Follow ig author yuk🙌🏻 @hhnsaaa_
___
Dijodohkan memang tidak enak, maka dari itu Bella memilih jalan nya sendiri, dan untung nya Gevano menerima kenyataan itu dan memilih membantu Bella untuk menikah dengan lelaki pilihan nya.
Saat usai menikahkan Bella dengan lelaki yang di mau nya, Gevano pun mendapat keberuntungan yang begitu berharga dan sangat bernilai. Andina Putri.
Wanita 22 tahun, yang menjadi pelampiasan lelaki pilihan Bella, memilih untuk pasrah dan menerima takdir nya yang ditinggal pergi.
Tetapi tak berselang lama, datang bak pangeran berkuda, Gevano melamar nya.
Akankah mereka hidup bahagia? Sanggup kah Gevano dengan tingkah laku Andin yang begitu di luar kepala?
___
Cerita ini berdasarkan khayalan author semata jadi jangan baca deskripsi, cukup baca tiap bab dan jangan lupa tinggalin jejak berupa like & komen.
Mohon pengertiannya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hanisanisa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Raka yang ternyata juga ada di kantin rumah sakit itupun segera mendekat saat melihat seseorang yang begitu familiar.
"Andin?"
Andin menoleh dan nampak terkejut. "Bapak ngapain disini?" tanya Andin menatap Raka dengan kebingungan.
"Kamu juga ngapain disini? Siapa yang sakit?" Raka memilih bertanya balik.
"Ih Bapak mah, jawab pertanyaan Andin dulu" ketus Andin membuat Raka dan Jasline terkekeh melihat muka cemberut Andin.
"Bapak disini karna menjenguk teman Bapak, si Pak Aldi lagi sakit dan harus di rawat di rumah sakit" jawab Raka dengan jujur.
"Pak Aldi? Teman sejawat Bapak waktu di Pondok Militer dulu?" tanya Andin di angguki Raka.
"Sakit apa Pak Aldi?" tanya Andin sembari menarik kursi kosong agar Raka duduk di samping nya.
"Kanker otak stadium awal, jadi masih termasuk jinak cuma ya sempat drop makanya di rawat inap" jawab Raka, Andin manggut-manggut mendengar penjelasan dari Raka.
"Kalau Andin disini karena Grandma nya Gevano lagi sakit, keracunan makanan kata dokter" ucap Andin membuat Raka mengernyit bingung.
"Kenapa bisa keracunan?" tanya Raka membuat Andin mengerdik bahu.
"Padahal Andin bikin nya sesuai resep, nggak ada tambahan apapun yang bikin Grandma keracunan" jawab Andin dengan keceplosan.
"Bikin? Kamu masak?" tanya Raka dengan tatapan tajam.
Glek
Andin tersikap. "Eee anu.. Ini Mama nya Gevano, Pak. Mama Jasline, kenalan dulu gih" Andin mengalihkan pembicaraan agar Raka tak menghujani nya dengan kemarahan nya.
Raka menghela nafas dan menyalami tangan Jasline sebagai tanda perkenalan.
"Anda jago dalam menjaga Andin ya, dia bisa jadi secantik ini karena anda begitu menyayangi nya" puji Jasline membuat Raka tersenyum.
"Dan sekarang saya serahkan pada mu, tolong jaga dan berikan kasih sayang pada nya, dia anak yang manja" balas Raka melirik Andin yang cemberut.
"Tentu, saya pasti akan menjaga Andin dengan sepenuh hati saya" ucap Jasline ikut melirik Andin dengan tatapan lembut.
"Dengan Nyonya Jasline?" tiba-tiba salah satu perawat datang membuat obrolan mereka terhenti.
"Ya? Ada apa? Apa terjadi sesuatu pada Mommy saya?" tanya Jasline dengan nada khawatir.
"Nyonya Melinda telah sadar, Nyonya. Tapi saat saya keluar dari ruangan tadi tidak ada yang menjaga, jadi saya mencari Nyonya Jasline" jelas perawat membuat Jasline bernafas lega.
"Ya sudah, saya akan ke sana sebentar lagi. Tolong rawat Mommy saya" ucap Jasline segera bangkit dari kursi.
"Andin, mau ikut atau tinggal?" tanya Jasline membuat Andin menatap Raka.
"Ikut lah, jangan sampai kamu sendirian. Bapak juga akan ke ruangan Pak Aldi lagi" sahut Raka melihat tatapan Andin.
Andin mengangguk dan berpamitan pada Bapak nya.
"Kok nggak ada yang jaga ya Ma? Bukan nya Rose ada ya?" ujar Andin di angguki Jasline.
"Harus nya begitu, tapi kita lihat keadaan Grandma lebih dulu baru memikirkan yang lain" balas Jasline membuat Andin mengangguk pelan.
Terlihat Grandma sudah membuka mata dan memperhatikan sekitar, di temani oleh dokter dan satu perawat tadi yang memanggil nya, serta Gevano dan Asisten Milo yang entah sejak kapan datang.
"Sejak kapan kamu datang?" tanya Jasline menatap Gevano yang berdiri tegak dengan tangan menyilang.
"Baru saja, dimana Rose?" balas Gevano membuat Andin mengernyit tak suka.
"Entah, Mama dan Andin saja baru dari kantin. Di beri tau perawat kalau yang menjaga Grandma nggak ada" ucap Jasline membuat Gevano menghela nafas.
"Lacak keberadaan Rose sekarang, Milo" titah Gevano hendak pergi lagi.
"Mau kemana lagi kamu, Gevano? Apa tak mau menjaga Grandma juga?" tanya Jasline membuat Gevano menghela nafas.
"Gevano harus mengurus kejahatan Rose dulu Ma, baru aku akan fokus menjaga Grandma" jawab Gevano segera melenggang.
Sejenak Gevano berhenti di hadapan Andin dan menatap lamat Andin dengan tatapan lembut.
"Maaf aku tadi sempat menuduh mu yang tidak-tidak, aku akan pergi sebentar. Setelah ini, aku akan berada di sisi mu terus" ujar Gevano mengelus rambut Andin dan memberi kecupan di kening.
"Jangan lama" lirih Andin saat Gevano mengecup kening nya dengan lembut.
Gevano mengangguk. "Tolong jaga Grandma ya, aku percayakan ke kamu" Andin mengangguk menurut.
"Tuan.. Lokasi Rose berada di hotel yang tak jauh dari rumah sakit ini" cetus Milo setelah memeriksa lokasi Rose melalui nomor telepon.
"Bagus, dia belum terlalu jauh atau memang sengaja memancing ku untuk menangkap nya" balas Gevano membuat Andin menatap nya khawatir.
"Tenang saja, aku akan jaga diri. Kalau ada apa-apa aku akan langsung menelpon mu" ucap Gevano meyakinkan Andin untuk tak khawatir.
Andin mengangguk pelan. "Aku mencintamu.." gumam Andin membuat Gevano tersenyum tipis.
"Aku lebih mencintaimu daripada kamu mencintaiku" kedua nya akhirnya mengungkapkan perasaan masing-masing dengan nada lirih yang hanya bisa di dengar oleh kedua nya.
Jasline melihat kemesraan Gevano dan Andin yang akhirnya mulai terasa dan sudah tak ada ketegangan yang terjadi pun ikut tersenyum senang.
"Tuhan memberkati pernikahan kalian" doa Jasline dengan lirih dan kembali mengurus Grandma.