NovelToon NovelToon
One Night Stand With ( My-Bos)

One Night Stand With ( My-Bos)

Status: tamat
Genre:Tamat / One Night Stand / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rha Anatasya

Balqis Azzahra Naura atau akrab di sapa Balqis, terpaksa menerima tawaran gila dari seorang pria beristri yang juga CEO di perusahaan tempat dia bekerja sebagai sekretaris. Faaris Zhafran Al-Ghifari, CEO yang diam-diam menyukai sekretaris nya sendiri, saat dia tau gadis itu butuh uang yang tak sedikit, dia memanfaatkan situasi dan membuat gadis itu tak bisa menolak tawaran nya. Tapi setelah melewati malam panas bersama, Faaris menjadi terobsesi dengan Balqis hingga membuat sekretaris nya merangkap juga menjadi pemuas nya. Tapi suatu hal yang tak terduga terjadi, Elma pergi untuk selamanya dan membuat Faaris menyesal karena telah menduakan cinta sang istri. tanpa dia tau kalau Elma dan Balqis memiliki sebuah rahasia yang membuat nya rela menjadi pemuas pria itu. Saat itu juga, Balqis selalu datang memberi semangat untuk Faaris, selalu ada saat pria itu terpuruk membuat Faaris perlahan mulai mencintai Balqis dengan tulus, bukan hanya sekedar nafsu semata.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rha Anatasya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 28

Faaris membaringkan Balqis di ranjang reot itu dengan perlahan. Dia mengusap lembut wajah perempuan, mata nya nampak sembab dengan sisa-sisa air mata di ujung mata, hati Faaris terasa sakit saat melihat keadaan Balqis yang sangat rapuh hari ini.

"Aku berjanji, akan mengganti air mata mu itu dengan kebahagiaan, Balqis. Ini janji ku seumur hidup." Gumam Faaris, dia menggenggam tangan Balqis dan mengecup nya dengan sayang.

Faaris menyelimuti Balqis, dia tau benar kalau Balqis alergi, kedinginan sedikit saja sekujur tubuh nya akan gatal dan memerah ke esokan hari nya. Dia mengecup singkat kening Balqis dan keluar dari kamar itu, dia lapar karena belum sarapan dari tadi pagi. Setelah mendapat kabar dari anak buah nya, Balqis langsung pergi tanpa memikirkan apapun lagi.

Bahkan dia pergi disaat Elma masih tertidur lelap.

"Rumah ini kan gak di tempatin cukup lama ya, mana gak ada makanan." Gumam Faaris, dia mencari makanan di lemari usang dekat kompor, tapi nihil dia tak menemukan apapun kecuai piring-piring dan alat makan lain.

Tokk... tokk..

Faaris mendengar pintu di ketuk segera mendekat dan membuka pintu itu dengan perlahan, ternyata bibi yang tadi di pemakaman datang dengan menenteng rantang.

"Balqis sudah bangun?"

"Masih belum, Bu." Jawab Faaris pelan, tapi wajah nya tetap datar jika bukan pada Balqis.

"Balqis pasti masih shock dengan semua ini, dia sangat menyayangi ibu nya hingga rela bekerja keras demi membiayai pengobatan ibu nya. Tapi nasib berkata lain, kasian sekali Balqis. Eehh maaf, saya malah berkeluh kesah. Ini ada makanan untuk makan siang, maaf kalau menu nya seadanya." Ibu itu menyerahkan rantang susun nya pada Faaris, dan Faaris dengan senang hati menerima nya.

"Terimakasih Bu, anda sangat baik."

"Kehidupan bertetangga Nak, kami sudah terbiasa berbagi. Apa kamu kekasih Balqis?" Tanya ibu itu.

"Memang nya kenapa Bu?" Balik tanya Faaris.

"Saya melihat anda selalu berada di dekat Balqis." Jawab nya.

"Masih calon Bu, lebih tepatnya balqis adalah sekretaris sekaligus asisten saya di kantor." Jelas Faaris sambil tersenyum kaku.

"Ahhh begitu ya? Saya berharap kamu bisa membahagiakan Balqis, dari kecil gadis itu sudah mengalami semua kepahitan hidup. Belum lagi kepergian ayah nya yang menyisakan luka mendalam bagi mental dan psikis Balqis, sekarang ibu nya juga pergi. Gadis itu sendirian sekarang."

"Saya yang akan menjaga nya mulai saat ini, Bu. Anda tak perlu khawatir, saya akan melindungi Balqis semampu saya." Jawab Faaris. Ibu itu tersenyum dan menepuk pelan lengan Faaris, sejauh ini baru dia dan Balqis yang melakukan hal itu pada Faaris.

"Ibu percaya kalau kamu pria yang baik, saya titip Balqis padamu. Jaga dia dengan baik, jika sudah tak menyukai nya, Ibu mohon pulangkan dia kesini secara baik-baik. Ibu memang bukan siapa-siapa bagi Balqis hanya sekedar tetangga yang tinggal disini, kami terbiasa tinggal bersama, berbagi, dan ibu tau pertumbuhan Balqis dari kecil hingga sekarang, dia benar-benar anak yang berbakti pada orang tua."

"Harusnya pepatah ini ibu Balqis yang mengatakan nya, tapi ibu Balqis sudah pergi jadi Ibu mewakili nya."

"Baik Bu, saya mengerti dan terimakasih sudah baik pada Balqis dan ibu nya." Ucap Faaris tulus.

"Silahkan makan, Ibu pulang dulu. Riki pasti menunggu Ibu, dia baru saja tertidur." Ibu itu memang punya anak laki-laki berusia 5 tahun, dia akan merengek jika saat bangun tidur ibu nya tak ada.

"Terimakasih untuk makanan nya, Bu." Ibu itu mengangguk dan pergi dengan berjalan tergesa-gesa. Faaris kembali masuk, dia membuka rantang yang ternyata berisi opor ayam yang masih mengepul dan menguarkan aroma lezat, yang membuat perut nya keroncongan.

Faaris mengambil piring dan menyendok nasi serta lauk nya secukupnya, dia memakan nya dengan lahap di dalam kesendirian, karena Balqis belum terbangun juga dari pingsan nya.

"Enak sekali, seperti nya orang-orang disini memang pandai memasak. Balqis juga pintar memasak dan rasanya tak pernah gagal." Gumam Faaris, dia menikmati makan siang nya bahkan hingga dua kali nambah, tak biasa nya dia makan banyak.

Faaris menyelesaikan makan nya dengan cepat, lalu kebelakang dan mencuci piring bekas makanan nya. Hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, mana pernah seorang Faaris mencuci piring sendiri? Setelah mencuci piring nya, Faaris kembali ke kamar dan melihat kondisi Balqis yang ternyata belum juga sadarkan diri. Tentunya dia juga tak lupa menutup kembali makanan di rantang tadi, khawatir kalau ada tikus atau kucing yang mencuri makanan itu, padahal Balqis belum makan.

"Sayang, bangunlah. Sampai kapan kamu akan tidur?"

Gumam Faaris sambil mengusap lembut punggung tangan Balqis.

"Sangat menyedihkan melihat mu begini, Sayang. Aku tak tahan melihat keadaan mu saat ini, tapi aku tak bisa melarang atau membantu apapun selain menguatkan dan selalu mendampingi mu dalam keadaan apapun." Gumam nya lagi.

Tak lama, Balqis terbangun dia menggelengkan kepala nya, mengusir rasa pusing yang begitu mendominasi kepala nya saat ini.

"Tuan.."

"Iya sayang, kau sudah bangun rupanya. Apa ada yang sakit?" tanya Faaris. Perempuan itu menggeleng dan tersenyum, menandakan dia baik-baik saja sekarang.

"Mau makan? Tadi tetangga mu itu mengantar makanan."

"Tidak, aku belum lapar tuan." Jawab Balqis menolak, padahal memang perut nya terasa sedikit lapar, tapi dia tak bernafsu untuk makan.

"Jangan begitu, aku suapi ya?" Ucap Faaris membujuk Balqis. Ini juga yang pertama kali dalam hidup nya, membujuk perempuan agar mau makan. Balqis tetap menggelengkan kepala nya, menolak tawaran Faaris.

Faaris bangkit dari duduknya dan pergi keluar dari kamar Balqis, mengambilkan makanan dan kembali membawa nya ke kamar.

"Makan ya sayang, sedikit saja. Agar perut mu terisi, setidaknya satu suapan saja." Bujuk Faaris lagi, nada suara nya sangat lembut, berbeda dengan biasanya.

Faaris menyodorkan sesendok nasi dan juga ayam ke depan mulut Balqis, membuat perempuan itu mau tak mau harus memakan nya.

"Enak kan sayang? Rempah nya terasa sekali." Balqis tak menjawab, dia fokus mengunyah makanan nya dan hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Harusnya kamu makan yang banyak, biar kuat."

'Kuat menghadapi kenyataan lebih tepatnya.' Batin Faaris.

"Lagi ya?" Balqis menerima setiap suapan Faaris, meski sesekali menolak tapi Faaris akan terus membujuk nya hingga perempuan itu menerima nya meski terpaksa mungkin. Tak terasa, piring itu sudah kosong, membuat Faaris tersenyum bangga. Setidaknya, Balqis sudah mau makan sesuatu.

"Tu-an.."

"Iya sayang, ini minum dulu." Faaris memberikan segelas air putih pada Balqis dan dia langsung meminum nya hingga tandas.

"Anak pintar." Puji Faaris sambil mengacak rambut Balqis gemas.

"Saya ingin ke makam Ibu."

"Nanti ya, di luar sedang hujan deras."

"Ibu pasti kedinginan, Tuan. Setidaknya aku ingin mengantarkan selimut untuknya."

"Jangan konyol sayang, Ibu mu sudah tenang disana. Nanti kita kesana ya, sekarang kamu istirahat dulu." Ucap Faaris lembut. Tapi, entah kenapa Balqis malah berkaca-kaca.

Faaris memeluk Balqis dengan erat, beberapa kali mengecupi kepala Balqis dengan sayang.

"Kamu harus sabar, ikhlas dan tabahkan hati mu. Kehilangan memang menyakitkan, aku juga pernah berada di posisi mu, bahkan saat usiaku masih sangat muda. Bisa kamu bayangkan aku kehilangan mereka bersamaan? Lalu kepergian bibi dan paman yang hanya berjarak 2 minggu. Itu juga menyakitkan, tapi aku bisa apa? Menolak pun aku takkan bisa, karena ini sudah takdir nya."

Balqis mendongak dan menatap wajah tampan Faaris yang hari ini nampak sendu, padahal biasanya wajah pria itu akan super duper datar.

"Kita pernah mengalami yang namanya kehilangan sayang, jadi aku tau benar rasa sakit mu sayang." Faaris tersenyum dan mengecup singkat bibir Balqis.

"Maaf tuan.."

"Untuk?" Tanya Faaris pelan.

"Aku sudah merepotkan mu, juga masalah anak kita yang pergi, aku benar-benar minta maaf." Ucap Balqis lirih.

"Tak masalah sayang, aku tak pernah merasa di repotkan oleh mu dan untuk masalah anak kita, aku juga minta maaf karena aku bertindak seolah kamu yang bersalah. Padahal aku juga ikut bersalah dalam hal itu, bisakah kita tak usah membahas ini lagi? Kita akan memulai semua nya dari awal."

"Dari awal, maksud anda?"

Tanya Balqis, dia tak mengerti dengan ucapan Faaris.

"Kita mulai hubungan kita dari awal sayang, kau mau?"

"Hubungan apa Tuan?"

"Kau sendirian sekarang, jadi aku yang akan menjaga mu. Jadi kau harus menurut padaku, lagi pun aku tak suka penolakan." Jawab Faaris.

"Lalu?"

"Besok kau pindah ke apartemen, agar aku lebih mudah mengawasi mu." Putus Faaris tak bisa di ganggu gugat lagi.

"Tapi tuan.."

"Kau dengar apa yang baru saja aku katakan, sayang? Aku tak suka penolakan!" Jawab Faaris, tak menerima penolakan apapun. Membuat Balqis mengerucutkan bibir nya, kalau dia pindah ke apartemen lalu siapa yang akan menjaga rumah ini, rumah sederhana yang punya banyak kenangan.

"Tak perlu khawatir sayang, akan ada orang yang menjaga dan membersihkan rumah ini setiap hari, tentu nya semua di bawah pengawasan ku." Ucap Faaris seperti memahami isi hati Balqis.

"Baiklah, kalau begitu aku bisa apa? Lagi pun tuan tak suka di bantah." Balqis menyerah juga akhirnya dan memilih menurut pada Faaris.

"Good girl, besok sebelum kita pergi, kamu berpamitan dulu pada ibu mu ya.." Balqis mengangguk cepat.

"Mau tidur sekarang, atau mandi terlebih dulu?"

"Saya akan mandi dulu, tubuh saya lengket sekali." Ucap Balqis.

"Mau mandi bareng?" Tawar Faaris dengan senyum menggoda.

"Aaa, saya mandi sendiri saja Tuan." Jawab Balqis, dia bangkit dari tidurnya dan berjalan pelan ke kamar mandi, meninggalkan Faaris yang masih terkekeh geli melihat tingkah Balqis yang menurut nya sangat menggemaskan.

Faaris membuka ponsel nya, mengcek email yang masuk dari klien penting. Sedangkan Balqis, dia baru saja selesai membersihkan diri. Aroma sabun menyegarkan menguar dari tubuh nya, itu membuat Faaris menoleh dan melihat Balqis yang hanya memakai handuk selutut, rambut nya di gulung dengan handuk kecil.

"Wangi yang.."

"Kan habis mandi, tuan mandi juga biar seger."

"Mandi takkan membuat aku segar sayang, melihat mu bertelanjang baru membuat aku segar, buka." Perintah Faaris, mata nya mengerling nakal menatap tubuh Balqis yang hanya terhalang handuk.

"Jangan mesum tuan, situasi nya tidak memungkinkan. Lagi pun saya masih dalam masa nifas,"

"Apa itu?" Tanya Faaris, dia baru mendengar hal itu.

"Pokoknya kayak datang bulan tapi beda nya ini 40 hari." Jelas Balqis membuat Faaris melotot.

"Apa kau bilang, 40 hari? Kenapa datang bulan selama itu sayang, kamu harus di periksa pasti ada kelainan di perut mu."

"Tidak Tuan, itu memang sudah biasa. Tanyakan saja pada wanita, sudahlah lebih baik tuan mandi saja." Usir Balqis, dia mendorong pelan dada Faaris yang mulai mendekat padanya.

"Kamu sedang membodohiku, mana ada hal seperti itu sayang? 40 hari itu satu bulan lebih."

"Tanyakan saja pada dokter kalau tuan tidak percaya, aku ingin berpakaian tubuh ku terasa sejuk."

"Jadi kau serius sayang, jadi selama itu aku harus berpuasa ya? Tapi sebulan itu lama, bagaimana nasib junior ku sayang?" Keluh Faaris, ekspresi nya terlihat sendu.

"Mau bagaimana lagi, bersabar saja. Itu takkan terasa kalau Tuan sibuk bekerja."

"Tetap saja lama, entahlah apa aku akan tahan atau tidak. Tapi 2 tahun tanpa melakukan nya aku sanggup dulu, tapi entahlah setelah merasakan milikmu aku tak bisa seperti nya." Balqis mendelik, bisa-bisa nya dia membahas ini di suasana yang masih berkabung?

"Minggirlah, aku ingin berpakaian."

"Tunggu, jadi selama 40 hari itu milikmu akan terus mengeluarkan darah?" Tanya Faaris, Balqis hanya menganggukan kepala nya sebagai jawaban.

Faaris berbalik dan merebut paksa handuk yang masih melilit tubuh Balqis, lalu pergi ke kamar mandi.

"Pria itu sangat menyebalkan, apa tak bisa menunggu aku selesai dulu? Seenak nya menarik handuk yang masih aku pakai dengan seenaknya, untung ganteng. Ehhh, apa-apaan ini Balqis, seperti nya mulut ku kabel rem nya putus." Gerutu Balqis, dia segera berpakaian sebelum Faaris kembali dan menggoda nya, bertanya-tanya lagi.

Faaris selesai mandi, dia menyampirkan handuk nya di leher dan keluar kamar mandi hanya dengan celana boxer nya saja. Pemandangan yang menyejukkan di sore hari, air yang menetes dari rambut pria itu mengenai bahu lalu menuruni perut kotak-kotak pria itu dan akhirnya hilang terserap oleh celana pria itu.

Glek..

Balqis menelan ludah nya dengan kepayahan, sudah beberapa kali dia di tiduri oleh Faaris tapi baru kali ini dia dibuat kagum oleh tubuh atletis Faaris. Postur tubuh yang begitu sempurna untuk di pandang, di jamin takkan bosan meski menatap atau menyentuh nya setiap hari. Tapi jika mengingat kalau pria itu kuat dan tahan lama di ranjang, membuat Balqis merinding. Beruntung saja Faaris takkan berani menyentuh selama sebulan ini karena dirinya masih dalam kondisi kotor.

"Kenapa menatapku seperti itu, Sayang? Kau mengagumi tubuh ku kan?"

"Tuan terlalu percaya diri."

Cetus Balqis, padahal sudah jelas-jelas dia ketahuan menatap tubuh itu tanpa berkedip.

"Kalau begitu, kenapa wajah mu memerah sayang?"

"I-itu, eemmm a-aku.."

"Sudahlah, jangan menggemaskan sayang. Aku kesal karena tak bisa menyentuh mu selama sebulan ini." Ucap Faaris, lalu mengambil pakaian dari tangan Riana dan segera memakai nya. Kaos oversize polos tanpa motif, Balqis pilih untuk Faaris pakai malam ini.

"Ingin keluar cari makan, sayang?"

"Eemm, sebentar lagi ada tukang bakso keliling. Beli itu saja untuk makan malam, aku tak mau keluar dulu." Jawab Balqis.

"Baiklah, kalau begitu kemarilah. Aku masih belum puas memelukmu," Faaris merentangkan kedua tangannya, Balqis datang dan memeluk Faaris. Dia bersandar manja di dada bidang Faaris, berada di dekat itu sangat nyaman. Membuat Balqis lupa diri kalau Faaris adalah bos dan pria beristri.

Mereka berbaring dengan saling memeluk di bawah selimut, Faaris mengusap lembut kepala Balqis, meski sesekali tangan nakal Faaris meraba-raba tubuhnya. Balqis sedikit tak nyaman dengan tangan Faaris yang bergerilya di tubuh nya, tapi mau bagaimana lagi. pelukan ini terlalu hangat untuk di lepaskan.

"Sayang.."

"Ada apa?" Tanya Balqis.

"Itu suara apa?" Tanya Faaris.

"Tukang bakso lewat, aku beli dulu. Tuan mau?"

"Bakso nya yang waktu kita makan di pasar malam bukan?" Tanya Faaris.

"Iya tuan."

"Aku 2 saja, kamu juga harus 2 biar berat badan mu ideal. Kau terlalu kurus sekarang, padahal hanya 3 hari kita berpisah, tapi berat tubuh berubah." Faaris mengomel, membuat Balqis mendelikan mata nya.

"Iya iya, bawel sekali."

"Aku bawel karena aku menyayangi mu, sayangku."

"Terserah anda saja." Ucap Faaris ketus, lalu pergi membeli bakso dengan membawa 4 mangkok dari rumah.

"Ehh Balqis, sudah baikkan?"

"Lumayan bang, mau gimana lagi? Bersedih sampai kapan pun gak akan buat ibu ku kembali." Jawab Balqis, dia tersenyum sedikit di paksakan.

"Bakso nya 4 ya bang.'

"Banyak bener, Balqis."

"Ada tuan Faaris di rumah, dia ketagihan bakso abang kayaknya."

"Memang nya kekasih tampan mu itu pernah makan bakso ya?" Tanya Abang tukang bakso itu.

"Iya bang, waktu di pasar malem lho waktu itu."

"Ohh iya, abang lupa." Jawab nya sambil cengengesan.

"Udah yang?" Tanya Faaris yang menyusul Balqis.

"Belum, ngantri sama ibu-ibu." Jawab Balqis.

"Ohh.." Faaris hanya ber'oh' ria, lalu merangkul pundak Balqis membuat ibu-ibu histeris, mungkin baru kali ini melihat pria setampan seorang Faaris.

"Pacarmu itu kayak orang korea ya, Balqis."

"Udah ganteng, baik, perhatian, tajir lagi." Puji yang lain, membuat Balqis nyengir-nyengir. Merasa tak enak dengan Faaris.

"Iya, dan saya akan menggunakan uang saya untuk meratukan Balqis." Jawab Faaris sambil menatap Balqis yang sekarang sudah tersipu, wajah nya memerah seperti tomat. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan serasi yang saling melengkapi.

****

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!