Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-Gara Hujan
Cuaca mulai gelap dan hawa dingin semakin menusuk tubuh Diandra karena tiba-tiba hujan deras mengguyur daerah puncak tersebut. Erlan dan Diandra baru saja selesai bergulat, tetapi Erlan langsung terlelap. Sedangkan Diandra lagi-lagi harus merasakan rasa nyeri dibagian intimnya.
"Kenapa begini sih rasanya? Tadi waktu berhubungan nggak sakit. Tapi sekarang panas, nyeri dan sedikit ngilu. Apa semua wanita juga merasakan begini kalau habis berhubungan badan?" batin Diandra seraya meringkuk dan menekan perutnya. "Ah ya, aku akan berendam air hangat aja," lanjutnya kemudian perlahan turun dari tempat tidur agar tidak merepotkan Erlan.
Diandra merasa aneh dengan bagian intimnya itu. Bukan hanya kali ini saja dia merasakan sakit, bahkan setiap kali setelah bergulat dengan suaminya. Dia hanya berpikir itu mungkin hal yang wajar karena walaupun Erlan melakukan dengan pelan dan lembut, tetapi banyak gaya yang dia lakukan. Padahal saat berhubungan Diandra ikut merasakan nikmat, hanya setelah itu banyak rasa yang dialami.
Tubuh polos itu pun perlahan melangkah menuju kamar mandi setelah menatap Erlan yang begitu tampan tidur pulas. Sekilas mengulas senyum, Diandra akhirnya bisa merasa sedikit nyaman setelah merebahkan diri di bathtub dengan air hangat.
"Hari ini benar-benar menyenangkan. Mas Erlan begitu menghiburku bahkan kita berlari dan tertawa bersama. Aku lupa kapan terakhir melakukan itu. Ah ya, saat Ayah belum jatuh sakit dan saat itu Ibu juga Kakak ikut berlari dan tertawa bersamaku. Semua kenangan itu hilang setelah meninggalnya Ayah. Mas Erlan kembali memberikan rasa yang pernah hilang dalam hidupku. Tapi, apa semua ini tidak akan ada akhirnya? Aku masih saja takut dengan kekasihnya. Apalagi aku tidak yakin bisa mencintai Mas Erlan dengan segala trauma yang aku lalui selama ini."
Diandra termenung seraya memejamkan mata merasakan rasa yang begitu hangat dan rileks saat menghirup bau parfum yang dia campur dalam air hangatnya. Mata yang terpejam itu menunjukkan sesosok laki-laki tampan dengan tatapan penuh cinta dan senyuman yang begitu manis hingga Diandra juga ikut tersenyum.
"Apa kamu benar-benar mencintaiku, Mas? Aku mau bukti cintamu, bukan hanya ucapanmu, Mas," gumam Diandra seolah sedang bicara dengan bayangan laki-laki yang ada saat matanya terpejam.
"Harus berapa kali aku mengatakan kalau aku sangat mencintaimu, Diandra Ayunda?" jawaban dari Erlan membuat Diandra memaksa diri untuk membuka matanya.
"Mas! Sejak kapan kamu disini?" tanya Diandra sedikit gugup karena terkejut Erlan sedang berjongkok di sisi bathtub. Bukannya menjawab, Erlan ikut masuk ke dalam bathtub dengan tubuh polosnya dan berbaring memeluk tubuh Diandra di dalam bathtub. "Mas!" panggil Diandra lirih.
"Kenapa ya di dekatmu begini aku selalu merasa tenang dan nyaman? Sungguh aku sangat mencintaimu dan ingin selalu berada bersamamu seperti ini. Bagaimana caranya aku membuktikan kalau aku benar-benar mencintaimu, Sayang?" Erlan semakin mengeratkan pelukannya.
"Ada banyak cara untuk membuktikannya, Mas. Tapi ... tapi aku nggak tahu pembuktian yang kamu lakukan itu akan membuat aku mencintaimu atau nggak. Maafkan aku ... maafkan aku, Mas! Saat ini aku memang merasa sangat bahagia kita bisa berlari dan tertawa bersama. Aku bahagia kamu seperti ini. Tapi aku nggak tahu itu cinta atau hanya sekedar respon saja. Dan ... kalau kamu benar-benar mencintaiku, bisakah kamu sabar menungguku, Mas?" tanya Diandra dengan perasaan yang berkecamuk didada.
"Ya, Sayang. Aku akan menunggumu dan aku akan terus membuktikan rasa cintaku padamu. Aku janji mulai saat ini hanya akan membahagiakanmu," jawab Erlan mengangguk dalam pelukan Diandra.
"Sampai saat itu tiba, apa kamu yakin nggak akan meninggalkan aku, Mas? Aku takut, Mas! Aku takut saat aku sudah benar-benar mencintaimu, tapi kamu meninggalkanku." Diandra tiba-tiba menitikkan air matanya.
"Nggak, Sayang. Aku hanya milikmu dan kamu milikku. Sekarang dan selamanya, hm?" Erlan pun melepaskan pelukannya kemudian mengusap air mata Diandra lalu mencium keningnya. "Maukah kamu jadi istri dan ibu dari anak-anakku, Diandra Ayunda?" tanya Erlan dan dengan cepat Diandra mengangguk walaupun air matanya tidak berhenti menetes karena terharu merasa dilamar oleh Erlan.
Wanita manapun pasti terharu jika mendengar perkataan romantis itu. Bahkan Diandra terbawa suasana hingga mencium bibir Erlan dan melumatnyaa. Tentu saja suasana sendu itu berakhir panas karena Erlan lagi-lagi terbakar napsu oleh ciuman Diandra.
...***...
"Sayang ... kamu mau makan apa?" tanya Erlan seraya memeluk Diandra dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu Diandra. Setelah keduanya bermain panas di kamar mandi, kini Diandra sedang berdiri di depan jendela untuk mendengarkan gemercik air hujan yang turun begitu derasnya dengan banyak hal yang dia pikirkan termasuk bagian intimnya.
"Em, hujan-hujan gini apa kita bisa keluar cari makan, Mas? Dingin banget lagi. Kamu punya bahan makanan nggak disini?" Diandra balik bertanya karena bingung juga apa yang ingin dia makan malam-malam dengan derasnya hujan.
"Tadi Mang Soleh udah aku suruh belanja sih, tapi nggak tau jadi belanja apa nggak. Mau coba ke dapur?"
"Boleh. Aku masak aja apa yang ada. Kalau nggak ada ya mie instan dengan telur dan taburan bawang goreng juga enak kayaknya,"
"Kalau gitu mari kita masak berdua," kata Erlan seraya membopong tubuh Diandra.
"Mas, aku jalan sendiri aja," ucap Diandra sedikit malu-malu.
"Nggak mau! Aku suka gendong kamu begini. Aku jadi bisa merasakan hembusan nafas kamu, Sayang."
"Ish ... gombal aja. Aku jalan sendiri aja, Mas. Aku nggak mau kamu bilang aku berat,"
"Dasar ya wanita, dimana-mana pasti nggak mau dikatain gendut," kekeh Erlan dan langsung mendapatkan pukulan kecil di dadanya. Namun hal itu membuat Erlan semakin terkekeh.
Setelah tiba di dapur, Erlan pun menurunkan tubuh Diandra dan keduanya mulai mencari sesuatu untuk di masak. Sayangnya kulkas di dapur ternyata tidak ada sayur yang bisa di olah. Hanya ada air mineral dan telur juga sosis. "Ya ampun, Mang Soleh. Dia lupa atau belum sempet beli bahan makanan?" keluh Erlan dengan menyilangkan tangannya didada.
"Mungkin nggak sempet, Mas. Coba itu di dalam lemari ada mie instan nggak?" Erlan pun membuka lemari atas dan hanya ada satu bungkus mie instan rasa soto Lamongan.
"Sayang ... cuma ada satu doang," kata Erlan dengan wajah kecewa.
"Nggak pa-pa. Ini kan ada telur sama sosis. Lumayan buat ganjal perut. Kalau hujan reda kita bisa cari makan nanti. Aku masak dulu ya, Mas. Kamu duduk aja dulu,"
"Nggak! Aku mau bantu kamu. Kamu siapin airnya, biar aku yang potong sosisnya,"
"Baiklah." Namun karena hujan tidak kunjung reda hingga tengah malam, akhirnya mereka berdua memilih tidur setelah kembali bermain panas untuk menghangatkan tubuh.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚