Cerita ini kelanjutan dari novel "Mencari kasih sayang"
Pernikahan adalah ibadah terpanjang karena dilakukan seumur hidup. Pernikahan juga disebut sebagai penyempurnaan separuh agama.
Dua insan yang telah di satukan dalam ikatan pernikahan, tapi kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Hari memiliki rahasia yang dapat menghancurkan kepercayaan Resa. Apakah dia dapat bertahan?
Resa menemukan kebenaran tentang Hari yang telah menyembunyikan kebenaran tentang status nya. Resa merasa dikhianati dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Apakah dia harus memaafkan Hari atau meninggalkannya?
Apakah cinta Resa dan Hari dapat bertahan di tengah konflik dan kebohongan? Apakah Resa dapat memaafkan Hari dan melanjutkan pernikahan mereka?
Apakah mereka akan menemukan kebahagiaan atau akan terpisah oleh kebohongan dan konfliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29 kesabaran dalam menghadapi cobaan
"Gak ko!" Resa langsung menyangkalnya.
"Saya lihat yah!" ucap Hari mendekat.
Tina perlahan mundur, membiarkan Resa dengan suaminya.
"Makanya kalau jalan pelan-pelan!" Hari mengusap kepala istrinya yang tertutup hijab.
Tapi Resa memalingkan wajahnya ke arah samping.
"Kita pulang ke rumah Haji Surya ya!" ajak Hari.
"Ko pulang? Aku sudah bilang tadi, mau tidur di sini aja," jawab Resa.
"Kalau mau ngambek, dilanjut lagi nanti. Kita obatin dulu luka memarnya," kata Hari.
Tapi Resa menepis pelan tangan suaminya.
"Mau kemana? Kenapa jam segini ada di luar?" tanya Hari.
"Aku lapar, mau beli cuanki. Tapi gak keburu karena kesandung, jadi si emang penjualnya udah jauh," sahut Resa dengan suara lirih dan menundukkan kepalanya.
Hari menahan tawa. Tapi dia senang karena Resa udah mau ngomong lagi sama dia.
"Makanya jangan marah sama AA, jadi gak ada yang membelikan kalau mau sesuatu," kata Hari dengan senyum.
"Kalau Aa nya nyebelin. Masa Aku gak boleh marah."
"Tadi itu hanya salah faham Aini sayang. Tapi Aa akui. AA yang salah. Harusnya tidak usah ngantar BI Ika dulu tadi." jelas Hari.
Resa memandang suaminya dengan mata yang masih terlihat kesal. Tapi dia tidak bisa menahan senyumnya ketika melihat Hari yang berusaha membuatnya tersenyum.
"Gak usah bikin aku tersenyum, aku masih marah sama kamu," kata Resa memalingkan muka
"Tapi aku sudah minta maaf, Ai. Aku tidak sengaja membuat kamu marah," kata Hari dengan suara yang lembut.
Resa menghela napasnya dan memandang suaminya. Tapi dia bisa melihat kesungguhan di mata Hari, dan itu membuatnya sedikit lebih tenang.
"Baiklah, aku maafin Tapi jangan membuat aku marah lagi, ya," kata Resa dengan suara yang masih terdengar lembut.
Hari tersenyum dan mengambil tangan Resa. "Aku janji, Ai. Aku tidak akan membuat kamu marah lagi," kata Hari dengan suara yang penuh kesungguhan.Gadis itu membenamkan kepalanya di Dada Hari mengendus bau tubuh sang suami.
"Kalau kamu masih betah, besok-besok, AA antar lagi kesini, tapi sekarang ikut AA pulang ya?" kata Hari dengan senyum.
"Ayo pamit dulu. Bapak ada di rumah kan?" tanya Hari lagi.
Resa menggeleng. "Bapak belum pulang."
"Ya udah, ayo kita pamit sama mamah aja," kata Hari.
Resa pun menurut saja. Dia berpamitan pada ibu, sambungnya, dan juga pada Tina yang ternyata belum tidur.
"Mah aku gak jadi nginap malam ini,Aku udah di jemput A Hari,mungkin besok aku kesini lagi untuk bantu bantu lagi" kata Resa pada ibunya.
"iya res,gak apa-apa. Hat-hati di jalan," jawab Komala
Resa juga memeluk Tina. "Teteh pulang dulu ya, Tin."
"Iya,Teh. Hat-hati di jalan," jawab Tina.
Hari dan Resa pun berpamitan dan meninggalkan rumah orang tua Resa. Mereka berdua kembali ke rumah Haji Surya, dengan harapan bahwa hubungan mereka akan semakin baik dan harmonis.
Pagi dini hari sekitar pukul 5 pagi Hari sudah bangun lebih dulu. Dia beranjak dari kasur, kemudian perlahan berjalan ke kamar mandi. Sedang Resa masih memejamkan matanya sambil memeluk sebuah guling di sampingnya.
Hari mengambil wudhu kemudian cepat kembali ke dalam kamar.
Pagi dini hari sekitar pukul 5 pagi, Hari sudah bangun lebih dulu. Dia beranjak dari kasur, kemudian perlahan berjalan ke kamar mandi. Sedangkan Resa masih memejamkan matanya sambil memeluk sebuah guling di sampingnya.
Hari mengambil wudhu kemudian cepat kembali ke dalam kamar. "Ai, kenapa berdiri di sana? Kamu ngagetin AA aja," tanya Hari saat melihat istrinya sedang berdiri di depan meja rias sambil memegang telpon genggam milik suaminya.
Suara telpon punya AA berisik sekali. "Jam segini udah ada yang sibuk telpon suami orang," ucap Resa sambil cemberut karena ia merasa tidurnya diganggu oleh penelpon tersebut.
"Telpon? Siapa yang menelpon pagi-pagi begini!" tanya Hari dengan penasaran.
"Tuh, lihat!" ucap Resa sambil menyimpan telpon itu ke atas meja. "BI Ika."
Resa menyebutkan nama itu dengan nada yang tidak bersemangat.
"Ohhh, kenapa menelpon? Apa ada yang penting?" tanya Hari.
"Aku gak angkat. Jadi tidak tahu penting atau tidak. Malah aku matikan telponnya karena kesal jam segini dia sudah telpon kamu," keluh Resa mengungkapkan rasa kesalnya kepada suaminya.
Tatapan wajah Resa begitu tajam, menandakan ketidak sukaannya.
"Oh ya sudah. Ambilah wudhu gih,kamu belum shalat subuh kan!"
Resa masih diam tidak bergeming setelah Hari mengingatkan dia untuk mengambil wudhu.
"Kenapa diam saja?" tanya Hari.
"Apa menurut AA, Bi Ika itu menarik?" tanya Resa dengan nada yang sedikit curiga.
"Ngapain tanya itu, Ai?" jawab Hari dengan nada yang sedikit tidak nyaman.
"Pengen tahu aja?" tanya Resa lagi.
"Untuk apa?" tanya Hari.
"Jawab aja, apa susahnya. Nanti takutnya AA kepincut sama janda yang modelan nya kaya BI Ika," kata Resa dengan nada yang sedikit sinis.
Hari hanya diam membiarkan istrinya selesai bicara. Kemudian bertanya lagi, "Kalau seandainya aku mundur? Apa AA mau menikah sama dia?"
Hari masih terdiam beberapa saat, kemudian dia tersenyum. "Sudah, sana wudhu. Mau shalat tidak."
"Perbincangan kita belum selesai," kata Resa.
"Yang mana?" tanya Hari.
"Tentang BI Ika," jawab Resa.
"Kenapa harus dibahas," tanya Hari.
"Aku butuh penjelasan," kata Resa.
"Tidak ada yang harus dijelaskan. Sudahlah. Mencintai itu fitrah, setiap orang bisa. Tapi kamu tidak perlu khawatir. Bahkan AA tidak bisa mencintai yang lain lagi. Karena cintanya sudah habis untuk kamu, Ai!" kata Hari dengan nada yang penuh kesungguhan.
Resa yang sudah merasakan mual dari tadi langsung berjalan cepat menuju kamar mandi setelah mendengar hal itu.Sedang kan Hari bangkit melihat layar telpon genggamnya. Sedikit merasa risih karena Ika menghubungi nya sepagi ini.
[Assalamualaikum Har.pagi ini kamu berangkat jam berapa ? Aku butuh bantuan kamu,Ada yang belum aku pahami sama kerjaan yang kemarin itu ]
Hari menarik nafas panjang, kemudian berpikir sejenak.
[Waalaikumsalam,Bibi hanya ingin bertanya hal itu? Sampai menelpon pagi buta seperti ini? Kalau ada yang mau di tanyakan tentang pekerjaan bisa nanti siang saja kalau sudah di konveksi.lain kali jangan diulangi lagi. Supaya tidak menimbulkan kesalahpahaman.]
Hari langsung mematikan telpon kemudian melakukan Shalat subuh tanpa menunggu istrinya.Tak lama kemudian pintu kamar terbuka,Hari menengok Resa masuk kedalam kamar.
"AA udah sholat duluan barusan,Ai.Mau bikin kopi,sama Teh manis dulu ya?" kata Hari.
"Iya, A," jawab Resa.
Hari bangun dari tempat duduknya, berjalan keluar dari kamar menuju dapur. Setelah membuat kopi,dan Teh manis untuk istri nya.Hari keluar menuju teras rumah, membawa segelas kopi dan teh manis di tangannya.
Namun, langkahnya terhenti karena tiba-tiba Umai menghampirinya, lalu merangkul Hari dengan tangannya. Dia bergelayut manja pada ayahnya.
Hari tersenyum dan memeluk Umai dengan erat. "Pagi, sayang. Ayah sudah membuat kopi dan teh manis untuk mama Resa," kata Hari.
Umai tersenyum dan memandang ayahnya dengan mata yang berbinar. "Pagi, ayah. Aku ingin Teh manis juga," kata Umai dengan nada yang manja.
Hari tertawa dan memberikan Umai sedikit Teh manis dari gelasnya. "Tapi jangan terlalu banyak, sayang. Nanti mama Resa merajuk, karena minumannya di minum duluan sama kamu" kata Hari dengan senyum.
Resa membuka jendela, dia mengintip dari balik gorden. Melihat adegan yang hangat antara Hari dan Umai.
"Ko, aku cemburu lihat Umai lengket sama ayahnya. Astagfirullah!" ucap Resa, merasa sedikit cemburu namun berusaha untuk menepis perasaan yang tiba-tiba timbul begitu saja.
Dia mengedipkan mata berulang-ulang agar tak meneteskan airmata yang sudah menggenang di pelupuk mata. Dadanya merasakan sesak melihat kedekatan seorang anak dengan ayahnya, sedangkan dirinya dari dulu tak pernah sedekat itu dengan ayahnya sendiri.
Bahkan dia tak mengingat kapan terakhir kali dia berada di pelukan ayahnya. Resa menatap nanar pada suaminya dengan membatin.
"Kamu adalah lelaki yang kupilih, sebagai pendamping dalam hidupku, dengan janji suci yang terpatri bersih, di hadapan Tuhan, kamu halalkan aku, dengan harapan cinta tak rapuh. Aku serahkan hatiku padamu, dalam ikatan yang kukuh terjalin, namun keadaan ini melukai jiwaku, menghancurkan janji yang pernah di rangkai, seolah arti kepercayaan menghilang.
Mengapa keadaan ini mengecewakan? Apakah harapanku tak cukup berarti? Aku bertahan meski terluka, namun seakan takdir memilih berpaling, menjadikan harapan hanya angan semata. Kupikir aku bisa bahagia dalam ikatan pernikahan, namun kini hilang tanpa rasa, meninggalkan kecewa dalam hati, tanpa peduli luka yang ada."
Kini gadis berwajah sendu itu belajar merelakan, meski perih mengoyak dada, mungkin suaminya memang yang Tuhan takdirkan. Biarlah waktu yang menyembuhkan, dan luka menjadi pelajaran.
~~
Semoga kisah ini dapat menjadi renungan dan pengingat bagi kita semua, bahwa kepercayaan adalah fondasi yang kuat dalam sebuah hubungan. Selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan, semoga kita semua dapat menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT. Amin.
dan hari JD suami harus peka
apalgi resa LG hamil
moodnya it sprti bunglon
g bs berpaling aq Thor😅