Memilik cinta yang begitu besar tak menjamin akan bertakdir. Itulah yang terjadi pada Rayyan Rajendra. Mencintai Alanna Aizza dengan begitu dalam, tapi kenyataan pahit yang harus dia telan. Di mana bukan nama Alanna yang dia sebut di dalam ijab kabul, melainkan adiknya, Anthea Amabel menggantikan kakaknya yang pergi di malam sebelum akad nikah.
Rayyan ingin menolak dan membatalkan pernikahan itu, tapi sang baba menginginkan pernikahan itu tetap dilangsungkan karena dia ingin melihat sang cucu menikah sebelum dia menutup mata.
Akankah Rayyan menerima takdir Tuhan ini? Atau dia akan terus menyalahkan takdir karena sudah tidak adil?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Butuh Validasi
Mata yang baru saja terbuka mulai mencari sosok yang semalam memeluknya. Tak ada siapapun di sana. Anthea segera turun dari tempat tidur dan bergegas hendak keluar dari kamar. Baru juga membuka pintu, sosok yang dia cari sudah ada di depannya dengan membawa susu cokelat panas.
"Mau ke mana?"
Anthea berhambur memeluk tubuh Rayyan dengan erat. Awalnya terkejut, tapi lama kelamaan lengkungan senyum dia ukirkan. Dari kejauhan Mbok Arum mengukirkan senyum karena melihat majikannya tengah berpelukan.
"Semoga cepat menjadi suami-istri yang sesungguhnya."
Doa yang begitu tulus dari Mbok Arum. Wanita yang sudah berumur itu ikut bahagia melihat perkembangan hubungan Rayyan dengan Anthea.
"Hari ini baik gua ataupun lu gak akan pergi ke tempat kerja. Kita akan terus berpelukan sampai lu bosan."
Rayyan membawa Anthea kembali ke kamar. Menyuruh sang istri untuk meminum susu hangat yang sudah dia buatkan.
"Mau cuci muka dulu."
Rayyan pun mengangguk dan menunggu Anthea di sofa. Lima menit berselang, sang istri keluar dan Rayyan menyuruh Anthea duduk di sampingnya.
"Mau sarapan keluar gak?" tanya Rayyan ketika Anthea baru saja menghabiskan susu.
"Mau bubur ayam."
Rayyan pun berdiri. Tangannya sudah terulur dan diraih oleh Anthea. Mereka keluar kamar dengan tangan yang saling menggenggam.
"Mbok, jangan buatin sarapan. Kami mau makan di luar."
"Baik, Mas."
Tangan Anthea kembali memeluk pinggang Rayyan dengan erat. Naik motor di pagi hari dengan udara yang masih segar. Gerobak hijau tukang bubur sudah Rayyan lihat.
"Campur atau enggak?" tanya Rayyan.
"Gak pake kacang."
Rayyan memesankan sesuai dengan yang Anthea inginkan. Dia duduk di samping Anthea dan menggenggam tangan itu yang berada di bawah meja. Atensi Anthea teralihkan dan lengkungan senyum Rayyan berikan.
Selesai sarapan, Rayyan sengaja mengajak Anthea berjalan-jalan sambil jajan di pinggir jalan. Begitu mudah mengembalikan mood Anthea. Kini, dia terlihat bahagia dengan tangan yang membawa banyak bungkusan.
"Mau beli apa lagi?"
"Udah kayaknya," jawabnya.
"Ta-pi---"
Dahi Rayyan mengkerut ketika terdengar kata tapi setelahnya. Menunggu kelanjutan dari ucapan wanita yang dia sayang.
"Siangnya aku pengen makan bakso."
"Noted."
Senyum Anthea pun seketika hadir. Rayyan mengusap lembut ujung kepala Anthea. Dia merasa bersyukur memiliki istri yang begitu sederhana dan kuatnya luar biasa.
Aroma bunga yang segar tercium. Anthea baru selesai mandi dengan handuk yang masih melilit di rambut. Rayyan beranjak dari duduknya. Menghampiri Anthea yang kini berada di depan meja rias. Rayyan memeluk tubuh istrinya dari belakang.
"Aku mau pake skincare dulu."
"Tinggal pake doang. Kan gua cuma meluk lu dari belakang."
"Tapi, ganggu, Ray."
Bukannya melepaskan, Rayyan semakin mengeratkan pelukan. Anthea hanya menghela napas berat.
"Rayyan--"
"Enggak akan gua ganggu, Anthea."
Anthea pun berdecak kesal. Merengutnya wajah Anthea membuat Rayyan tersenyum gemas. Tanpa Anthea duga Rayyan mengecup pipinya. Tubuh Anthea pun menegang.
"Mau nambah di bibir gak?" bisik Rayyan.
Tangan Anthea pun tak segan mencubit perut Rayyan hingga dia mengaduh.
"Sakit, Sayang."
"Lagian gak jelas!"
Rayyan malah tertawa keras. Dia pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Anthea. Menopang kepala dengan salah satu lengannya.
"Lu udah sayang sama gua belum?"
Deg.
Anthea membeku mendengar pertanyaan Rayyan. Mulutnya seketika kelu.
"Gua masih nunggu loh."
Diamnya Anthea membuat Rayyan kembali mendudukkan tubuhnya. Dia menatap Anthea yang membeku dari pantulan cermin. Rayyan menghampiri Anthea. Memutar kursi yang tengah diduduki Anthea dengan pelan.
"Kalau lu masih belum siap jawab, jangan dipaksa." Rayyan menggenggam tangan Anthea kembali.
"Gua akan terus menunggu dan terus berjuang untuk buat lu sayang sama gua."
"Maaf," balas Anthea dengan begitu pelan.
"Its okay. Don't sad."
Sesabar itu Rayyan menghadapi Anthea. Rela menunggu jawaban. Padahal, sikap Anthea sudah menunjukkan semuanya. Akan tetapi, Rayyan membutuhkan validasi dari sebuah ungkapan balasan. Kembali tubuh Anthea dipeluknya tanpa ada penolakan.
Pelukan itu harus terurai ketika mendengar ketukan dari luar. Rayyan membukakan pintu dan Mbok Arum mengatakan jika ada orang yang ingin bertu Rayyan di luar.
"Siapa?"
"Mbok gak tahu, Mas."
"Suruh tunggu, Mbok."
Setelah Mbok Arum pergi, Rayyan kembali menghampiri Anthea. Menatapnya dengan begitu dalam.
"Mau ikut keluar?"
"Duluan aja. Aku keringin rambut dulu."
Meninggalkan Anthea di kamar dan menuju ruang tamu di mana ada orang yang menunggunya. Bibir Rayyan terangkat sedikit ketika melihat siapa yang datang.
"Ray, tolong bantu Ibu."
Ibu mertuanya segera menghampiri Rayyan sambil memegang tangannya seperti orang yang memohon.
"Alanna kecelakaan dan sekarang dia mau dilaporkan ke polisi jika tidak membayar biaya rumah sakit."
"Bukan urusan saya."
"Tapi, dia kakak ipar kamu, Rayyan. Bahkan dia adalah mantan kamu."
"HANYA MANTAN, IBU. BUKAN ISTRI!"
Rayyan menoleh ke asal suara di mana Anthea sudah berjalan ke arahnya juga sang ibu. Tatapan Anthea pun begitu tajam.
"Dan akulah yang sekarang menjadi istri dari Rayyan Rajendra."
Tangan Anthea mulai melingkar di lengan sang suami. Dan itu membuat sang ibu melepaskan tangannya pada tangan Rayyan.
"Setidaknya, Ibu dan Kak Alanna tahu diri. Jangan terus menjadi hantu di rumah tangga kami."
Rayyan tersenyum mendengar ucapan Anthea. Istrinya begitu berani. Taringnya mulai dia tunjukkan.
"Buka mata dan hatimu, Anthea! Kakakmu sedang kesusahan!" bentak sang ibu.
"Jangan pernah bentak istri saya!"
Rayyan pun mulai memasang badan. Atensi Anthea pun kini tertuju pada wajah Rayyan yang tengah marah. Baru saja Rayyan hendak membuka suara lagi, tangan Anthea mencengkeramnya sedikit keras. Mereka saling tatap dan gelengan pelan Anthea berikan.
Mata Anthea kini sudah beralih pada ibunya. Menatap dalam wajah perempuan yang sudah melahirkannya. Napas kasar dia buang sebelum dia kembali menimpali ucapan sang ibu.
"Sebelum Ibu menyuruh aku untuk membuka mata. Coba buka mata dan hati Ibu dulu. Ke mana Ibu dan Kakak ketika aku sedang kesusahan? Apa kalian membantuku? Apa kalian merangkulku?" Penuh penekanan dari setiap kata yang terucap.
"Kalian malah menyudutkanku. Bahkan kalian mendorongku ke sebuah lubang yang begitu dalam sampai luka itu masih menganga sampai sekarang." Masih mencoba tegar di tengah emosi yang sudah tidak terkontrol.
"Ketika aku sedikit lagi berhasil naik dari lubang itu, kalian malah menginjak punggung tanganku dan membiarkanku kembali terjatuh ke dalam lubang kesakitan yang sama."
"Dan setelah apa yang kalian lakukan kepadaku, wajar kan jika sekarang ini aku akan menutup mata dan hatiku untuk kalian?"
"Sudah cukup aku menjadi kuda kalian. Kerja mati-matian, tapi kalian yang menghabiskan. Dan sekarang, tolong tepati janji kalian. Ketika aku menikah dengan pacar kakakku, kalian tidak akan menggangguku lagi. Jadi, SEGERA PERGI DARI RUMAH INI SEKARANG JUGA! AKU SUDAH TIDAK INGIN DIGANGGU OLEH IBU."
"Lancang sekali kamu, An--"
"Anda mau pergi dari hadapan istri saya atau rumah yang Anda tempati akan saya ambil kembali?"
Glek.
Wanita itupun terdiam mendengar ancaman Rayyan. Sedangkan Anthea sudah menatap sang suami dengan sorot mata penuh tanya.
"Kapanpun saya bisa ambil rumah itu karena nama pemilik rumah itu sudah saya ubah atas nama istri sah saya, Anthea Amabel."
...*** BERSAMBUNG ***...
Komennya dikencengin dong ...
mau hidup enak , tapi hasil jerih payah org lain
sehat selalu kak n semangat, aku sellau nggu up nya
biar tau rasa..
ksih plajaran aja ibu yg jahat itu Rayyan....
lanjut trus Thor
semangat