NovelToon NovelToon
Sebatas Penghangat Ranjang

Sebatas Penghangat Ranjang

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Diam-Diam Cinta / Romansa
Popularitas:17.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: santi.santi

NOTES!!!!
Cerita ini hanya di peruntukan untuk orang-orang dengan pikiran terbuka!!
Cerita dalam novel ini juga tidak berlatar tempat di negara kita tercinta ini, dan juga tidak bersangkutan dengan agama atau budaya mana pun.
Jadi mohon bijak dalam membaca!!!

Novel ku kali ini bercerita tentang seorang wanita yang rela menjadi pemuas nafsu seorang pria yang sangat sulit digapainya dengan cinta.

Dia rela di pandang sebagai wanita yang menjual tubuhnya demi uang agar bisa selalu dekat dengan pria yang dicintainya.

Hingga tiba saatnya dimana pria itu akan menikah dengan wanita yang telah di siapkan sebagai calon istrinya dan harus mengakhiri hubungan mereka sesuai perjanjian di awal mereka memulai hubungan itu.

Lalu bagaimana nasib wanita penghangat ranjang itu??
Akankah pria itu menyadari perasaan si wanita sebelum wanita itu pergi meninggalkannya??
Atau justru wanita itu akan pergi menghilang selamanya membawa sebagian dari pria itu yang telah tumbuh di rahimnya??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bantu aku menidurkannya

"Adrian bangun!!" Elena mengusap pipi Adrian dengan pelan.

"Bangun Adrian, ini sudah siang. Setelah ini kita ada meeting dengan perusahaan Jason" Elena kembali membangunkan Adrian dengan menepuk pipinya kali ini. Tapi pria itu hanya menggeliat saja tak berniat membuka matanya.

Hal itu sudah sangat biasa saat Elena membangunkan Adrian. Adrian memang tipe pria yang amat sangat susah untuk di bangunkan dari tidurnya.

"Adrian!!" Kesal Elena sampai ia dengan dengan sengaja menjepit hidung Adrian agar pria itu kesusahan bernafas.

"Kau ingin membu**hku??" Geram Adrian dengan matanya yang masih tertutup.

"Makanya cepatlah bangun!! Ini sudah siang. Aku juga sudah siapkan sarapan, sekarang lekaslah mandi!!"

"Iya bawel!!" Dengan malas Adrian menyibak selimutnya dan berjalan ke kamar mandi dengan tubuh polosnya.

Elena bahkan sampai memalingkan wajahnya yang sudah memerah itu. Meski tadi malam Adrian sudah menggempurnya habis-habisan, tidak seharusnya juga pria itu tak memakai apapun di hadapan Elena saat ini.

"Dasar pria tidak waras!!" Umpat Elena setelah Adrian masuk ke dalam kamar mandi.

Elena lekas menyiapkan keperluan Adrian, mulai dari baju hingga ke sepatu Adrian. Elena bahkan sudah sangat hafal di mana letak barang-barang milik pira itu.

Lalu bagaimana dengan Adrian jika Elena melakukan semua itu?? Entah kenapa Adrian tak merasa keberatan sama sekali. Dia juga tidak pernah protes saat Elena memadupadankan baju kerjanya sesuai dengan keinginannya.

Saat Adrian keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih melilit pinggangnya, Elena sudah tidak ada di kamar itu. Tapi senyum tipis mengembang di bibir Adrian karena bajunya sudah di siapkan oleh Elena di atas ranjang.

Dirinya sendiri juga heran, karena dari dulu Adrian tidak pernah suka barangnya di sentuh oleh orang lain. Tapi berbeda dengan Elena, dia tidak pernah portes atau keberatan sama sekali.

"Kau sudah selesai??" Sambutan pertama Elena saat Adrian keluar dari kamarnya.

Seharusnya tanpa bertanya pun Elena sudah tau karena Adrian sudah rapi dengan baju yang telah Elena siapkan tadi.

Tanpa Adrian sadari Elena menyembunyikan senyumnya karena Adrian terlihat begitu tampan dengan baju yang telah ia pilihkan tadi.

"Pasangkan dasi ku" Kalimat itu lebih terdengar seperti perintah daripada meminta tolong.

Elena melepaskan gelas yang sedang di genggamnya. Memilih menuruti perintah Tuan sekaligus partner ranjangnya itu.

Elena meraih dasi yang sudah terpasang di kerah baju Adrian. Tangannya yang sudah terlihat begitu lihai menyampulkan dasi.

Dalam jarak sedekat itu dengan Adrian tentu saja jantungnya tidak pernah tenang. Apalagi Elena sadar jika saat ini Adrian terus saja memperhatikannya.

"Kenapa mata mu sembab seperti itu?? Apa kau menangis??" Elena sempat terhenyak karena Adrian menyadari keanehan pada wajahnya.

"Tidak, aku hanya kurang tidur saja karena ulah mu semalam"

"Aku kira kau menangis karena telah melepas keper***nan mu kepadaku. Ternyata aku berpikir terlalu jauh" Adrian tersenyum mengejek kepada Elena. Dia pikir jika Elena tidak akan pernah merasakan penyesalan karena menyerahkan kehormatannya kepada pria yang tidak dicintainya.

"Aku melakukannya dengan sadar, mana mungkin kau menyesalinya"

FLASHBACK ON

Elena berlari ke kamar mandi setelah mendengar dengkuran halus dari Adrian. Elena yakin kalau Adrian sudah terlelap saat ini.

Elena berdiri di bawah guyuran air dingin di dalam kamar mandi. Wanita itu sedang meratapi nasibnya saat ini yang menjadi pemuas n*fsu dari seorang pengusaha sukses di negaranya itu. Jika di bilang menyesal, mungkin tidak karena Elena melakukan semua itu atas kemauannya sendiri. Tapi yang membuat Elena sedih adalah dia menyerahkan semua itu di saat pria itu tidak menyadari perasaan Elena kepadanya. Pria itu hanya menganggap Elena sebagai penghangat ranjangnya yang telah ia beli dengan mahal.

"Aku benar-benar menjadi j*lang sekarang. Aku menyerahkan sesuatu yang sangat berharga hanya dengan kedok uang. Mungkin saat ini aku terlihat begitu murahan di mata Adrian"

"Hiks.. Hiks.." Air mata Elena keluar juga malam ini. Dia buka wanita yang mudah menangis meski telah berkali-kali patah hati karena Adrian. Tapi kali ini dia sungguh tidak sanggup menahan rasa pedih di dalam hatinya.

Dia sadar jika kebersamaannya dengan Adrian saat ini tidak akan lama. Suatu saat Kamila, wanita yang dicintai Adrian itu juga akan kembali. Elena hanya berharap jika Kamila tidak akan kembali setidaknya hingga satu atau dia tahun ke depan. Elena tidak rela waktunya bersama Adrian akan berlangsung dengan singkat. Apalagi dia telah menyerahkan segalanya untuk pria itu.

FLASHBACK OFF

"Ayo sarapan dulu, kita hampir telat" Elena memilih menghindar setelah urusan dasi itu selesai.

Adrian hanya menurut lalu duduk di tempat biasanya. Menunggu Elena mengoleskan selai coklat di atas roti milik Adrian.

"Makanlah" Ucap Elena setelah meletakkan roti yang telah ia potong di hadapan Adrian.

"Kau sungguh memperlakukan ku seperti bayi. Bukankah aku bisa memotongnya sendiri" Ucap Adrian karena menurutnya Elena terlalu memanjakannya.

"Kenapa protes?? Biasnya juga seperti itu?? Kalau tidak mau ya sudah, sini tukar dengan punyaku!!" Elena ingin mengambil piring milik Adrian namun pria itu justru menjauhkannya.

"Cih... munafik sekali" Cibir Elena karena Adrian sekarang justru memakan rotinya dengan lahap setelah aksi protesnya tadi.

Adrian tak marah sekalipun meski dia dengan jelas mendengar Elena mengatainya seperti itu.

"Kenapa?? Cepat habiskan!! Aku tidak mau terlambat sampai ke kantor" Ucap Adrian karena Elena terus menatapnya dengan kesal.

"Cih..." Elena begitu kesal karena dari tadi yang sudah di bangunkan adalah Adrian. Tapi sekarang justru menyalahkan Elena karena tak mau terlambat.

Merkea berdua akhirnya sampai di kantor. Tak akan ada yang protes atau membicarakan kedekatan bos dan sekretarisnya itu, karena dari dulu mereka memang selaku datang dan pergi bersamaan. Mereka semua tau kalau Adrian sudah memiliki tunangan yang masih berada di luar negeri. Jadi melihat Adrian dan Elena bersaman seperti itu adalah hal yang biasa bagi mereka.

Adrian masuk ke dalam ruangannya sendiri. Masih ada wakti sekitar dua jam lagi sebelum meeting dengan perusahaan X di mulai. Adrian menyempatkan untuk melihat materi dari meeting yang akan di pimpinnya itu. Tapi baru saja beberapa menit, pikiran Adrian kembali ke pergulatannya dengan Elena tadi malam. Dia sampai saat ini masih tak menyangka jika Elena bisa begitu memabukkan baginya.

"S*al!! Kenapa hanya dengan memikirkannya saja dia bisa bereaksi seperti ini" Adrian mengusap sesuatu yang sudah mengeras di bawah sana.

Adrian melirik jam ditangannya lalu menekan telepon yang terhubung langsung dengan telepon Elena di luar luar sana.

"Iya Pak, ada yang bisa saya bantu??" Jawab Elena dengan Fromal

"Ke ruangan ku sekarang!!" Setelah satu kata perintah itu, Adrian langsung menutup teleponnya.

TOK..TOK..TOK..

"Masuk!!"

"Ada yang bisa saya bantu pak??" Elena datang dengan senyumnya yang cantik.

"Kunci pintunya!!" Perintah Adrian lagi.

"Apa Pak??" Bukan karena Elena tak mendengarnya, namun karena Elena yang tak tau maksud dari Adrian itu.

"Kau tidak dengar??" Adrian menatap tajam pada Elena.

"Ooh, i-iya Pak" Elena berbalik untuk mengunci pintu ruangan besar itu.

"Kemarilah!!"

Elena masih kebingungan hingga dia masih berdiri di depan pintu.

"Kemarilah, aku butuh bantuan mu!!" Adrian menepuk bahanya dua kali sebagai isyarat untuk Elena.

Elena amat kesusahan menelan ludahnya. Dia tidak tau apa yang Adrian inginkan hingga dia meminta Elena duduk di pangkuannya

"Cepat!!" Geram Adrian membuat Elena bergidik ketakutan.

Elena akhirnya mengikuti perintah Adira. Dia mendekat ke arah pria yang terus memandanginya dengan tatapan berbeda itu.

SREETT ..

Adrian menarik Elena dengan cepat hingga wanita itu duduk sempurna di atas pangkuannya.

Mata Elena melebar seketika, bahkan bola matanya seakan ingin keluar karen merasakan sesuatu yang keras menusuk p**tatnya dari bawah.

"PAK!!" Pekik Elena.

"Bantu aku menidurkannya sayang"

1
Qilla
halahhhh telek kucing thorrr tolongg geplakin kepala tu laki pake kursi apa meja dong
Syarifah Syarifah
Luar biasa
Juan Sastra
kau lupa dengan ucapanmu adrian bahwa kau tidak akan pernah mengizinkan anakmu lahir dari rahim wanita jalang sementara kau selalu menghina elena dan bahkan memanggil elena dgn sebutan jalang.. bahkan ibumu pun berkata seperti itu mau elena hamil atau pun tidak tidak akan pernah merubah keadaan.
Juan Sastra
heyy laki egois, penjahat kelam*n.bukankah kau sendiri yg tak ingin elena hamil dan setiap waktu selalu menyuruh elena minum pil kb karena kau tak mau hubunganmu sama kamila hancur.. sekarang bisanya kau marah marah tanpa kau berpikir betapa susahnya elena saat ngidam saat melahirkan dan susahnya saat merawat dan sekaligus harus mencari nafkah buat mereka,, tidakkah bisa kau bayangkan sementara uang hasil menjadi jalangmu justru dia kembalikan. dasar lanang jahat, bejat,.. MARAH AKU THORR
Juan Sastra
bilang sama mama kamu adrian kalau malam itu bahkan hanya masuk setengahnya saja udah di cabut karena udah blong.. 😂😂😂😂🙏🙏🙏
Juan Sastra
tidakkah kau sadar ian jika elena pergi mrmang sdh saatnya dia pergi karena itulah yg tertulis dlm srt perjanjian kalian, atau kau ingin elena lebih terpuruk dengan menyaksikan kau bersamding dengan wanita pilihanmu yg kau gadang gadangkan depan elena bahwa kau sangat sangat mencintainya mengagungkannya bahkan sejak lama. belum lagi hinaan dari ibumu dan bibirmu sendiri yg selalu merendahkan memanggil ele dengan sebutan jalang
Juan Sastra
lah bukannya nyonya sendiri mengusir elena, apa ggak berpikir bukan tidak mungkin jika saat itu bisa saja elena sedang hamil,, dan bahkan aura pun pernah mrlihat elena membeli susu hamil,, ggak curiga gitu,, ha haa memang yah orang bego gila martabat yah gitu,, esmossihh aku thorr 😂
Desy Kristina Situmorang
Luar biasa
Juan Sastra
apa haimu tak sakit saat mengingat perhina an,, dan tadi pun kau menghinanya menyuruhnya menjual tubuhnya
Juan Sastra
apa iya separah itu,, hei itu anak kecil pakai sepeda pula, bukan orang dewasa dan pake motor atau bajaj..aneh
santi.santi: mbak, kalau mobilnya mahal.. mau lecet dikit aja ttp mahal mba 🤣🤣🤣
total 1 replies
Juan Sastra
kalau jadi elena pergi lagi yg jauh,, karena wanita patut di perjuangkan bukan memperjuangkan, cukuplah selama bertahan dengan segala kesakitan dan kebodohan hingga membesarkan 2 kurcaci sampai usia sekarang,,, dan asal tau saja thorr menjadi singel mom tidak muda apa drngan segala keterbatasan ekonomi.,, 😂😂🙏🙏🙏 curhat dikit
Juan Sastra
coba di rekam untuk di serahkan sama mama papamu biar tau betapa baiknya kamila
Juan Sastra
benar kan koment ku saat adrian merayakan ulta kamila. fintrr memang tuh uler keket
Juan Sastra
mampus,, hancurlah ikrar suci itu,, lanang bego ya begitu ggak curiga semua terburu buru
Juan Sastra
oh ternyata,, bisakah ku tarik komentku di belakang untuk aura.. 😂😂
Juan Sastra
semoga kau pun merasakan lebih dari yg di rasakan elena !! ini kutukan authorr aura. ingat itu. 😁
al rizal
😁😁😁
Juan Sastra
katanya pemain handal,, masa tak bisa membamdingkan mana wanita pemain dan dan wanita benar benar suci,, meski seahli apa elena berusaha seolah mahir namun tetap kentara kakunya.. memang laki bego yah gitu yg ada di otaknya hanya wik wik aja,,
Juan Sastra
aku pernah baca kisah yg hampir sama hanya saja perbedaannya orang tua ceo nya tak tahu jika anaknya meperbudak sekretarisnya sendiri,, setelah kabur baru tahu dan plak bugh buagh habis dah tuh ceo nya di hajar oleh ayahnya,, karwna berani mempermainkan seorang wanita
Juan Sastra
setidaknya hargai elena sebagai perempuan yg menjagamu selama ini walau tak menapik jika elena memang goblok mau jadi jalangmu,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!