Sekuel(Emily:Ketika cinta harus memilih)
Maxime Alexander Lemos pria berusia 37 yang merupakan orang kepercayaan pimpinan mafia paling kejam di Jerman jatuh cinta pada seorang gadis namun cintanya harus kandas terhalang restu dari orangtua gadis yang ia cintai dan meninggalkan luka yang begitu mendalam hingga cinta itu berubah menjadi dendam. Ia pergi meninggalkan semuanya merelakan orang yang ia cintai menikah dengan pria pilihan orangtua.
Hingga berbulan lamanya dan keduanya kembali dipertemukan dengan keadaan yang berbeda.
Bagaimana kisah mereka, yuk simak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Pembalasan Maxime
Maxime memasuki Mansion yang menjadikan markas Lucas dan langsung menemui pria tua itu. Hari ini ia berencana menjemput Amelia dan sebelum itu ia ingin membuat perhitungan dengan Armand yang disekap Lucas di markasnya ini.
"Kau sudah datang Max?. Bagaimana keadaan Lemos?, maaf aku belum bisa mengunjunginya," tanya Lucas menyambut kedatangan Maxime.
"Grandpa sudah mulai membaik, meski kedepannya Grandpa harus menghabiskan hari-harinya diatas kursi roda," jawab Maxime.
Lucas mengangguk pelan, ia tahu Lemos memang di nyatakan lumpuh total di sisa akhir hidupnya. Dan ia lega karena kondisi Lemos sudah mulai membaik."Mungkin besok atau lusa aku akan datang menemuinya," ucap Lucas.
"Ya...," angguk Maxime.
"Gio akan mengantarkanmu ke ruang bawah tanah untuk menemui ketiga tawanan mu itu,"ucap Lucas.
"Kau tidak ikut?," tanya Maxime.
Lucas tersenyum tipis lalu menggeleng pelan."Aku tidak memiliki urusan dengannya meski selama ini dia terus berusaha menghancurkanku. Kau lah yang berhak menentukan hukuman apa yang akan mereka terima," jawab Lucas.
Maxime mengangguk pelan lalu meminta Gio yang setia berdiri di belakang Lucas untuk mengantarkannya ke ruang bawah tanah. Ia tidak sabar membuat perhitungan dengan Armand, pria yang selama ini ia percaya ternyata menusuknya dari belakang.
Sepanjang perjalanan menuju ruang bawah tanah tidak ada percakapan antara Maxime dan juga Gio. Keduanya sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Gio memiliki sifat yang hampir sama dengannya tapi Gio hanya berbicara seperlunya saja.
Derap langkah memecahkan kesunyian ruang bawah tanah itu. Maxime cukup kagum dengan ruangan ini, meski ini adalah ruang bawah tanah tapi suasana tidak begitu mencekam seperti ruang bawah tanah pada umumnya.
Namun dugaan Maxime salah semakin memasuki ruang bawah tanah itu suasana terasa semakin lembab dan juga bau amis menusuk hidungnya. Dan ruangan yang ia lewati ini pencahayaannya cukup temaram.
Gio membuka sebuah pintu di mana saat ini Armand, Revan dan Alvira tengah d sekap. Pria itu mempersilahkan Maxime untuk masuk.
"Masuklah!," ucap Gio dengan tatapan dinginnya pada Maxime.
Maxime mengangguk pelan lalu dengan langkah berat ia memasuki ruangan itu. Emosinya naik ke ubun-ubun saat melihat Armand yang duduk di kursi dengan kedua tangannya terikat tali.
Gio meninggalkan Maxime disana sendirian karena ia tidak ingin ikut campur dengan urusan Maxime. Tugasnya hanya mengantarkan Maxime saja ke ruang bawah tanah ini.
Sepeninggal Gio, Maxime menatap ketiga tawanannya dengan tatapan membunuh. Darahnya mendidih melihat wajah Armand setelah apa dilakukan pria tua itu pada Grandpanya selama ini. Ia akan membuat Armand ikut merasakan apa yang dirasakan Grandpanya selama ini.
"Bangun!," teriak Maxime membuat ketiganya langsung membuka kedua matanya. Maxime tersenyum miring melihat raut wajah penuh keterkejutan dari ketiganya.
"Kenapa? terkejut?," tanya Maxime dengan tatapan tajamnya menatap satu persatu orang yang selama ini ia percaya.
"Apa-apaan ini Max?. Kau mengkhianatiku?," jawab Armand yang terkejut dengan kehadiran Maxime disini.
Maxime menggeleng pelan lalu duduk di sebuah kursi menghadap ketiganya."Aku ingin bertanya padamu Armand, hukuman apa yang pantas untuk seorang serigala berbulu domba sepertimu?," tanya Maxime dengan raut wajah dingin dan datarnya namun dibalik itu menyimpan amarah yang memuncak.
"Apa maksudmu?," tanya Armand.
"Jangan berpura-pura lagi Armand, bertahun-tahun kau menyekap orang yang sudah mempercayaimu dan kau mengarang cerita agar aku membenci orang yang tidak seharusnya aku benci,"jawab Maxime.
"Max...apa maksudmu berbicara seperti itu?. Kakek selama ini begitu baik denganmu bahkan kau adalah cucu kesayangannya. Tapi apa balasanmu, kau malah mengkhianatinya," ucap Revan ikut berbicara.
"Aku tidak memintamu untuk bicara Revan," jawab Maxime.
"Kau benar-benar tidak tahu terimakasih Max, Kakek selama ini mengistimewakanmu tapi kau malah menusuknya dari belakang dan bekerja sama dengan musuh Kakek," ujar Revan.
"Benar begitu Kakek Armand?. Kau mengistimewakan aku itu karena kau memiliki tujuan lain bukan?. Bahkan kau juga memanfaatkan mereka berdua ini demi keuntunganmu sendiri. Dan kau juga menyembunyikan fakta jika Revan adalah cucu kandungmu," jawab Maxime membuat ketiganya terkejut dengan ucapan Maxime. Armand terkejut kalau Maxime mengetahui rahasianya sementara Revan dan Alvira terkejut karena kebenaran yang di sembunyikan Kakek Armand.
"Jangan bicara omong kosong Max, aku tidak pernah memanfaatkan siapapun," jawab Armand.
"Benarkah?, namun sayangnya aku tidak mempercayaimu Kakek Armand. Bertahun-tahun kau menyekap Grandpaku agar kau bisa memimpin kelompok yang sudah dibentuk Grandpaku. Dan sekarang apa yang dirasakan Grandpaku kau juga akan merasakannya," ucap Maxime mengambil benda tumpul yang ada disudut ruangan.
"Max apa yang akan kau lakukan?," teriak Armand dengan wajah pucat pasi. Melihat ekspresi Maxime saat ini ia begitu ketakutan. Ia memang mengenal Maxime dan tahu kekejaman pria ini tapi baru kali ini ia melihat sisi lain dari Maxime. Wajah Maxime diselimuti amarah dan juga dendam.
"Argh..," teriak Maxime penuh kesakitan saat benda tumpul itu mengenai tulang keringnya.
"Kakek," teriak Revan yang tidak tega melihat Kakeknya dipukuli.
"Itu belum seberapa dengan apa yang kau lakukan pada Grandpaku. Bertahun-tahun kau menyiksanya tanpa belas kasih dan sekarang kau juga akan merasakannya bahkan lebih mengerikan dari apa yang sudah kau lakukan," ucap Maxime kembali memukuli Armand.
Suara teriakan memenuhi ruangan itu. Seperti janjinya pada Grandpanya kalau ia akan membuat orang yang sudah mencelakai Grandpanya merasakan hal yang sama.
Merasa cukup puas, Maxime keluar dari ruangan itu. Ia meminta tolong pada Lucas untuk memindahkan kedua tawanannya yaitu Revan dan Alvira. Sebenarnya keduanya tidak menjadi target balas dendam Maxime hanya saja ia ingin keduanya menyaksikan jika Kakek Armand tidak sebaik yang mereka kira. Keduanya hanya diperalat oleh Kakek Armand.
Maxime meminta anak buah Lucas memindahkan keduanya ke Hamburg. Ia nantinya akan membuat perhitungan dengan keduanya. Namun untuk Armand, Maxime masih membiarkannya disini.
"Max.... tunggu, kau belum menempati janjimu untuk mempertemukanku dengan cucuku," ucap Lucas saat Maxime berpamitan pada Lucas.
"Aku akan membawanya ke sini, tunggu saja!," jawab Maxime. Setelah dari sini ia akan menjemput Amelia ditempat persembunyiannya. Ia sudah merindukan kekasihnya itu setelah dua hari tidak bertemu.
"Aku tunggu," jawab Lucas yang tidak sabar bertemu dengan cucunya itu. Ia begitu penasaran dengan sosok cucunya itu.
"Ya...," angguk Maxime.
****
"Dimana dia?," tanya Maxime pada orang kepercayaannya saat ia sampai di tempat persembunyiannya.
"Nona ada di ruang tengah Tuan, seharian ini Nona belum makan apapun. Ia menolak untuk makan sebelum bertemu dengan anda Tuan," jawab orang kepercayaan Maxime.
"Benar-benar anak itu," gumam Maxime lalu melangkah menuju ruang tengah dimana sang kekasih berada.
Maxime menggeleng pelan saat melihat Amelia meringkuk di atas sofa. Pria itu langsung menghampiri sang kekasih dan mengusap lembut rambut panjang Amelia.
"Max...," gumam Amelia.
"Kenapa tidak makan, hum?," tanya Maxime dengan tatapan lembutnya.
"Dari mana?," tanya Amelia tidak menjawab pertanyaan Maxime.
"Sedikit urusan dan kamu tahu setelah ini kita akan pergi dari sini dan memulai semuanya dari awal," jawab Maxime.
"Semuanya sudah selesai?," tanya Amelia.
"Ya...," angguk Maxime.
...****************...
Apa pandangan MU Lukas cintakah,pada wanita tua lampir itu orang yang ingin mencelakai Cucumu juga ..
Max kau jangan mengiba pulak ,bukankah sudah kau mengancamnya namun apa dia peduli malah ingin meracuni grandpa MU sendiri ,
Bastian lelaki yang tidak pernah tegas kepada kedua wanita kembar lampir memiliki seorang ibu yg ingin meracuni suaminya sendiri... mereka tidak tahu berlatar belakang siapa Grandpa Lemos ....
"Musuh DaLaM SeLiMut"....
Max jangan bertele tele lagi seharusnya berbincang dengan lemos dan Lukas mengenai Laura sebelum melangkah jauh ,..