NovelToon NovelToon
ALARICE ACADEMY

ALARICE ACADEMY

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah Takdir
Popularitas:381
Nilai: 5
Nama Author: FILIA_

[𝐄𝐥𝐝𝐡𝐨𝐫𝐚 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬#𝟏]

ON GOING!!!

Percayakah kalian dengan sesuatu yang berbau sihir?. Di Eldhora itu sudah menjadi hal yang lumrah. Namun tak hanya karena penyihirnya, ada keluarga bangsawan, ksatria, dan roh yang diberi kesempatan kedua menjadi satu dalam tempat ini

Alarice Academy. Sebuah sekolah yang menjadi tempat impian semua warga Eldhora. Cerita ini tentang Esther, seorang bangsawan yang memiliki takdir luar biasa

Bersama dengan anak-anak dari asrama lain, mereka diberi tugas untuk menyelesaikan apa yang belum terselesaikan di masa lalu

Apakah mereka mampu mengalahkan kegelapan yang telah lama terkunci, ataukah nasib Eldhora akan terjebak dalam lingkaran tak berujung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FILIA_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 07

...𝚂𝚃𝙾𝚁𝚈 𝙱𝚈 @𝙴𝙲𝙻𝙸𝙿𝚂𝚅𝙴𝙽𝚄𝙴...

...•...

...*•.¸♡ HAPPY READING ♡¸.•*...

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

"Renji!. Hey bangun dong!"

Ophelia terus menggoyangkan tubuh Renji hingga laki-laki itu membuka matanya dan merasa sakit setelah tubuhnya terhempas

"Renji kau baik-"

"GRAHH!!"

Ophelia terbelalak saat salah satu monster kelelawar berlari ke arahnya, tapi Freya yang sedang menaiki sapunya itu dengan cepat mengeluarkan tongkat ajaibnya

"Aegis Vitalis!"

Sebuah perisai tembus pandang melindungi Ophelia dan juga Renji. Erynn segera mengayunkan pedangnya hingga monster itu menjerit kesakitan

"Apa kita perlu membunuhnya?"

"Bunuh." Semuanya tertegun

Esther dengan mudah menggendong tubuh tak berdaya Renji kemudian memberikannya ke tim medis

"Kau di pinggir saja."

"Tapi aku-." Ophelia mencoba protes tapi tak berani saat mendapat tatapan tajam kakaknya

"Haha apa ini?. Dua anggota mu sudah gugur bahkan belum selesai babak pertama lho."

Esther sama sekali tak peduli kemudian pergi ke lapangan bersama kedua temannya

"Atlas, kau tadi bilang kalau permainan ini tak ada peraturannya kan?. Kalau begitu, coba sihir buatan mu itu … melawan ini." Atlas tertegun melihat Esther yang menunjukkan cincin emas di jari manis kirinya

Semua orang seketika heboh mencoba menebak benda apa itu. Valent juga diam di tempat sampai mendengar suara tawa masternya

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan kan?. Anda memberikan yang palsu." Antonious tersenyum misterius yang semakin membuat Valent resah

"Percuma kalau kau tak bisa menggunakannya," sentak Atlas

"Lalu bagaimana jika aku bisa menggunakannya?" Atlas terdiam dan berdecak kesal

"Tunggu itu bukannya Empyreal Circlet?" tebak Erynn yang diangguki Freya

"Aku pikir juga begitu," sahut Freya masih duduk anteng diatas sapunya

"Oh dia ada nama?. Yang ku tahu benda ini bisa membuat si rambut merah itu ketakutan."

"Tentu saja!. Itu benda keramat yang dulunya digunakan kaisar pertama!" Esther tertegun sampai tak sadar monster kelelawar tadi kembali

"Teman-teman aku punya rencana. Daripada mengambil Coreball, aku mengincar Flux Crystal. Bisa kalian membantuku?" Freya dan Erynn serentak mengangguk

"Atlas!" Laki-laki berambut merah itu menerima Coreball yang dilempar temannya kemudian menghindari Drogon yang kini menyerang regunya

"Esther aku tak melihat Flux!" seru Freya dari atas

"Kau mengincar Flux Crystal?. Itu akan membuang waktu." Esther menyipitkan matanya kesal dan Atlas kembali melempar Coreball ke gawang lawan

"Tiga poin untuk Alkemis!"

Seruan heboh kembali terdengar. Tapi Esther sama sekali tidak peduli, dia menatap sekeliling dengan serius. Kedua temannya yang melihat itu mencoba menahan Drogon untuk tidak mengganggu

"Kak awas!" teriak Ophelia saat anggota lawan menembakkan panah yang berbalut sihir racun

"Kena kau bangsawan sialan!"

SRINGG

Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan sebuah cahaya dahsyat membuat mereka semua harus menutup mata

"Apa-apaan?!" Atlas yang baru saja selesai memasukkan Coreball ke gawang langsung terduduk karena tak bisa menahan cahaya menyilaukan itu

"Lightforge: Golden Bind!"

"GRAHH!!"

Semua yang ada disana heboh karena tidak bisa melihat apa-apa. Hingga akhirnya cahaya itu berangsur-angsur mulai menghilang dan seketika mengheningkan suasana

"Oh tidak." Tubuh Ophelia bergetar

Di tengah lapangan, Esther berdiri dengan seragamnya yang sudah compang-camping dengan kedua Drogon yang terikat rantai emas dan terlihat tidak berdaya

"Lanjutkan … permainannya." Anak-anak Roylt bersorak heboh saat Esther mengeluarkan Flux Crystal dari tangannya

"Lima belas poin untuk Roylt!"

Valent terdiam sementara Antonious bertepuk tangan heboh merasa bangga. Sementara itu Esther terlihat mengedipkan matanya berulang kali dan mulai berlutut

"Esther!" Freya melompat turun dari sapu begitupun dengan Erynn dan Ophelia yang berlari mendekat

"Kak kau berdarah!"

Esther meringis, rupanya melawan kedua Drogon itu tidaklah mudah. Apalagi menggunakan benda keramat yang langsung menguras habis energinya

"Aku masih harus melanjutkan-."

"Lupakan saja."

Semuanya tertegun saat Atlas berjalan mendekat kemudian memberikan Coreball

"Kau menang."

Keadaan hening hingga akhirnya terdengar sorakan gembira dari Roylt dan juga raut kesal anak-anak Alkemis. Esther masih diam

"T-tapi masih ada waktu-."

"Permainan apapun itu, kalau ada yang menyerah maka akan berhenti disitu. Kemana saja tujuh belas tahun kau hidup?. Beristirahatlah dan besok aku akan menjawab pertanyaan mu … mengenai cincin itu."

Esther tersenyum

"Terimakasih, Atlas."

Bruk

"Kakak!" seru Ophelia

Valent dari lantai dua langsung bergegas turun dan membuat semuanya terkejut saat dia menggendong Esther

"Lukanya terlalu dalam, panggil tim medis Novare!"

Freya mengangguk kemudian pergi dengan sapunya sementara Valent membawa Esther ke ruang perawatan bersama yang lain

Atlas masih di tempat, dia menyadari anak-anak Roylt yang sebenarnya hanya ingin Esther memenangkan pertandingan tanpa peduli pada kondisi gadis itu saat ini

'Makanya aku sangat benci bangsawan, yah mungkin gadis itu terkecuali'

"Terimakasih, Atlas."

Laki-laki itu dengan cepat sadar dan menghapus pikirannya, sampai matanya bertemu dengan mata hazel Alarion. Mereka bertatapan sejenak sebelum akhirnya anak-anak Roylt meninggalkan lapangan

"Rasanya ingin ku colok mata sombongnya itu," gumamnya kesal kemudian pergi membawa barang-barangnya

Antonious mengusap jenggotnya dengan tersenyum misterius

"Hoho mereka anak-anak yang menarik. Tak kusangka Valent juga langsung membantu. Hmm…"

...Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ...

Di suatu tempat yang penuh dengan kabut, seorang gadis dengan seragam Roylt melangkahkan kakinya tanpa tahu arah

Awalnya langkahnya lambat dan waspada, namun seiringnya waktu dia mulai berlari seraya berteriak mencoba mencari tanda-tanda kehidupan disana

"Siapapun katakan aku ada dimana!!"

Dia berhenti dan terduduk, nafasnya terasa berat karena sedari tadi harus berlari. Saat hendak menutup kedua matanya yang kabur, sekilas dia melihat sesuatu yang bercahaya

"S-siapa disana?!"

"Kita harus menyelamatkan Eldhora dan membuat negri ini aman untuk keturunan kita!"

"Baik Yang Mulia!"

Gadis itu membeku di tempat dengan mata yang terbelalak. Dengan sangat jelas dia melihat sebuah pertarungan yang seharusnya menjadi legenda yang ia baca

"Tak mungkin."

"Yang Mulia!. Kita tak bisa membunuh Morrathiel!. Kegelapannya terlalu kuat!"

"Hanya ada satu cara. Gunakan Reliquar dan kita mulai ritualnya!"

Angin deras muncul membuat gadis itu langsung berlindung di belakang pohon agar tidak ikut terhempas seperti benda lainnya

Sedetik kemudian ada sebuah cahaya dahsyat muncul dari sebuah altar membuatnya merasa dejavu. Gadis itu memberanikan diri melihat keadaan, matanya terbelalak melihat seorang wanita namun ada bayangan yang memeluk tubuhnya seolah menjadi perisai

"AKU AKAN KEMBALI LAGI WALAU HARUS MENUNGGU SERATUS ATAU SERIBU PURNAMA LAGI DAN MENGHANCURKAN NEGRI INI!. AKU BERSUMPAH!!"

"Terkurung lah kau, Morrathiel!"

Altar itu semakin bercahaya bersamaan dengan suara memekik mengerikan sampai gadis itu terduduk dan menutup kedua telinganya dengan berurai air mata

Cahaya dan suara mengerikan itu akhirnya menghilang. Di tengah hutan itu kini mulai terlihat ada banyaknya mayat para prajurit yang berjuang, dan juga sebuah altar batu yang dikelilingi oleh lima orang

"Apa semuanya sudah berakhir, Yang Mulia?"

"Tidak. Seorang penyihir tak akan sembarangan menyebut sumpah. Dia akan kembali lagi, entah ketika kita sudah tidak ada atau masih ada. Tapi pasti salah satu dari keturunan kita memiliki takdir luar biasa dan butuh seorang pembimbing, untuk itu … kita tidak boleh mati."

...Ƹ̵̡⁠Ӝ̵̨̄⁠Ʒ...

"Ophelia, ini sudah malam dan kau harus makan."

Renji masuk ke ruang perawatan membawakan makan malam untuk Ophelia yang masih setia menunggu kakaknya bangun

"Aku mau makan bersamanya." Renji menghela nafas dan mendekat

"Aku tau kau khawatir, tapi bukannya kau yang paling tau kalau dia orangnya kuat?. Bahkan dia bisa menggunakan benda keramat Roylt sekali coba. Tak ada yang perlu kau khawatirkan." Ophelia tersenyum dan mengangguk, dia masih menggenggam tangan kakaknya dan dikecup beberapa kali berharap ada keajaiban

Suara ketukan terdengar, seorang perawat masuk bersama dengan Valent Antonious dan dua guru lainnya

"Kalian masih disini?"

"Ah s-saya mau menunggu kakak bangun."

"Ini sudah malam, kembali lah ke asrama mu dan tidur," ucap Valent dingin

Ophelia terlihat enggan tapi setelah dipaksa Renji, mereka berdua akhirnya pergi dari ruang perawatan dengan membawa nampan makanan yang masih penuh

Suster tadi bersama dengan seorang guru wanita berambut merah muda, nyonya Molly Granger Crypto, segera memeriksa kembali tubuh Esther memastikan gadis itu memang sudah baik'saja

"Aku tau sih dia menggunakan cincin itu, tapi sampai tertidur lama?. Apa di dalamnya ada jarum racun?. Wah Valent, bagaimana bisa kau memberikan benda keramat kepada murid mu sendiri hm?" Adrian Crypto, guru yang mengajar asrama Valora dan merupakan suami dari nyonya Molly guru asrama Novare

Valent hanya diam sambil sesekali melirik kesal masternya itu yang hanya menampilkan wajah tanpa dosa

"Ah dia bergerak!"

Perhatian semuanya teralihkan ke gadis itu yang jari jemarinya mulai bergerak

"Nak kau bisa dengar suaraku?" kata Molly seraya menggenggam tangan gadis itu

Esther mulai membuka matanya membuat mereka semua mengucap syukur, dia berkedip beberapa kali mencoba terbiasa dengan pencahayaan kemudian mendudukkan dirinya secara perlahan

"Hey kau baik'saja?" Molly mundur saat Valent tiba-tiba maju dan memegang kedua pundak Esther dengan tatapan khawatir

"Kau dengar suaraku?. Esther!"

Gadis itu tersentak dan menatap sekeliling dengan terbelalak, secara mengejutkan dia melepaskan cincin emas itu dan melemparnya dengan wajah panik

"Kau kenapa nak?!" seru Molly

Antonious diam, dia sama sekali tak terkejut karena sudah menduga hal itu. Esther menepis tangan Valent dan menatap tajam mereka semua

"Sebenarnya … untuk apa kalian memberikanku benda mengerikan begitu?!"

...T͇O͇ ͇B͇E͇ ͇C͇O͇N͇T͇I͇N͇U͇E͇>͇>͇>͇...

1
Faras Anggreini
semangat lanjut thor
Redvelvet1
"Ahli Ilmuan" gak usah pake Ahli
Mèo con
Kebangkitan!
Mít ướt
Nah, ini baru kualitas cerita yang oke!
eclipsvenue: (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!