Setelah kehilangan kedua orang tuanya, Karina dipaksa menikah dengan pria bernama Victor Stuart. Anak dari sahabat kakeknya. Pria dingin yang selalu berusaha mengekangnya.
Selama pernikahan, Karina tidak pernah merasa jika Victor mencintainya. Pria itu seperti bersikap layaknya seseorang yang mendapat titipan agar selalu menjaganya, tanpa menyentuhnya. Karina merasa bosan, sehingga ia mengajukan perceraian secara berulang. Namun, Victor selalu menolak dengan tegas permintaannya.
"Sampai kapan pun, kita tidak akan bercerai, Karina. Hak untuk bercerai ada di tanganku, dan aku tidak akan pernah menjatuhkannya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi
****
Victor menggenggam tangan Karina dengan erat. Setelah Victor meluruskan kesalahpahaman yang dipikirkan Karina, perempuan itu masih bersikap seolah tidak percaya. Beberapa kali Karina menoleh ke arah Victor dengan wajah cemas.
"Aku sudah berteman dengan mereka sangat lama. Jika kau tidak mempercayai apa yang aku katakan, kau bisa bertanya langsung pada Daniel dan juga Kellyn."
Bagi Karina, jangankan bertanya, menyapa mereka berdua saja Karina tidak memiliki mental yang besar. Apalagi Kellyn yang Karina pernah dengar ceritanya dari pelayan Corlin. Katanya, perempuan itu hidup seolah tidak menginginkan seorang pria saking hidupnya terlalu sempurna.
Victor menarik perlahan bahu Karina agar tubuh perempuan itu bisa lebih dekat lagi dengannya. Saat mereka menuruni anak tangga, kedua kaki Karina rasanya ingin berhenti di sana. Dia benar-benar belum siap untuk bertemu dengan kedua teman Victor.
"Mereka di ruang tamu. Jangan merasa gugup, selama ada aku di sampingmu. Kau akan baik-baik saja, Karina," ucap Victor sebelum mereka melangkahkan kakinya di lantai dasar menuju ruang tamu.
Sejujurnya, hari ini Victor tidak memiliki perjanjian apa pun dengan Kellyn dan juga Daniel. Semalam, Daniel bahkan sudah mengatakan pada Victor jika ia belum bisa kembali, karena pekerjaannya yang masih belum ia selesaikan. Siapa sangka, pria itu justru sekarang tengah berada di ruangan tamunya.
"Tidak biasanya kalian datang tanpa menghubungiku terlebih dahulu," ucap Victor saat tubuh pria itu masuk ke dalam ruang tamu.
Di sana, Victor tidak melepaskan genggaman tangannya di tangan Karina. Sampai pada saat pria itu duduk di sebuah sofa, tangan mereka masih bertaut. Karina bahkan sempat merasa sungkan saat Victor melakukannya di hadapan kedua temannya tersebut.
"Dia siapa?" tanya Kellyn, yang kebetulan perempuan itu memang belum pernah bertemu dengan Karina sama sekali. Berbeda dengan Daniel.
"Kau mengikuti saranku?" tanya Daniel, membuat Kellyn yang berada si sampingnya terlihat kebingungan dengan reaksi Daniel.
"Dia adalah istriku, Kellyn," ucap Victor, membuat kedua bola mata perempuan itu sontak membulat.
"A-apa? Kau serius? Kau sudah menikah? Kapan kau melakukannya? Kenapa kau tidak mengundangku?"
"Sudah lama. Dia sudah menikah cukup lama. Mungkin satu tahun lebih," ucap Daniel, menyela pembicaraan Kellyn dan Victor.
Karina hanya diam dengan perasaan yang tidak tenang. Kedatangannya yang mendadak duduk di samping Victor pasti sudah membuat perempuan bernama Kellyn itu sangat terkejut. Apalagi ketika Karina menatap wajahnya, Kellyn sangat cantik dan Karina merasa ia tidak secantik Kellyn.
"Halo, aku Kellyn. Asisten dari Victor yang selalu bertingkah seperti belum memiliki pasangan. Maaf sekali, aku kira dia memang benar-benar belum menikah," ujar Kellyn sembari menyodorkan tangannya pada Karina.
Karina mengulas senyum tipis, kemudian ia meraih tangan Kellyn yang perempuan itu sodorkan kepdanya. Mereka bersalaman cukup singkat. Kemudian, pandangan Kellyn kembali memusat pada Victor.
Karina hanya diam dengan pikiran yang mulai berisik. Entah ada hubungan apa dengan Kellyn, tetapi Karina merasa jika Kellyn memiliki perasaan yang lain kepada Victor. Dari gerak-gerik, sampai tatapan kedua mata dari perempuan itu.
"Victor ...."
Karina memanggil Victor yang sudah mulai sibuk berbicara dengan Kellyn dan juga Daniel. Saat pria itu menoleh kepadanya, Karina buru-buru mendekatkan bibirnya ke telinga Victor, kemudian ia mulai berbisik pelan.
"Aku ingin pergi ke toilet sebentar."
"Perlu kutemani?" tanya Victor.
Karina menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu. Aku akan pergi sendiri."
"Jika sudah selesai, segera kembali."
"Ya, pasti."
\*\*\*\*
Karina merasa lega berada di dalam toilet setelah meninggalkan ruang tamu. Berada di sana hanya membuat perasaannya tertekan, sebab Victor nyatanya lebih sibuk berbicara dengan kedua teman-temannya di bandingkan dengan Karina sendiri. Perempuan itu justru harus lebih banyak terdiam seolah ia tidak masuk dalam obrolan mereka.
Setelah merasa perasaannya sedikit lebih lega, Karina memutuskan ke luar dari dalam toilet yang berada di lantai dasar. Kebetulan, tidak jauh dari posisinya ada pelayan Corlin yang baru saja datang membawa nampan kosong. Sepertinya perempuan itu baru saja selesai membawakan makanan untuk teman-teman Victor.
"Pelayan, Corlin ...." Panggil Karina, segera pelayan Corlin mendekat ke arahnya.
"Ya, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"
"Victor masih sibuk bersama teman-temannya, bukan? Aku ... aku tidak ingin kembali lagi ke sana, jadi jika Victor menanyakan ke mana aku pergi, katakan saja aku sedang berada di dalam kamarku untuk merapikan beberapa barang."
"Baik, Nona."
Karina menepuk bahu pelayan Corlin, kemudian perempuan itu segera naim ke deretan anak tangga, meninggalkan lantai dasar tanpa Victor ketahui. Karina tidak masalah jika Victor menghabiskan waktunya dengan teman-temannya di sana cukup lama. Asalkan ia tidak berada di sana.
"Semoga dia tidak menyusulku. Itu jauh lebih baik dari pada di menyusulku," ucap Karina.
Selang beberapa menit, Karina sudah sampai di dalam kamarnya. Alih-alih membereskan barang-barang miliknya, Karina justru memutuskan untuk berbaring di sana. Menikmati kenyamanan di dalam kamar tersebut yang mungkin menjadi hari terakhirnya.
"Tidur dengannya memang harapanku, tapi meninggalkan kamar ini sama sekali bukan harapanku."
Karina sibuk menatap langit-langit kamarnya, sampai-sampai ketika Victor membuka gagang pintu kamarnya, perempuan itu masih sibuk dengan lamunannya. Tidak menyadari kedatangan Victor sama sekali.
"Kenapa mendadak pergi meninggalkanku?"
Pertanyaan itu sontak membuat Karina dengan segera beranjak dari posisinya. Karina tentu saja terkejut saat melihat Victor kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tidak terima.
"A-aku tidak meninggalkanmu. Aku hanya ...."
"Hanya apa?"
"Aku hanya ingin membiarkanmu nyaman bersama teman-temanmu. Lagi pula, mereka tidak seusia denganku. Jadi, aku rasa—"
"Jika kau terganggu, seharusnya kau bilang padaku, Karina," sela Victor.
"A-apa? Aku tidak merasa mereka menggangguku. Sama sekali."
"Aku pasti sudah membuatmu tidak nyaman. Aku minta maaf."
"Ti-tidak sama sekali, Vic—"
Perkataan Karina kembali terpotong saat Victor mendekatkan tubuhnya pada Karina yang masih terduduk di atas ranjang di hadapannya. Pria itu kemudian memeluk tubuh Karina dengan erat, sembari kembali mengatakan permintaan maaf karena telah mengabaikan Karina saat berada di ruang tamu tadi.
"A-aku tidak masalah, Victor."
"Tapi, aku sudah menyakiti perasaanmu, Karina."
****
tapi Karina bukan sbg wanita pertama baginya 😌😌😌
Oh iya mampir yuk dikarya baruku judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏.
💗