The World Where You Exist, Become More Pleasant
_______
"Suka mendadak gitu kalau bikin jadwal. Apa kalau jadi pejabat tuh memang harus selalu terburu-buru oleh waktu?"
- Kalila Adipramana
_______
Terus-terusan direcoki Papa agar bergabung mengurus perusahaan membuatku nekat merantau ke kabupaten dengan dalih merintis yayasan sosial yang berfokus pada pengembangan individu menjadi berguna bagi masa depannya. Lelah membujukku yang tidak mau berkontribusi langsung di perusahaan, Papa memintaku hadir menggantikannya di acara sang sahabat yang tinggal tempat yang sama. Di acara ini pula aku jadi mengenal dekat sosok pemimpin kabupaten ini secara pribadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rsoemarno, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17.) Meragu
Chapter 17: Meragu
Aku tidak menyangka akan mendengar kabar burung kurang sedap tentang Mas Satya siang ini ketika berjalan meninggalkan restoran batagor sapi. Ada dua kabar yang kudengar.
Pertama dari Pak Sutoyo yang menanyakan secara langsung mengenai rencana keikutsertaan Mas Satya pada pemilihan presiden tahun depan. Antara aku dan Mas Satya belum ada obrolan lebih lanjut mengenai karir kami masing-masing kedepannya. Adanya janji untuk saling mendukung kemajuan karir satu dan lainnya. Karena itu, aku pun hanya memberi jawaban diplomatis atas pertanyaan yang dilontarkan rekan wakil Mas Satya tersebut.
Jika kabar pertama bisa dikatakan merupakan suatu kabar baik untuk perkembangan karir Mas Satya. Nah, kabar yang kedua ini membuatku speachless tidak bisa berkata-kata. Bisa-bisanya Mas Satya dikabarkan memiliki selingkuhan yang akan segera melahirkan buah hatinya.
Meski tidak familiar dengan logat daerah Bawera, aku cukup paham dengan penggunaan bahasa jawa karena keluarga besarku banyak yang berasal dari solo dan jogja. Dan dengan dibantu translator terpercaya, aku yakin tidak salah menangkap informasi dari kabar burung yang kudengar dari staf kantor bupati saat itu.
Aku sangat mengetahui untuk tidak percaya begitu saja dengan gosip-gosip yang beredar di sekeliling kami. Aku perlu mencari tahu dan memvalidasi kebenaran gosip-gosip yang menarik perhatianku, agar tidak salah langkah. Sayangnya aku tidak bisa menanyakan langsung kepada orang yang terlibat. Mas Satya sedang benar-benar sibuk saat ini hingga setiap pesan yang kukirim hanya dibalasnya singkat saja.
“Ini berkas yang nona minta.”
Tak hilang akal, aku pun meminta tim penyidik swasta langganan keluargaku untuk mencari kebenarannya.
“Terimakasih.” ucapku menerima berkas hasil penyelidikan rumor perselingkuhan Mas Satya.
“Kalila ingin tahu apa?” tanya Ibu Kirana.
Aku mendongak menatap Ibu Kirana yang memegang pundakku dari belakang. Saat ini aku tengah berada di taman kediaman Kusumanegara di Kabupaten Bawera untuk menenangkan pikiran yang cukup semrawut. Juga menghindari kecurigaan Mas Satya yang diam-diam kuselidiki. Karena hanya tempat ini yang kuketahui memiliki keamanan setingkat presiden.
“Ibu berpapasan dengan Abraham?”
Abraham ini anggota tim penyidik andalanku untuk mencari tahu hal-hal yang bersifat rahasia.
Ibu Kirana mengangguk. Mengusap pundakku sekali, ia beralih duduk berdampingan denganku di kursi taman ini.
Kusandarkan kepalaku ke lengan Ibu Kirana bermanja.
“Kemarin Kalila denger kabar kurang enak tentang Mas Satya, Bu…” aku mengadukan segala keresahan yang kurasakan akhir-akhir ini.
Ibu kirana mengusap bahuku menenangkan. “Ujian mau menikah itu ada aja, Nak.”
“Daripada menebak-nebak berasumsi yang membuat kamu semakin sakit kepala. Sekarang lebih baik kamu baca berkas ini dan telaah isinya baik-baik.”
“Jika isinya Satya tidak berbuat hal tersebut, maka kamu harus meyakinkan dirimu untuk percaya sepenuhnya dengan Satya. Dan tidak menanggapi gosip-gosip serupa yang mungkin muncul kedepannya.”
“Tapi jika benar Satya melakukannya. Kamu harus bertanya pada hatimu, apa yang sebenarnya dirasakannya? Apa yang ingin dirinya lakukan atas pengkhianatan tersebut? Ingat, jangan pernah mengonfrontasi langsung jika kamu belum tahu apa yang kamu inginkan dari hal tersebut.”
Aku merenung meresapi setiap saran yang disampaikan Ibu Kirana. Ia hidup lebih lama dariku, pengalamannya sudah sangat senior baik baik di bidang pekerjaan maupun kehidupan. Jadi, sarannya pasti akan kupertimbangkan dan lakukan dengan sebaik mungkin.
“Kamu baca berkas itu dengan tenang di sini. Ibu masuk ke dalam dulu, dan meminta agar mereka tidak mengganggu kamu di sini.” pamit Ibu Kirana.
Ibu Kirana berdiri. Sebelum ia melangkah pergi, kucekal tangannya untuk menanyakan sesuatu yang mengganjal selama ini.
“Apakah Ibu tahu bagaimana perasaan orang yang sedang mencintai?” tanyaku lirih.
Ibu Kirana menarik napas dan menghembuskannya perlahan. “Yang orang-orang bilang, ketika jatuh cinta, dada akan selalu berdebar saat berhubungan apapun dengan pasangannya.”
“Tapi yang luput dari pembicaraan orang-orang adalah bagaimana ketika sedang mencintai? Kamu tahu, tidak semua orang pernah merasakan jatuh cinta. Ada banyak orang yang tiba-tiba bisa mencintai dengan sebegitu dalamnya tanpa melalui proses jatuh cinta. Sampai ada pepatah jawa yang bilang ‘witing tresno jalaran saking kulino’ kan?”
“Bagi ibu sendiri, mencintai itu merupakan komitmen yang harus dijaga dengan memberikan rasa kasih sayang dan percaya antar pasangan.”
Ibu Kirana berbalik menghadap diriku. Diusapnya kedua pipiku sayang.
“Ibu senang kamu bisa merasakan jatuh cinta dan mencintai ketika bersama Satya. Tidak seperti ketika bersama Alreno, kulino seko cilik tapi tumbuhnya perasaan saudara, kakak-adik.”
Aku menatap nanar langkah Ibu Kirana yang berjalan masuk ke dalam. Semakin dewasa, aku tambah mengerti betapa kuat keinginan Ibu Kirana untuk menjadikanku putri resminya melalui pernikahan dengan putra tunggalnya itu.
Dan seperti ungkapannya di akhir tadi. Walau aku dan Alren terbiasa bersama sejak kecil, bukan perasaan mencintai yang tumbuh, tapi rasa sayang antara kakak dan adik.
Ibu Kirana dan Ayah Ravenno adalah orang-orang yang baik. Meski tidak bisa menjadikanku menantunya, perlakuan mereka terhadapku masih sama seperti sebelumnya. Bahkan kini menjadi lebih lagi, mereka memberikanku rasa sayang layaknya adik kandung Alreno. Membuatku semakin menghormati mereka seperti aku menghormati orangtuaku.
Kubuka berkas yang berada di tanganku kini. Kubaca dengan cermat setiap informasi yang tertulis di dalamnya. Mulai dari data diri staf-staf yang menggosip tersebut. Kronologi munculnya gosip tersebut dari kedatangan Alreno ke kantor bupati yang membawa keributan. Hingga foto di halaman terakhir yang sangat membuatku shock.
Foto Mas Satya dengan seorang wanita yang tampak sedang mengandung di antrian poli kandungan sebuah rumah sakit.
Mataku memanas melihat foto-foto tersebut yang menunjukkan kepedulian Mas Satya pada kehamilan wanita tersebut.
“Ibu salah jika mengira aku pernah jatuh cinta hingga mencintai pada Mas Satya. Karena aku tidak pernah merasakan perasaan berdebar ketika bersamanya.” gumamku.
“Tapi kenapa aku merasakan sakit sekarang? Saat mengetahui Mas Satya berkhianat di belakangku. Apakah benar aku sudah mencintaimu, Mas?”
Kuremas berkas di tanganku hingga terlihat lecek.
Persetan dengan perasaan cinta itu.
Aku harus mengkonfrontasi langsung wanita itu untuk mengetahui motifnya mau melakukan hal ini. Dari riwayat kesehatannya, dapat kupastikan bayi itu dibuat setelah Mas Satya menyatakan hubungannya denganku secara publik.
Smartphoneku berdering. Menampilkan nama Mas Satya di layar tengah menelpon.
Kutatap tajam ponsel pintar itu tanpa berniat mengangkat telepon yang berdering berulang kali.
Tak lama, muncul pop up pesan dari Mas Satya.
Mas Satya 💍
Lagi sibuk ya, Yang? Kalau udah luang hubungi mas ya.
Mas Satya 💍
Mas kangen.
Aku mencebik membaca pesan terakhir Mas Satya.
“Simpan dulu kangenmu, Mas. Sekarang waktunya aku bermain-main dengan selingkuhan yang sedang mengandung anakmu itu.” gumamku.
Kurobek halaman berisi biodata selingkuhan Mas Satya tersebut. Lantas kusimpan rapi di saku dressku.
Ramona Elenora.
Nama wanita tersebut.