SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
********
Sore menjelang sekitar pukul 3 sore, ketika sedang menikmati waktu berdua di taman belakang.
Tiba-tiba ponsel Rayan berdering, dengan cepat ia melihat siapa yang menelpon.
" Siapa mas? " tanya Saffiya penasaran.
" Rendy. " jawab Rayan.
" Ya udah, buruan di angkat. mungkin penting. " ucap Saffiya.
Dengan cepat, Rayan pun mengangkatnya.
" Halo. " jawab Rayan.
" Yan! sepertinya kamu harus kerestoran sekarang. " ucap Rendy tiba-tiba.
" Hah? apa yang terjadi? " tanya Rayan kaget.
" Terjadi masalah yang cukup serius dalam proses pengerjaan interiornya, jasa yang kita pakaian tidak ingin melanjutkan pekerjaanya, karena menurut mereka dana yang kita sepakati dari awal kurang cocok dengan jasa mereka. " jelas Rendy.
" Hah? kok gitu? bukanya semua itu sudah kita sepakati sebelum proses pekerjaanya di mulai? " tanya Rayan bingung.
" Itu dia Yan, aku juga bingung. aku udah jelasin semuanya, tapi mereka nggak percaya. dan sekarang mereka mau ketemu kamu secara langsung untuk membicarakan semuanya. " jawab Rendy.
Rayan pun terlihat kebingunga, karena harus kembali kekotanya lagi padahal barus sehari di tempat orang tuanya.
Terlebih lagi ia tidak bisa meninggalkan istrinya sekarang ini, namun restoranya juga tidak bisa diabaikan begitu saja, karena proses persiapan untuk pembukaanya sudah semakin dekat.
" Kenapa mas? " tanya Saffiya penasaran, karena melihat raut wajah Rayan seperti sedang cemas.
" Ada masalah direstoran, mas harus kesana sekarang. " jawab Rayan.
" Ya udah, mas segera kesana aja." ucap Saffiya yang juga cemas dengan bisnis suaminya itu.
" Tapi kamu gimana? mas nggak mungkin ninggalin kamu sekarang. " jawab Rayan bingung.
" Aku nggak apa-apa, kan ada ibu ayah sama Rain disini. " jawab Saffiya.
Namun tetap saja Rayan berat meninggalkanya.
" Udah mas pergi aja, aku nggak apa-apa kok. " ucap Saffiya menyakinkan suaminya itu.
Dengan berat hati rayan pun akan pergi kembali lebih dulu kekota mereka, karena memang harus menyelesaikan semua masalah itu secara langsung.
Ia pun langsung bersiap siap dan akan di antar oleh sopir ibunya menuju bandara.
" Mas akan segera kembali. " ucap Rayan sebelum pergi.
" Em! hati hati. " jawab Saffiya tersenyum dari balik cadarnya.
Dengan cepat Rayan pun masuk kedalam bandara, karena sebentar lagi penerbanganya akan berangkat.
Selama di dalam pesawat, ia terus saja kepikiran dengan Saffiya. karena sudah terbiasa selalu berdua kemana ia pergi.
Malam hari Rayan tiba dikota, kemudian ia langsung menuju restoran karena Rendy sudah menunggunya di sana.
Setibanya disana, keduanya langsung membahas masalah yang terjadi itu, bersama jasa desain interior yang mereka gunakan.
Hingga malam menunjukan pukul dua dini hari, mereka masih berada di restoran untuk mencari jalan keluarnya dari masalah itu.
Farik terlihat sudah mulai kelelahan karena menempuh perjalan jauh dan sampai sekarang belum juga mengistirahatkan tubuhnya.
Sementara Zean masih terus memeriksa rekaman CCTV satu persatu dengan sangat hati-hati, ia takut jika ada satu pun dari rekaman itu terlewat.
" Gimana Yan. " tanya Rendy.
" Sepertinya terjadi kesalah fahaman, tapi kita juga nggak mungkin menghentikan kerja sama ini. karena pekerjaanya sudah hampir selesai. " jawab Rayan.
" Terus kita harus sepakati nominal yang mereka ajui tadi? " tanya Rendy.
" Yah sepertinya begitu, kita tidak punya pilihan lain. kalau harus mengganti jasa lain, kita harus mengeluarkan dana lebih besar Ren. " jawab Rayan.
" Ya udah deh, aku ikut mana baiknya aja. " ucap Rendy setuju.
" Kita istirahat dulu, besok baru lanjutin. aku udah capek banget, mendarat tadi langsung kesini. " ucap Rayan yang sudah sangat mengantuk.
" Ya udah. " jawab Rendy yang juga sudah kecapean.
Keduanya memilih untuk tidur di restoran itu, karena masih harus membahas kelanjutan rencana yang akan di lakukan keesokan harinya.
***
Pagi menjelang Saffiya sedang membantu ibu mertuanya menyiapkan sarapan, ia terlihat cemas karena belum juga mendapatkan kabar dari Rayan sejak keberangkatannya.
Saffiya terus mencoba menghubunginya, namun ponsel suaminya itu tak juga kunjung aktif.
" Ada apa Sa? " tanya ibu mertuanya penasaran, karena melihat Saffiya seperti sedang gelisah.
" Mas Rayan buk, sampai sekarang belum juga kasih kabar. Saffiya khawatir. " jawab Saffiya.
" Oh ya? kebiasaan itu anak, kalau udah sibuk lupa semuanya. " ucap ibunya kesal dengan kebiasaan putranya itu.
" Saffiya nyusul mas Rayan aja ya buk, takut terjadi apa apa. " ucap Saffiya gelisah.
" Tapi kamu kan nggak terlalu ingat jalan nak, memangnya nggak apa-apa pulang sendiri? " tanya ibu mertuanya cemas.
" Nggak apa apa buk, Saffiya ingat sedikit kok jalannya. nanti Saffiya bisa tanya orang orang juga. " jawab Saffiya yakin.
" Tapi Rayan pasti akan marah kalau kamu pulang sendiri kesana. " ucap ibunya cemas.
" Tapi saffiyacemas buk, terlebih lagi mas Rayan bilang sedang ada masalah serius di restoran yang sedang mereka bangun. " jelas Saffiya.
" Ya udah, kalau begitu ibu ikut dengan kamu aja. " ucap mertuanya yang cemas membiarkan menantunya pulang seprang diri.
" Nggak usah buk, Saffiya bisa pulang sendiri kok. " jawab Saffiya yang merasa tidak enak jika harus merepotkan ibu mertuanya itu.
" Tapi ibu nggak tenang nak. " jawab ibunya cemas.
" Saffiya nggak apa-apa buk, ibu tenang saja. nanti di jalan, Saffiya akan selalu tersabung dengan ibu melalu panggilan video. biar ibu nggak khawatir. " jawab Saffiya meyakinkannya.
" Ya udah deh, tapi ibu akan mengantarmu sampai kebandara. " ucap ibu mertuanya.
" Iya buk. " jawab Saffiya setuju.
Setelah mendiskusikan panjang lebar, akhirnya mereka mengizinkan Saffiya untuk pulang seorang diri.
Kedua mertuanya mengantarkan Saffiya kebandara, karena masih merasa cemas jika gadis itu pulang seorang diri.
Bahkan ayah mertuanya meminta pendamping khusu untuk sang menantu, sampai jemputanya tiba setelah mendarat di kota tempat tinggal mereka.
***
Jam tiga sore Saffiya tiba dikota, ia lansung masuk kedalam apartemen mencari Rayan.
" Mas! " panggil Saffiya yang mencari suaminya itu keseluruh ruangan.
Namun orang yang ia cari tidak berada dirumah, Saffiya terus mencoba untuk menelpon Rayan namun tetap saja tidak ada jawaban.
Ia mulai menangis karena bingung harus mencari suaminya itu kemana, karena Saffiya tidak mengingat tempat lain yang sering didatangi Rayan.
Tiba-tiba terlintas difikiranya untuk menyusul suaminya itu kekampus, karena fikirnya ia sedang mengisi kelas hari ini.
Dengan menggunakan ojek, Saffiya segera pergi menuju kampus.
Namun setibanya disana, keadaan kampus terlihat sangat sepi. karena hari itu adalah hari minggu, hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat sedang berada disana melakukan aktifitas mereka.
" Aku harus cari kemana lagi? " gumam Saffiya sambil menghapus air matanya.
Tiba tiba ia teringat dengan Meyra, Saffiya langsung menelponya sahabatnya itu untuk menanyakan jika ia melihat Rayan.
" Halo Sa! " jawab Meyra.
" Mey! kamu liat mas Rayan nggak? " tanya Mey.
" Hah? bukanya dia barang kamu terus? kenapa tanya keaku? " jawab Meyra bingung.
" Nomornya nggak bisa dihubungin, aku takut dia kenapa-napa. " jelas Saffiya yang mulai menangis.
" Kamu tenang dulu, biar aku tanyain keRendy dulu. " ucap Meyra yang ikut panik.
Ia pun langsung menghubungi Rendy sejenak, setelah menunggu beberapa menit Meyra kembali menghubungi Saffiya lagi.
" Gimana Mey? " tanya Saffiya.
" Kata Rendy dia sedang mengecek rumah. " jawab Meyra.
" Rumah? " gumam Saffiya bingung.
" Bentar, aku kirimin alamatnya dulu. Rendy ngirimin keaku. " ucap Meyra.
Setelah mendepatkan alamat yang di maksud, Saffiya pun langsung pergi menuju alamat rumah tersebut.
Gadis itu terlihat gelisah karena ponsel Rayan belum juga bisa dihubungi.
Sesampainya disana ia langsung masuk kedalam area rumah tersebut sambil menangis, Saffiya sudah tidak bisa menahan air matanya lagi, karena cemasnya dengan keadaan Rayan sejak kemarin.
Ia melihat pintu utaman sedang terbuka, karena Rayan sedang memasukkan beberapa barang kedalam.
Saffiya langsung masuk kedalam tanpa mengucapkan salan, ia menyusuri setiap ruangan yang ada di rumah itu mencari keberadaan Rayan.
" Mass..." panggil Saffiya menangis.
Rayan yang sedang berada dikamar mandi tidak mendengar suara panggilan istrinya itu, karena gemercik air sower.
" Mas! mas Rayan! " panggil Saffiya terus.
Kemudian ia menuju lantai dua dan masuk kedalam kamar,, karena mendengar suara air dari kamar mandi.
ketika Saffiya masuk, ia langsung berpapasan dengan Rayan yang juga keluar dari kamar mandi sambil mengerikan rambutnya.
" RAY! " ucap Rayan kaget melihat istrinya yang tiba-tiba sudah berada di kamar itu.
Seketika tangis Saffiya pecah begitu melihat Rayan, perasaan lega dan cemas tercampur menjadi satu.
Ia langsung terduduk kelantai, karena merasa seperti sudah kehilangan kekuatan di kakinya.
" Huffff... " gumam Saffiya lega.
" Sayang! " ucap Rayan yang langsung berlari menghampirinya.
Saffiya menangis sambil memeluk erat tubuh suaminya itu.
" Kamu kenapa? kok pulang nggak bilang-bilang? " tanya Rayan cemas, karena Saffiya pulang seorang diri.
" Mas kenapa ponselnya nggak bisa dihubungin dari kemarin? " tanya Saffiya sambil memukul dada suaminya itu karena kesal.
" Masa sih? " jawab Rayan yang juga tidak menyadarinya.
Ia pun langsung pergi mencari ponselnya didalam tas kerjanya.
" Oh iya, ponselnya mati. " ucapnya terkekeh.
" Mas kebiasaan deh. " ucap Saffiya kesal.
Rayan pun kembali memeluknya, karena merasa sangat bersalah.
" Maaf sayang, mas nggak bermaksud buat kamu cemas. " ucapnya.
" Lain kali aku nggak mau terulang lagi. " ucap Saffiya.
" Iya! iya, mas janji. nggak akan buat kamu cemas. " jawab Rayan.
Rayan semakin nyaman dengan pelukannya, tanpa sadar jika ia masih bertelanjang dada dan hanya menggunakan handuk mandinya.
" Mas! " panggil Saffiya pelan.
" Hm? " Rayan singkat dan malah mengeratkan pelukannya.
" Badan mas basah. " ucap Saffiya.
Rayan pun langsung tersadar, kemudian melepaskan pelukannya.
" Maaf sayang, mas nggak sadar. " jawab Rayan yang langsung menggunakan pakaianya.
" Oh ya, kamu pulang sendiri? " tanya Rayan penasaran.
" Iya lah, terus sama siapa lagi. " jawab Saffiya yang masih kesal.
" Maafin mas, karena buat kamu cemas. " ucap Rayan yang kembali memeluknya.
Sampai beberapa menit ia tidak juga melepaskan pelukannya, malah semakin mempererat lagi.
" Mas.. aku nggak bisa nafas. " ucap Saffiya yang merasa sesak.
" Mas kangen kamu. " jawab Rayan yang terus memeluknya erat.
" Iya! tapi lepas dulu, aku nggak bisa nafas mas. " jawab Saffiya mencoba untuk lepas dari dekapan Rayan.
" Maaf. " ucap Rayan yang langsung melepaskanya.
Saffiya memperbaiki jilbabnya yang sedikit miring, akibat pelukan Rayan.
" Kamu mau makan apa? biar mas buatkan, kamu pasti lapar kan? " tanya Rayan.
" Memangnya disini sudah ada bahan makan? " tanya Saffiya penasaran.
" Udah, mas udah beli dan isi kebutuhan di dapur. kan sebentar lagi kita akan pindah kesini. " jawab Rayan.
" Ohh.. kalau gitu, nasi goreng aja deh. " jawab Saffiya.
" Baik tuan putri, silahkan mandi dulu. pesanan tuan putri akan saya buatkan sekarang. " ucap Rayan sambil memberi hormat layaknya seorang pelayan kerajaan.
Saffiya langsung tertawa melihatnya.
" Sana mandi, mas mau kedapur dulu. " ucap Rayab yang mengusap kepala istrinya itu dengan lembut.
Saffiya pun segera masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya karena memang sudah merasa sangat lengket.
Perjalanan yang cukup jauh dan seorang diri, membuat tubuhnya terasa letih.
Sementara didapur, Rayan sibuk dengan beberapa bahan masakan.
Pria itu terlihat sangat lihai melakukanya, tidak butuh waktu lama beberapa menu sudah terhidang diatas meja dengan rapi.
Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Saffiya keluar menuju dapur.
Rayan langsung terkejut melihat penampilan istrinya yang hanya menggunakan kemeja putih beserta celana pendek sepaha.
Kaki jenjang Saffiya benar benar terlihat sangat jelas, bahkan kulitnya sangat putih bersih.
" Aku nggak bawa baju, jadi pinjam kemeja mas dilemari. " ucap Saffiya sambil mengeringkan rambutnya.
Rayan langsung memalingkan pandanganya, karena takut tidak bisa menahan hastratnya lagi.
" Du-duduklah. " ucap Rayan sambil meletakan dua gelas air diatas meja.
" Waahh.. banyak banget. " ucap Saffiya kagum dengan kemampuan memasak suaminya itu.
" Sengaja mas masak beberapa menu, pasti kamu belum makan seharian kan. " jawab Rayan yang mulai mengambilkannya untuk Saffiya.
" Wah.. terima kasih mas. " ucap Saffiya yang sudah tidak sabar ingin mencicipinya.
Mereka pun mulai menikmati makan sore menjelang malam itu dengan penuh canda dan tawa.
Ketika ingin mencicipi telur goreng buat suaminya itu, raut wajah Saffiya langsung berubah.
" Mm! " gumannya terlihat seperti ingin melepehkannya.
" Kenapa sayang? " tanya Rayan kaget.
" Telurnya. " jawab Saffiya yang ingin muntah.
" Telurnya kenapa? kamu nggak suka? " tanya Rayan bingung.
" Em! " jawab Saffiya mengangguk.
" Ya udah, lepehkan. " ucap Rayan yang langsung menadahkan tanganya di depan bibir Saffiya.
" Mm. " Saffiya langsung menggeleng, kemudian berlari menuju wastefel dan melepehkannya.
Ia meneguk satu gelas air, untuk menghilangkan rasa telur itu.
" Kamu nggak suka telur setengah mateng? " tanya Rayan memastikan.
" Em. " jawab Saffiya mengangguk.
" Rasanya aneh, kayak makan telus mentah yang utuh. " lanjutnya lagi.
" Kalau gitu lain kali mas nggak akan buat lagi. " ucap Rayan.
Keduanya pun melanjutkan makan sore mereka, dengan penuh kehangatan.
###NEXT###
Salam Hangat Dari Penuliss...