Visual Cast bisa cek Tiktok @rn_story94
Sequel dari Takdir cinta Ayyura_Aydeen ...
Sebuah takdir yang gak bisa di ubah dan selalu sesuai dengan ketentuan porsinya.
Zayn sudah menikah dengan Assyifa selama 3 tahun tapi belum dikarunia seorang anak, malah harus terjerat dengan seorang gadis cantik yang berbeda kepercayaan dan keyakinan dengannya. Dia harus menikahi perempuan lain yakni adalah mahasiswinya sendiri, hanya karena sebuah kesalahan yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Sedangkan sang adik sendiri Zayna seorang Dokter muda cantik, harus dijodohkan dengan pria yang tidak pernah ia inginkan dan impikan sebelumnya. Pria itu adalah Zidan, pria yang selalu bertemu dengan bahaya diluar sana, dan selalu bertemu dengan Zayna bolak balik di UGD.
Makanya Zayna menolak keras untuk di nikahkan dengannya ..
Yang penasaran kisahnya silahkan mampir readers ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raline_Story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hutang Budi Kembali
"Nak, kok pagi-pagi udah rapi begini"? tanya Ayyura saat melihat putrinya sudah cantik dengan jas putih yang sering ia kenakan setiap hari itu.
"Hmm, Zayna mau ngecek pasien pagi ini mom".
"Tapi bukankah minggu ini Kamu shift malam nak"?
"Hmm, enggak masalah mom. Nanti Zayna bisa pulang jam makan siang". jawabnya lembut.
"Kamu sudah sarapan sayang"? tanya Ayyura.
"Udah kok mom, Zayna tadi makan sandwich dan minum susu buatan bibik". jawab Zayna manja.
"Mommy hanya takut Kamu kelelahan sayang".
"Insya Allah Zayna baik-baik saja mom. Selagi doa dan restu mommy dan daddy selalu mengiringi langkah kaki Zayna, Allah akan selalu menjagaku dimanapun Aku berada mom". peringat Zayna.
"Doa dan restu dari mommy selalu mengiringi langkah kaki putra-putri mommy, baik Zayn, Kamu, maupun adikmu Zafran". timpal Ayyura lembut.
"Terimakasih ya mom, Zayna bahagia banget udah dikasih kesempatan sama Allah, untuk jadi anaknya mommy dan daddy". seru Zayna sembari mengecup kedua pipi Ayyura dengan penuh cinta.
"Sama-sama sayang, mommy yang lebih bahagia sudah di amanahi anak-anak yang soleh dan soleha seperti kalian bertiga ini". timpal Ayyura kembali.
Zayna tersenyum sangat manis, kemudian mencium salah satu tangan mommy nya.
"Hmm, kalau begitu Zayna pamit dulu ya".
"Assalammualaikum". ucap Zayna lembut.
"Waalaikumsalam, hati-hati sayang". sahut Ayyura.
*
*
*
Zayna mengendarai mobilnya sendiri menuju rumah sakit, namun saat diperjalanan tiba-tiba dia melihat ada keramaian didepan lampu merah. Dengan cepat Zayna menurunkan satu kaca mobilnya.
"Permisi pak, maaf didepan sana ada apa ya pak"? tanya Zayna sopan pada salah satu pria paruh baya yang mobilnya juga ikut berhenti.
"Sepertinya ada yang berantem dek, bapak juga kurang tahu karena udah 10 menitan macetnya". jawab bapak itu dengan ramah.
"Baiklah terimakasih infonya pak". jawab Zayna.
Bapak itu hanya mengangguk, Zayna pun akhirnya memarkirkan mobilnya ketepi jalan. Jiwa keponya mulai meronta-ronta, dia tidak bisa diam seperti ini. Gadis itu ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya disana, sehingga membuat jalanan menjadi macet.
"Permisi, saya ingin lihat kesana". ucap Zayna pada kerumunan orang yang sedang ada disana.
"Tolong jangan tangkap saya .. kasihani saya pak, saya masih punya adik yang harus saya urus dirumah sakit kemarin". jelas anak laki-laki itu.
"Cepat bawa dia kekantor polisi sekarang"! ucap salah satu petugas berseragam coklat tersebut.
"Ada apa ini pak"? sela Zayna yang kini sudah ada ditengah-tengah kerumunan tersebut.
"Anak ini adalah salah satu saksi saat kecelakaan beruntun berapa malam lalu terjadi". jawabnya.
Zayna menyipitkan matanya, menatap lekat wajah anak remaja yang ada didepan nya itu.
"Kamu? Kamu anaknya ibu korban luka bakar itu kan? Iya saya tidak salah mengenali". sahut Zayna.
"Anda! Anda adalah Dokter yang telah membunuh ibu saya tiga hari yang lalu! Karena kelalaian anda ibu saya menjadi meninggal"! sergah pemuda itu.
Cccckkk ..
Zayna berdecak kesal, lalu sedikit mendekatinya.
"Saya tidak membunuh ibumu, tapi dia meninggal memang sudah waktunya telah tiba. Hanya Dokter yang tidak waras, yang ingin pasiennya meninggal"!
"Kau bisa melihat sendiri direkaman CCTV bukan? bagaimana saya bekerja keras demi keselamatan para pasien saya malam itu"! sentak Zayna.
"Tapi andai saja malam itu, anda tidak terlambat menolong ibu saya, mungkin ibu saya masih bisa diselamatkan dan saat ini dia pasti masih hidup"!
"Ibumu memang sudah kritis saat tiba di rumah sakit, dan Kau melihat sendiri dengan matamu itu! bahwa luka bakar pada tubuh ibumu hampir 85% dan akan sulit untuk tetap bertahan"! bantah Zayna.
"Cih .. dasar Dokter gadungan"! cibir pemuda itu.
"Diam Kau! seharusnya kau sadar diri"!
"Oleh ulah siapa, ibumu sampai meninggal dan adikmu masih terbaring lemah dirumah sakit? itu semua terjadi karena kesalahan dan kecerobohan dirimu yang menyetir dalam keadaan mabuk"! sergah seseorang dibalik kerumunan itu.
Zayna terbelalak saat melihat sosok yang lagi-lagi dirinya kenal malam itu. Dia adalah Zidan yang juga sedang bertugas untuk menangkap pemuda itu.
"Sudah berapa kali kukatakan, Aku tidak dalam keadaan mabuk malam itu. Aku hanya dijebak oleh berapa temanku, Aku bahkan tidak pernah minum minuman haram itu"! bantah anak lelaki itu.
"Tapi tes kesehatan mengatakan, bahwa Kau dalam keadaan mabuk saat kecelakaan itu terjadi". sahut Zidan masih dengan pendiriannya.
"Semua tes kesehatan itu palsu, pihak rumah sakit pasti sengaja bekerja sama dengan orang-orang yang telah menjebakku"! teriak anak itu sarkas.
"Sudah cukup! sebaiknya Kau membuktikannya di kantor polis, karena kalau Kamu terus-terusan berdebat dengan polisi, gak ada gunanya juga"!
"Jika memang nanti, Kamu terbukti tidak bersalah. Pasti Kamu akan segera dibebaskan, jadi gak usah takut untuk dimintai keterangan sebagai saksi".
"Apa Kamu gak merasa iba, dengan kemacetan yang terjadi saat ini. Banyak orang yang harus tertunda pekerjaannya, karena harus menyaksikan dramamu"! potong Zayna yang mulai ikut emosi, karena anak labil dan bau kencur yang ada dihadapannya itu.
Zayna tentu tahu kejadian sebenarnya, dimana anak laki-laki itu menjadi tersangka kecelakaan tersebut. Pihak kepolisian tentu tidak akan menuduh tanpa bukti yang kuat, mereka pasti sudah lebih dulu melakukan penyelidikan pada semua yang terkait.
"Diam Kau Dokter sialan"! sergah pemuda itu yang kini sudah menatap tajam ke arah Zayna.
Anak remaja itu berlari secepat kilat, lalu mengambil batu yang ada didekatnya, dan mengarahkannya ke wajah cantik Zayna. Namun sebelum itu terjadi, Zidan lebih dulu memeluk tubuhnya Zayna.
"Kapten"! teriak berapa anak buahnya Zidan.
Bruggghhh ....
"Arrggghh .. ". Zidan sedikit meringis kesakitan kala merasakan kepala belakangnya mulai mengeluarkan darah segar akibat timpukan dari anak laki-laki itu.
"Cepat tangkap dia, dan bawa dia kekantor polisi sekarang juga"! teriak Ravi assistan nya Zidan.
"Kapten anda terluka". sela Ravi khawatir.
"Cepat bawa kapten kerumah sakit sekarang"!
"Biar Aku saja yang membawanya". sela Zayna.
"Tapi anda"?
Zidan pun memberi kode pada Ravi, untuk tidak terlalu khawatir dengan kondisinya saat ini.
"Aku pergi kerumah sakit bersama Dokter Zayna, kalian silahkan pergi duluan. Nanti setelah selesai diobati, Aku akan segera menyusul kalian kesana". jawab Zidan dengan mantap.
"Baik kapten, kalau begitu kita pamit dulu"!
"Kami titipkan kapten Zidan pada anda Dokter. Jaga diri anda baik-baik kapten"! ucap Ravi dengan tegas.
Zayna hanya mengangguk lemah, gadis itu masih menopang tubuhnya Zidan yang mulai melemah akibat benturan keras dari batu tersebut.
"Kamu berdarah"? ucap Zayna pelan yang masih terlihat shock, Dengan cepat Zayna mengambil sapu tangan disaku jas Dokternya, untuk menekan pada bagian yang terluka agar darahnya tidak terus mengalir. Lagi-lagi Zayna berhutang budi padanya.
"Apa Kamu masih bisa bertahan untuk sampai kerumah sakit? Aku akan mengantarmu sekarang".
"Cih ... ini hanya luka kecil bagiku". sergah Zidan.
"Aku bahkan pernah berapa kali tertembak dan Aku masih bisa bertahan dalam jangka waktu yang lama, dan Kau bisa lihat sekarang, Aku masih hidup kan"? jawabnya dengan ciri khasnya yang sombong.
Zayna memaksakan seulas senyuman dibibirnya, dalam keadaan seperti ini saja Zidan masih bisa berkata dengan angkuh seperti barusan.
semoga Zayna bisa melewatinya.