Garis hidup Jossy Jeanette berubah seratus delapan puluh derajat ketika dia bertemu dengan Joshua, CEO tampan yang mendadak menjadi kekasihnya, akan tetapi hubungan mereka berdua harus disembunyikan dari siapapun sesuai permintaan sang CEO itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Sepanjang Jalan
Jossy Jeanette berjalan pelan menuju jalan pulang.
Disinya terlihat Josua Maxim berjalan cepat di depannya sambil menyaku tangan.
Untuk mencapai rumah kontrakan Jossy Jeanette, mereka terpaksa harus berjalan melewati jalan-jalan sempit penuh tanjakan tinggi, membutuhkan energi untuk berjalan ke arah lokasi rumah.
Suasana di sepanjang jalan terlihat sepi, hampir tidak ada orang yang berlalu lalang disana.
Hanya ada tembok-tembok tinggi menjulang di sepanjang area jalan sempit.
"Jauh juga rumahmu, Jossy", kata Josua.
"Ya, lumayan jauh", sahut Jossy seraya tersenyum tipis.
"Setiap hari berjalan kaki", kata Josua.
Josua mengedarkan pandangannya ke sekitar tempat dia berjalan saat ini.
"Tidak lelah", ucapnya lalu menoleh ke arah Jossy sambil berhenti berjalan.
Tatapan Josua Maxim terlihat teduh ke arah JossyJeanette.
Jossy menggeleng pelan seraya menatap pelan-pelan ke arah Josua yang berdiri tak jauh darinya saat ini.
"Tidak, tidak lelah", sahutnya.
"Sepertinya hidupmu telah dilatih lebih keras daripada tantangan pekerjaan yang kau jalani", kata Josua.
"Iya...", sahut Jossy lalu tertawa ringan.
Jossy menyibakkan rambutnya yang tergerai ke belakang telinga.
"Oh, iya, sebentar", kata Jossy seraya menghentikan langkah kakinya cepat.
"Ya... ?" tanya Josua sembari menatap serius.
"Aku belum membeli makanan untuk di rumah", kata Jossy.
Jossy segera memalingkan muka ke arah mini market di ujung jalan.
"Aku akan ke sana sebentar, untuk membeli beberapa bahan makanan di rumah, tunggu disini sebentar, tuan Josua", ucapnya.
Jossy menunjuk ke arah mini market di ujung jalan supaya Josua Maxim mengetahui maksud tujuannya.
"Oh, baiklah...", sahut Josua seraya menoleh ke arah mini market di ujung jalan.
"Aku pergi dulu kesana", kata Jossy.
"Ya, baiklah'', sahut Josua Maxim.
Jossy berlarian kecil menuju ke arah mini market di ujung jalan, dia masuk ke dalam mini market itu dengan tergesa-gesa.
Josua Maxim hanya memperhatikan Jossy Jeanette dari arah kejauhan lalu berjalan menuju mini market seraya menyaku tangan.
Di dalam mini market...
Jossy segera menghampiri rak yang menyediakan bahan-bahan makanan.
"Sepertinya aku akan makan mie saja, tapi persedian stok mie siap saji sudah habis di rumah", kata Jossy.
Jossy memilih beberapa kotak mie siap saji di rak mini market, untuk dia beli.
"Rupanya kau suka sekali mie siap saji, ya", kata Josua seraya meraih sekotak mie siap saji dari atas rak.
Jossy tersentak kaget lalu mengalihkan pandangannya ke arah Josua yang telah berdiri di belakangnya.
"Duk !"
Tak sengaja Jossy membentur dada Josua Maxim saat dia beranjak bangun dari depan rak mini market.
Tubuh keduanya saling menempel berdekatan saat mereka berdiri bersama-sama.
Jossy terkesiap dingin ketika dia menyadari dirinya bersandar tak sengaja pada Josua Maxim, membuatnya diam mematung tak bergerak sedikit pun.
"Kenapa diam ?" tanya Josua sembari berbisik pelan di telinga Jossy.
Semburat warna merah langsung merebak di wajah Jossy Jeanette yang terus-menerus bersikap kikuk.
"Ambil saja mie yang kamu sukai, tidak perlu menghitung jumlahnya karena aku yang akan membayarnya", kata Josua.
"Ehk, tidak...", sahut Jossy.
Jossy memalingkan muka ke arah Josua.
Namun justru sikapnya itu membuat dirinya dan Josua semakin dekat, dan pandangan keduanya saling berdekatan sehingga ujung hidung mereka berdua saling bersentuhan.
Sesaat suasana berubah hening, tidak ada kata-kata yang terucap diantara keduanya.
Mereka hanya saling berpandang-pandangan lekat tanpa bersuara sedangkan keheningan semakin tercipta.
Tersadar, Jossy langsung membuang muka ke arah lain, wajahnya merah padam karena malu.
"A-aku tidak membeli banyak mie, cukup untuk sehari saja", kata Jossy gugup.
"Tidak masalah, tinggal masukkan saja semua kotak mie ini ke dalam keranjang belanjaanmu'', ucap Josua.
Josua menarik pelan keranjang belanjaan yang tersampir di lengan Jossy kemudian dia memasukkan beberapa kotak mie.
"Tidak usah cemas, aku akan membayarnya", kata Josua sembari mengedipkan salah satu matanya ke arah Jossy.
Jossy lagi-lagi tersentak kaget saat dia melihat reaksi dari Josua barusan.
"Baiklah, kita sudah membeli mie lalu kita akan membeli apalagi sekarang", kata Josua lalu mengalihkan perhatiannya ke arah rak penjualan.
"Kurasa sudah cukup, ini saja yang kita beli sekarang", sahut Jossy.
"Ya, baiklah, aku jadi ingin mencicipi mie buatanmu, Jossy", kata Josua.
"Bukan buatanku, tapi mie siap saji, aku tidak bisa membuat mie sendiri, tuan Josua", ucap Jossy malu-malu.
"Tidak masalah, mie siap saji pun jadi, bukan halangan bagiku, untuk mencoba masakanmu", kata Josua.
"Tetap saja, ini mie siap saji, dan aku tidak bisa membuat mie siap saji sendiri, lainkali saja, aku akan memasakanmu makanan sesudah gajian", sambung Jossy.
Jossy Jeanette menjawab sekenanya dengan beralasan.
"Benarkah, kamu akan memasakanku masakan lezat setelah gajian", kata Josua menanggapi ucapan Jossy.
"Yah, benar, aku janji akan membuatkanmu masakan sebagai balasan rasa terimakasihku telah ditolong oleh anda, tuan Josua", sahut Jossy.
"Aku tidak berbuat apa-apa, dan aku hanya membantumu semampuku saja", kata Josua.
"Tapi tanpa bantuanmu tadi di Mall, mungkin saja aku akan tertangkap oleh orang-orang itu sedangkan kita tahu bahwa mereka sangat kasar sekali", sahut Jossy.
"Oh, iya, mereka memang perlu dihajar habis-habisan kalau perlu", ucap Josua.
"Anda bisa saja, tuan Josua", kata Jossy tersipu malu-malu.
Jossy segera menghindar seraya beranjak pergi dari rak penjualan, menuju ke arah meja kasir mini market.
"Aku bayar dengan kartu cash", kata Josua seraya menyela dari arah belakang.
Josua Maxim menyerahkan kartu miliknya kepada karyawati mini market yang berada di meja kasir.
"Mohon maaf, hari ini terjadi masalah pembayaran, sistem dimini market kami sedang mengalami gangguan sekarang", kata karyawati kasir itu.
"Tidak bisa bayar lewat kartu cash", ucap Josua.
"Benar, saat ini proses pembayarannya langsung tunai, sekali lagi mohon maaf", kata petugas kasir mini market sembari menangkupkan kedua tangan ke depan.
"Biar aku saja yang membayarnya, jadi berapa totalnya", sahut Jossy.
"Baik, akan saya hitung terlebih dahulu total pembeliannya, tunggu sebentar", kata karyawati mini market itu.
"Ya, baik", sahut Jossy seraya tersenyum simpul.
"Aku akan meminta nomer teleponmu agar aku bisa menghubungimu, akan aku transfer uangnya", kata Josua.
Josua membuka dompet miliknya seraya memasukkan kembali kartu bank nya.
"Tidak apa-apa, tidak usah membayarnya, biar aku saja yang membayarnya, tidak terlalu mahal", kata Jossy sembari tertawa pelan.
"Sekalian aku tahu nomer teleponmu karena aku bisa memberitahumu kalau aku datang berkunjung ke rumahmu", sahut Josua.
Josua mengeluarkan handphone miliknya dari dalam saku jasnya lalu menyentuh layar ponselnya.
"Berapa nomermu ?" tanyanya seraya melirik tajam kepada Jossy.
"Oh, begitu ya, sebentar, aku akan mengambil ponselku, aku tidak hafal nomer teleponku" sahut Jossy.
Jossy segera teringat kalau dia tidak membawa tas sejak pergi dari Mall.
"Ya, ampun, aku lupa membawa tasku...", ucapnya dengan wajah membeku kaku.
"Apa ?" kata Josua seraya menengok ke arah Jossy.
"Aku lupa kalau aku tidak membawa tasku, dan aku telah meninggalkan tas milikku di toko parfum, tempatku bekerja di Mall", sahut Jossy.
Jossy berdiri tegang tanpa bergerak sedikit pun dari hadapan meja kasir mini market.
Tampak Jossy dan Josua saling berpandangan satu sama lainnya dengan ekspresi canggung karena menyadari kelalaian mereka hari ini.