"Pecahkan saja semua, dan ingat jangan ada yang tersisa."ucap seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan paras sempurna itu.
"Tidak tuan tolong jangan pecahkan semua ini saya mohon... saya minta maaf atas apa yang terjadi saya janji akan bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan oleh adik saya."
"Siapa anda berani-beraninya menindas orang kecil seperti dia, berapa hutang ibu ini hingga anda melakukan hal kejam seperti ini?"ucap seorang gadis yang baru saja tiba di toko perabotan langganannya.
Namun tidak ada jawaban sedikit pun dari pria yang kini tengah duduk dengan angkuhnya dikelilingi para bodyguard sambil menyaksikan anak buahnya yang tengah menghancurkan perabotan tersebut.
"Jawab aku berharap hutang nya hingga kalian semua menghancurkan semuanya ini!"ucapnya lagi kali ini dia berucap dengan nada tinggi.
Seketika suasana menjadi hening saat pria yang sedari tadi duduk dengan angkuhnya itu berdiri dan menghampiri gadis yang kini tengah menatap kesal pada mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erny Su, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Emilia kembali dengan dress sebatas paha yang yang kini memperlihatkan lekuk tubuhnya, dia sangat kesal pada Arthur yang selama ini selalu mengatur gaya berpakaiannya itu.
"Sudah siap dimana koper dan tas ku."ucap Emilia yang dijawab oleh Austin.
"Semua sudah berada di bagasi pesawat."bohong nya.
"Tapi tas ku."ucap Emilia yang tidak meneruskan kata-katanya karena takut Arthur mengetahui niat nya meskipun pria itu sudah tau semuanya.
Arthur masih bungkam sambil membawa Valeria untuk dijaga oleh Austin di kamar nya.
Setelah itu dia langsung membawa Zabella dari gendongan baby sitter yang sudah menyiapkan semuanya untuk bayi yang kini berada di dalam gendongannya.
Arthur tidak perlu merencanakan apapun untuk membuat Emilia tetap berada di sisinya, cukup dengan membuat gadis itu sibuk mengurus dirinya dan keluarganya setiap waktu.
"Zabella ikut kita?"ucap Emilia yang kini kebingungan.
"Tentu saja kau ibunya bagaimana mungkin dia ditinggalkan begitu saja ia kan baby."ucap Arthur yang berbicara pada putrinya itu.
"Mommy."ucap Zabella yang kini sudah bisa berbicara meskipun masih terbata-bata.
"Ah sudahlah ayo pergi."ucap Emilia yang kini kehilangan semangatnya.
Arthur pun merangkul pinggang Emilia sambil menggendong putrinya Zabella. Mereka sudah seperti sebuah keluarga padahal diantara mereka tidak memiliki hubungan apapun.
Sampai saat mereka tiba didalam jet pribadi milik Arthur yang kini sudah siap untuk berangkat ke California tempat dimana pertama kalinya mereka bertemu.
"Gembala mesum aku tidak melihat barang-barang ku."ucap Emilia.
"Kau masih mengingat barang tidak berharga itu untuk apa?"ucap Arthur.
"Aku sedang datang bulan dan butuh ganti pembalut."jawab Emilia asal saking kesalnya pada Arthur yang mengatakan bahwa barang-barang itu tidak berharga sama sekali.
"Kau serius?"tanya Arthur yang kini terlihat kebingungan.
"Terserah saja aku tidak peduli jika noda darah itu membasahi jet pribadi mu yang mahal ini"ucap Emilia dengan sengaja.
Arthur pun meminta pramugari untuk menyiapkan semuanya itu untuk Emilia yang kini terlihat sangat serius tersebut.
Sementara Emilia yang tidak pernah melihat koper dan tas miliknya sudah curiga bahwa tidak ada yang beres dengan pria itu.
"Apa kau membuang barang-barang milikku?"ucap Emilia yang akhirnya mengatakan kecurigaan nya terhadap Arthur.
"Lebih tepatnya Austin yang tidak mengijinkan mu pergi. Mungkin karena dia sudah lama mengagumi mu."ucap Arthur dengan ngasal.
"Cih.... kerbau seperti dia bukan selera ku."ucap Emilia yang kini memasang wajah kesalnya itu.
"Dia tampan dan gagah juga kaya raya. Lalu dimana kurangnya?"ucap Arthur lagi.
"Kalian kurang waras."ucap Emilia yang kini membuat Arthur membulatkan matanya dengan sempurna.
Emilia pun beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke area belakang jet pribadi itu dimana disitu ada sebuah kamar. Gadis itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang empuk itu dan memejamkan matanya tidak peduli dengan keadaan sekitar.
Beruntung Zabella anteng di samping Arthur dengan mainan yang sedari tadi ia mainkan.
Hingga mereka tiba di tempat tujuan, Arthur kembali memberikan Zabella pada Emilia dan seperti saat pertama ia keluar dari dalam rumah, Arthur merangkul pinggang Emilia dengan posesif.
Tidak terlihat adanya pengawalan ketat seperti biasanya Arthur pun seolah tak menghiraukan semua itu.
Saat Emilia melihat sebuah restaurant yang tidak asing lagi baginya, dia meminta Arthur untuk menghentikan laju mobilnya karena beralasan ingin makan sesuatu di restoran favorit nya itu.
"Berhenti perutku lapar aku ingin beli makanan sebanyak mungkin disana. Berikan uang mu."ucap Emilia yang kini membuat Arthur menatap kearah tangan Emilia yang meminta uang darinya dan itu baru pertama kali dilakukan gadis itu.
"Kenapa malah menatap ku, siapa suruh kau membuang barang-barang ku dan aku tidak punya uang untuk membeli nya."ucap Emilia.
Arthur pun meraih dompet nya dari saku celananya dan memberikan semua itu pada Emilia.
"Ambil."ucap Arthur yang membuat gadis itu terlihat gelagapan, tidak mungkin dirinya mengambil uang sendiri dari dalam dompet orang lain.
"Kenapa diam bukannya kau ingin memborong makanan?"ujar Arthur.
"Aku tidak ingin merampok dompet orang aku hanya minta uang receh saja untuk beli makanan.'ucap Emilia.
"Aku tidak tahu apa uang receh yang kau mau ada disana atau tidak jadi kau buka saja."ucap Arthur.
Emilia pun terpaksa membuka dompet itu, tapi dia tidak menemukan apapun yang ia cari kecuali puluhan card yang beraneka ragam warnanya dan kebanyakan black card.
"Dompet tidak berguna ambil saja aku tidak butuh."ucap Emilia yang tidak mengambil apapun dari dalam dompet tersebut.
Arthur tau gadis itu bukan gadis bodoh yang tidak tau kartu ATM atau semacamnya, tapi dia memang tidak suka menggunakan barang milik orang lain jika bukan orang itu yang memberikan semua itu padanya.
Emilia tetap keluar dari dalam mobil yang kini terparkir di pinggir jalan raya itu.
"Kau mau kemana tanpa uang bagaimana bisa dapat makanan."ucap Arthur dengan sengaja.
Sementara dia memberikan isyarat pada anak buahnya untuk mengikuti Emilia masuk kedalam sana.
Sesampainya di dalam Emilia menemui kasir laki-laki yang merupakan kenalannya itu.
"Aku tidak bawa uang tapi aku rindu makanan disini tolong bayarkan dulu nanti ku transfer uangnya padamu."ucap Emilia setelah beberapa detik mereka bertegur sapa.
Dan dengan mudahnya Emilia mendapatkan beberapa macam menu yang biasa ia makan, dia juga membeli camilan lezat untuk Zabella
"Kau dapat semua itu."ucap Arthur saat ini dengan ekspresi wajah kaget padahal dia tau semua tentang percakapan mereka.
"Aku berhutang dulu."ucap Emilia yang kini berkata jujur.
"Oh ya ampun, kau bisa berhutang dimana saja. Benar-benar rumput liar yang ajaib."ucap Arthur yang kini kembali menghidupkan mesin mobilnya tanpa mempedulikan tatapan membunuh dari Emilia.
"Dasar menyebalkan siapa suruh kau membuang barang-barang ku."ucap Emilia.
Sementara Arthur hanya mengangguk-angguk sengaja mengejek Emilia.
"Zabella mau ini? Ini sangat lezat dan aku sangat menyukai ini sejak dulu."ucap Emilia yang kini menyuapi Pai apel pada Zabella yang ternyata sangat menyukai makanan tersebut.
"Jangan sembarang memberi dia makan makanan seperti itu."ucap Arthur yang sebenarnya kesal karena Emilia tidak menawarinya makan.
"Eum...yumi."ucap si kecil sambil mengunyah makanan tersebut.
"Tentu saja yang buat teman ku sendiri dia sangat tampan jika kamu dewasa seperti ku mungkin kamu juga akan tertarik padanya."ucap Emilia.
Cekit.....
Suara ban mobil yang mengerem mendadak di aspal jalanan tersebut.
Emilia hampir saja menjatuhkan makanan yang ia pegang saat ini.
"Buang semuanya!"ucap pria itu tegas.
Emilia begitu kaget, tapi dia tetap cuek memakan makanan tersebut hingga makanan itu terlepas begitu saja dari tangan Emilia dan melayang di udara jalanan tersebut.
"Kau!!"teriak Emilia yang sangat marah ketika makanan favoritnya dibuang begitu saja.
...🍁🍁🍁🍁🍁...
Sudah satu jam mereka tiba di hotel tapi Emilia tidak kunjung mau bicara pada Arthur setelah Zabella diambil oleh asisten Edison dan membawa putri Arthur pergi menuju rumah kediaman mereka.
"Apa mau mu hh?"tanya Arthur yang kini sudah tidak sabar untuk menunggu Emilia bicara.
Emilia tetap tidak mau bicara dan duduk memunggungi Arthur di atas ranjang.
"Rumput liar aku tidak punya kesabaran yang tidak berbatas seperti orang-orang jika kau masih tidak ingin bicara maka jangan salahkan aku jika aku berbuat yang tidak-tidak padamu."ucap Arthur.
"Apa yang perlu aku utarakan semua itu tidak ada artinya bagimu, kau Arthur yang tidak pernah mau mendengar kata orang lain. Kau sudah berbuat semau mu selama ini aku sudah dijadikan tawanan selama satu tahun lebih tampa kesalahan yang aku lakukan apa masih ada alasan yang bisa aku utarakan yang bisa kau dengar kau pria egois kau egois!!"ucap Emilia yang kini berteriak di hadapan Arthur.
Air mata gadis itu membuat Arthur mematung di tempatnya. Baru kali ini dia melihat sisi rapuh seorang Emilia yang begitu keras kepala selama ini.
"Kau egois! kenapa tidak bunuh saja aku jika kau tidak percaya bahwa aku tidak terlibat dalam masalah yang terjadi pada adik mu itu. tapi sampai saat ini kau tetap menjadikan ku sebagai tawanan apa kamu pernah mau mendengarkan sedikit saja penjelasan dari orang lain bahkan kau selalu menyalahkan orang lain untuk masalah yang kau dapatkan."ucap Emilia.
Arthur pun mengepalkan tangannya karena ternyata sikap baiknya terhadap Emilia tidak pernah gadis itu hargai, dan tetap menganggap dirinya sebagai seorang penjahat yang menjadikan dirinya sebagai tawanan meskipun Emilia tidak salah tentang hal itu tapi Arthur memiliki alasan yang tidak pernah ia ungkapkan selama ini.
Arthur juga sudah berusaha untuk memenuhi keinginan Emilia untuk bisa memperingati hari kematian sang nenek.
"Baiklah jika seperti itu kita akan kembali ke rumah sekarang juga."ucap Arthur.
"Lakukan semua yang kau mau karena aku juga bukan siapa-siapa mu, aku hanya seorang tawanan."ucap Emilia yang kini mengusap air matanya dengan kasar dia pun bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi.
Arthur pun meninju dinding dan meja yang ada di hadapannya tidak luput dari amarahnya dan hanya dalam hitungan detik kamar hotel itu hancur berantakan sampai saat Emilia keluar dari dalam kamar mandi setelah membasuh wajahnya gadis itu terkesiap saat melihat tangan kokoh itu bercucuran darah segar.
"Apa yang terjadi kenapa semua ini kenapa dengan tangan mu tuan."ucap Emilia yang terlihat kaget sambil menatap kearah kanan dan kiri dia tidak melihat adanya orang lain disana seperti yang ada di pikirannya saat ini.
Emilia pun mendekat dia meraih tangan Arthur yang kini berdarah. namun pria itu langsung menyingkirkan tangan nya dari Emilia.
"Dimana handphone mu tuan cepat berikan padaku."ujar Emilia.
Namun Arthur bukannya menggubris dia malah pergi dari hadapan Emilia keluar dari dalam kamar hotel tersebut.
Emilia pun terlihat bingung seharusnya dia yang marah terhadap Arthur yang telah membuang makanan yang merupakan makanan favorit sang nenek yang dulu sering ia beli dengan uang hasil kerja kerasnya sendiri.
Emilia pun pergi ke luar tanpa membawa apapun kecuali yang ada di tubuhnya saat ini.
Emilia memang cerdas seperti dugaan Arthur, dia tidak mungkin meninggalkan tas miliknya tanpa membawa semua isinya yang kini ada di balik tubuhnya.
Emilia pun pergi meninggalkan hotel tersebut menuju rumah peninggalan sang nenek yang sudah lama ia tinggalkan karena Arthur menjadikan dirinya sebagai tawanan.
Sesampainya di sana dia begitu kaget karena ternyata rumah itu sudah tergantikan oleh sebuah minimarket.
Emilia pun terus menatap daerah sekitar dia tidak salah memasuki area perumahan sederhana itu. tapi siapa yang berani melakukan semua itu terhadap rumah masa lalunya yang ia tinggalkan selama satu tahun lebih itu.
Dengan langkah gontai wanita itu pergi meninggalkan rumah tersebut menuju sebuah club malam yang dulu menjadi tempat dia bekerja.
Emilia pun menemui bos pemilik tempat itu tapi dia tidak ada lagi di sana. dan saat Emilia melamar pekerjaan kembali seperti dulu pihak manager pun menolaknya.
Langkah Emilia semakin gontai yang akan dia lakukan saat ini adalah mencari tempat bermalam, ketiga dia berada di pinggir jalan dia melihat seseorang yang terluka parah.
Dia mengenali salah satunya dia adalah wanita pemilik toko perabotan yang baru saja jadi korban tabrak lari.
Emilia pun langsung meminta bantuan untuk membawa wanita itu ke rumah sakit, dan laki-laki yang tidak ia kenal itu pun terlihat lebih menghawatirkan.
"Sadam jangan lepaskan adikku jangan lukai dia."ucap wanita yang kini terluka parah yang dibawa oleh ambulan bersama dengan pria yang mungkin bernama Sadam itu.
Emilia yang kini mendampingi mereka pun tiba di rumah sakit tersebut, sesampainya di sana dia kebingungan dengan nama kedua orang yang ia tolong saat ini hingga Emilia pun harus memberi mereka nama baru, dan tidak hanya itu setengah dari uang hasil kerja keras nya selama satu tahun ini pun harus ia gunakan untuk membayar biaya rumah sakit.
Emilia tidak tahu apa yang akan dia dapatkan dari perbuatannya itu. Tapi yang jelas wanita itu tidak bisa melihat orang terluka apalagi orang itu dia kenal sebagai orang baik.
Wanita yang terluka parah itu bahkan sering memberikan dia diskon saat Emilia kekurangan uang untuk membeli perabotan di toko itu untuk membahagiakan sang nenek, seperti pas bunga dan kursi rotan juga masih banyak lagi yang lainnya yang pernah ia beli di toko langganannya itu.
Semua itu sampai di telinga Arthur yang baru selesai diobati oleh dokter pribadinya.
Arthur pun baru sadar bahwa sejak kemarin malam ia meninggalkan Emilia .
Arthur langsung meminta anak buahnya mengikuti dirinya menuju rumah sakit tersebut.
Sesampainya di sana dia melihat Emilia terlelap di atas kursi tunggu di depan ruang rawat inap tersebut.
"Kau memang rumput liar."ucap Arthur yang kini menggendong tubuh gadis cantik yang selama ini selalu ada di sisinya itu.
Sementara untuk kedua pasien yang ternyata orang yang selama ini mereka cari pun langsung Arthur pindahkan mereka ke pulau pribadi yang selama ini ia huni bersama dengan Emilia.