony.
Daniel yang setuju dengan pendapat Sony kemudian turun dari mobil.
Mereka mencoba menekan bel, tetapi sudah beberapa kali menekan bel tidak ada jawaban.
Sony yang menyadari gerbangnya tidak dikunci menyarankan untuk masuk saja.
"Uda lah pak bos, masuk aja." Kata Sony.
Kemudian keduanya amuk dan mengetuk pintu depan.
Setelah beberapa detik seorang pria dengan tubuh besar membukakan pintu.
"Kalian siapa?." Kata Pria itu dengan suara besarnya.
"Bjirr gede banget bos." Kata Sony bersembunyi di balik tubuh Daniel.
"Saya mau mengembalikan bola milik anak yang tadi masuk ke sini." Kata Daniel sambil memberikan bola basket pada pria dengan Abdan besar tersebut.
Bukannya bola tersebut diterima pria didepannya malah memanggil seseorang.
Sekarang di depan Daniel ada dua pria dengan badan besar dan kekar, keduanya tampak saling berbisik.
Kemudian salah satu dari orang tersebut berarti ke dalam.
Daniel dan Sony kebingungan apa yang sedang terjadi di depan mereka.
Setelah beberapa menit keluar segerombolan orang dengan berbadan besar, tetapi kali ini dipimpin oleh seseorang yang berbadan ideal yang memakai jas rapi.
"Msuk kalian." Kata orang berjas tersebut.
Daniel dan Sony tampak terkejut, padahal mereka kesini untuk hanya mengembalikan bola basket.
Pria berjas itu lalu duduk di sofa dan mempersilahkan Daniel dan Sony untuk duduk.
"Duduk."
"Kalian ada urusan apa kemari?." Kata Pria itu dengan tatapan elang.
"Ini kami mau mengembalikan bola basket, milik anak SMA yang baru saja masuk ke sini." Kata Daniel.
Pria berjas itu lalu melirik ke salah satu pria disampingnya seolah meminta penjelasan.
"Iya tuan itu milik tuan Daniel." Kata pria berjaket kulit.
Anak SMA yang ditolong oleh Daniel dan Sony tampak mendekat ke arah pria berjas itu, dan langsung merebut bola basket di tangannya.
Daniel dans ony merasakan ketegangan yang begitu memancar dari kejadian di depannya.
"Yah lepasin mereka."
"Mereka yang udah nolongin aku ketika aku dipukulin, ini bukan salah mereka." Kata anak SMA tadi.
"Daniel siapa yang mukulin kamu nak?." Kata pria berjas tersebut bicara lembut.
Daniel dan Sony bertatapan mendengar nama 'daniel' disebutkan.
"Menurut ayah? Sekarang lepasin mereka!?" Kata anak itu lalu pergi meninggalkan ruang tamu.
"Jadi kalian yang nolongin anak saya?." Tanya orang itu dan dibalas anggukan oleh Daniel dan Sony.
"Terima kasih banyak, saya nggak tau harus membalas apa pada kalian. Sekali lagi terima kasih banyak." Kata orang tersebut.
"Siapa nama kalian?." Kata Pria berjas itu.
"Perkenalkan om saya Sony dan ini atasan say di kantor namanya Daniel." Kata Sony diiringi senyuman.
"Namamu SMA seperti nama putraku satu-satunya." Kata pria tersebut.
Anehnya sedari tadi suara pria tersebut tampak menggelegar tetapi ketika berbicara soal putranya suaranya terdengar melembut.
"Kalau kalian butuh apapun hubungi saya, jangan risau saya biasa melakukan apapun. Membunuh orang, malacak orang, barang atau apapun kami bisa. Kami siap membantu kalian untuk membalas Budi karena kalian telah membantu anak saya." Kata pria tersebut.
Daniel dan Sony yang mendengar mereka bisa membunuh orang langsung menelan saliva.
"Hehe baik om." Kata Daniel.
"Perkenalkan saya Cipto Hadi Kusumo, kalian bisa panggil saya Cipto." Kata Cipto menjulurkan tangannya.
Daniel dan Sony bersalaman secara bergantian.
"Kalau begitu kami pamit om." Kata Daniel diiringi senyuman.
"Baik hati-hati dijalan." Kata Cipto.
Mereka segera keluar dari rumah mewah tersebut.
"Om saya ingin mengatakan sesuatu." Kata Daniel.
"Silahkan nak Daniel." Kata Cipto.
"Tolong jaga Daniel pak, dia tampak sedih ketika saya tanya siapa yang memukulnya tadi, apalagi saat membahas ayahnya dia tampak sangat murung." Kata Daniel.
"Terima kasih nak Daniel, saya akan jaga putra saya dengan baik." Kata Cipto.
Daniel dan Sony kemudian keluar dari gerbang rumah itu dan segera memasuki mobilnya.
"Bos ayo pulang, gue mau tidur." kata Sony bersandar di kursi penumpang.
Daniel kemudian melajukan mobilnya keluar dari komplek mewah tadi.
Flashback off
...----------------...
Bersambung,,,,,
jangan lama-lama Up nya...biar gak lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏
jangan lama-lama Up nya... nanti lupa jalan ceritanya 😁🙏🙏🙏🙏
lanjjjjuuuuttttttt lagiiii donggg 💪💪🙏🙏