Riri, gadis polos nan baik hati, selalu mendapatkan penderitaan dari orang-orang di sekitarnya. Kehangatan keluarganya sirna, orang tua yang tak peduli, dan perlakuan buruk dari lingkungan membuat kepercayaan dirinya runtuh. Di tengah kebaikannya yang tak pernah lekang, Riri harus berjuang melawan luka batin yang mendalam, merangkak dari kehancuran yang disebabkan oleh mereka yang seharusnya melindunginya. Akankah Riri mampu bangkit dari keterpurukan dan menemukan kembali harapannya? Atau akankah ia selamanya terjebak dalam kegelapan yang menyelimuti hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Little Fox_wdyrskwt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༺ ༻ BAB 35 ༺ ༻
...✧༺♥༻✧...
Di dalam hati Riri, terukir sebuah refleksi yang dalam. Ia tidak merasa sedih karena perpisahan itu. Sebaliknya, ia merasa lega dan tenang. "Untuk apa aku sedih? Mereka aja tidak pernah baik padaku," gumamnya dalam hati.
"Mereka baik itu pas-pasan, akhirnya aja pas mau perpisahan." Rasa kecewa itu terasa nyata, tetapi ia tidak membiarkannya menguasai perasaannya. Ia sudah terlalu lama menahan rasa sakit hati itu. Sekarang, ia telah siap melepas semua itu.
Tidak hanya pada teman-temannya, Riri juga merasa kecewa pada para guru. "Untuk apa aku berterima kasih? Mereka aja pilih kasih antara murid pintar dan murid yang tidak terlalu pintar," batinnya.
Ia sadar bahwa perlakuan tidak adil itu telah menyakitinya selama ini. Namun, ia tidak mau membiarkan kekecewaan itu menghancurkan perasaannya. Ia telah belajar untuk menerima semua itu dengan lapang dada.
Riri mengucapkan kata-kata itu dalam hati, sebagai sebuah refleksi dari pengalamannya selama masa SMP. "Orang bilang masa SMP itu masa yang menyenangkan, tapi tidak bagiku," gumamnya dalam hati.
Ia mengingat kembali perlakuan tidak adil yang pernah ia terima dari teman-temannya dan juga para guru. Ia mengingat bagaimana ia pernah merasakan kesepian, kecewa, dan juga sakit hati. Namun, ia tidak mau membiarkan pengalaman buruk itu menghancurkan hidupnya.
Sebaliknya, ia bertekad untuk mengubah pengalaman buruk itu menjadi sesuatu yang bermakna. "Perilaku mereka akan ku ukir abadi di karyaku," gumamnya dengan suara yang penuh keyakinan.
"Lihat saja jika aku menjadi penulis sukses, aku akan abadikan mereka." Ia bertekad untuk menuangkan semua pengalamannya ke dalam karya-karyanya, sebagai bentuk ekspresi diri dan juga sebagai peringatan bagi dirinya sendiri agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan.
Perjalanan panjang akhirnya berlalu. Sepanjang perjalanan, Riri terus memandang ke luar jendela bus, hingga akhirnya ia tertidur lelap.
...✧༺♥༻✧...
Waktu menunjukkan pukul 10 malam ketika bus akhirnya sampai di Yogyakarta. Para siswa terbangun dari tidur mereka, dan seketika terpukau oleh keindahan kota Yogyakarta di malam hari. Mereka melihat Jalan Malioboro yang sangat ramai, dan juga pasar malam yang menarik perhatian.
Satu persatu siswa turun dari bus, mengambil koper mereka, dan mempersiapkan diri untuk menikmati pesona kota Yogyakarta. Suasana menjadi sangat ramai dan semangat.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, mereka akhirnya tiba di tujuan. Kegembiraan dan antusiasme terpancar dari wajah mereka.
Sesampainya di tempat tujuan, Bu Ida, salah satu guru pendamping, segera memberi arahan kepada para siswa. "Hayoo… jangan para pergi dulu anak-anak! Sekarang dengar arahan Pak Irfan, Pak Ali, dan juga Pak Uus, ya!" suara Bu Ida terdengar tegas namun ramah.
Pak Ali, salah satu guru pendamping lainnya, kemudian memberikan instruksi selanjutnya. "Sekarang, bawa semua barang kalian ke hotel dulu. Kita akan istirahat sebentar sebelum memulai kegiatan selanjutnya."
Pertanyaan-pertanyaan penuh antusias muncul dari beberapa siswa. "Pak, ada kolam renang enggak?" tanya Ian, suaranya penuh dengan harapan.
Rizki menambahkan, "Iya nih, ada enggak?"
Yola ikut bertanya dengan nada yang penasaran, "Wah, apakah hotelnya besar?"
Riri menambahkan dengan yakin, "Pasti luas!"
Virda kemudian menambahkan pertanyaan tentang kamar, "Pasti ada pembagian kamar, ya?"
Bu Iin, salah satu guru pendamping, memberikan arahan kepada para siswa. "Semua ikut arahan, ya! Kita lewat sini," katanya sambil menunjuk ke arah sebuah gang kecil.
Para siswa melihat gang kecil itu dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Gang itu terlihat sempit dan gelap. Mereka berpikir apakah hotel itu jauh, mengingat mereka harus melewati gang kecil seperti itu.
Rasa penasaran dan sedikit kecemasan menyelimuti mereka. Apakah ada sesuatu yang menarik atau bahkan menyeramkan yang menunggu mereka di balik gang itu?
Sesampainya di hotel dekat Jalan Malioboro, Yogyakarta, para siswa terkejut. Dari luar, hotel itu tampak sederhana, bahkan agak tua. Namun, begitu melangkah masuk, mereka tercengang.
Hotel itu ternyata sangat luas dan megah! Ruangan-ruangannya tinggi dan berkesan klasik, dengan ornamen-ornamen yang indah. Di beberapa sudut, terpajang benda-benda antik yang menambah kesan kuno dan misterius.
Bu Iin menjelaskan bahwa hotel itu menyimpan banyak sejarah, bahkan beberapa barang di sana adalah peninggalan dari pemilik hotel pertama.
Mata para siswa langsung tertuju pada kolam renang yang terlihat jernih dan menawan di halaman belakang. Namun, sayang sekali, waktu sudah malam, dan berenang tidak diperbolehkan.
Bu Iin pun segera mempersiapkan para siswanya. Satu persatu, mereka berbaris dengan tertib. Bu Iin kemudian membagi mereka ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jenis kelamin dan jumlah anggota kelompok.
Masing-masing kelompok akan mendapatkan beberapa kamar untuk beristirahat. Suasana menjadi ramai dengan suara siswa yang berbincang dan berbagi kesan mereka tentang hotel yang unik itu.
Riri, dengan hati yang sedikit gelisah, ikut berbaur dengan teman-temannya, mencoba untuk lupa akan rasa kecemasan yang menyertainya.
Apakah malam ini akan berjalan dengan lancar? Atau akan ada sesuatu yang menarik atau bahkan menyeramkan yang menunggu mereka?
"Wah, hotelnya bagus banget ya!" seru Yola, matanya berbinar melihat kemegahan hotel tersebut.
Ian mengangguk setuju. "Iya, nggak nyangka. Dari luar keliatannya biasa aja, eh ternyata dalamnya luas banget!"
Rizki menunjuk ke arah kolam renang. "Eh, lihat tuh kolam renang! Sayang banget nggak bisa berenang malam-malam gini."
Virda menghela napas. "Ya sudahlah, besok aja kali ya kita berenang. Sekarang kita istirahat dulu aja."
"Iya juga sih," timpal Yola. "Capek banget perjalanan tadi."
Bu Iin, yang memperhatikan para siswanya, bersuara, "Baiklah anak-anak, sekarang kita bagi kamar ya. Perempuan di sayap kiri, laki-laki di sayap kanan. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, kecuali kelompok terakhir yang hanya 3 orang."
Seketika suasana menjadi ramai. Para siswa mulai berdiskusi untuk menentukan siapa saja yang akan sekamar. Riri, yang masih sedikit pendiam, diam-diam mengamati teman-temannya. Ia berharap bisa sekamar dengan teman yang baik dan pengertian.
"Riri, kamu sekamar sama Yola, Virda, dan… Diana, ya?" kata Bu Iin, menetapkan Riri dalam satu kelompok. Riri mengangguk perlahan.
Yola dan Virda tersenyum menyambutnya. Diana, yang juga sepertinya tipe yang pendiam, hanya mengangguk balas. Riri mencoba untuk terlihat optimis. Mungkin ini akan menjadi awal yang baik.
...✧༺♥༻✧...
Hari sudah tengah malam. Keheningan malam di hotel hanya diselingi oleh suara jangkrik. Tiba-tiba, Tia dan Ara, dua siswa perempuan yang terkenal usil dan penuh energi, mengajak teman-teman perempuannya untuk jalan-jalan di luar hotel.
Riani, yang tahu seluruh seluruh tempat di sekitar hotel, mengajak mereka ke tempat yang lagi ramai, yaitu tembok dengan lukisan 3D yang menarik. Tempat itu terkenal sebagai spot foto yang instagramable.
Satu per satu, para siswa perempuan keluar dari hotel. Mereka berjalan bersama, membentuk sebuah kelompok kecil yang penuh dengan celoteh dan tawa. Suasana malam yang sepi tiba-tiba menjadi hidup dengan kehadiran mereka.
Udara malam yang sejuk menyegarkan tubuh mereka setelah sepanjang hari lelah berperjalanan. Sesekali mereka berhenti untuk berfoto di depan lukisan 3D yang unik dan menarik.
Riri, yang awalnya agak ragu-ragu, akhirnya ikut terbawa suasana ceria teman-temannya. Ia ikut berfoto dengan pose-pose lucu dan menarik. Namun, di balik senyum dan tawa itu, sebuah rasa gelisah masih menyertainya.
Apakah jalan-jalan malam ini akan berjalan dengan lancar? Atau akan ada sesuatu yang tidak terduga yang menunggu mereka?
...✧༺♥༻✧...
...Bersambung…...