Season dua dari novel "AKU KAH ANTAGONISNYA"
tentang perjalanan cinta Beatrice dan Sankara setelah menikah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chykara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27 kurir pesan darurat
Beatrice tidur dengan lelap di atas kereta kuda milik nya. Kepala nya menyandar ke bahu sang suami.
Setelah sepuluh hari di ibu kota hari ini dia akan kembali ke wilayah kekuasaan suami nya. Wilayah Estrillda di utara dengan status sebagai Archduke dan Archduchess terbaru.
Selama di ibu kota entah kenapa Beatrice begitu merindukan wilayah nya tersebut, padahal mereka belum lama menikah tapi entah kenapa suasana wilayah tanpa musim panas tersebut terasa seakan memanggil nya segera pulang.
Mereka berangkat dari pagi, dan sekarang mereka sudah menempuh dua jam perjalanan, dan jika perjalanan nya lancar mereka akan sampai di utara nanti saat jam makan malam.
"Apa kamu sangat lelah?" tanya Sankara saat merasakan gerakan Beatrice di bahu nya yang bergerak untuk bangun
"Tidak kenapa?" tanya Beatrice dengan suara serak khas orang bangun tidur. Mata nya juga masih merah.
"Kamu tidur dari sejak kita berangkat Bebe... Tidak biasa nya kamu akan tertidur sepanjang perjalanan. Apa kamu demam? Jika memang kamu tidak enak badan kita bisa mampir ke kota berikut nya menginap satu malam dan melanjutkan perjalan esok hari" tanya Sankara
"Tidak... Tidak apa apa, tidak ada yang salah dengan tubuh ku, hanya saja dari semalam perasaan ku tidak enak," ucap Beatrice
"Kenapa? Kamu mimpi buruk?" tanya Sankara
"Iya awal nya aku memang mimpi buruk, aku melihat istana kakak ku, istana Putri mahkota di kerubungi gerombolan gagak hitam tapi untung saja ada macan putih yang mengusir semua gagak gagak hitam itu." ucap Beatrice
"Itu bagus bukan kah itu berarti semua nya baik baik saja,?" tanya Sankara
"Tidak suami ku, macan itu terlihat sangat sedih, dia berjalan memutari istana dengan bayi macan di dalam gigitan nya, aku bahkan terbangun dengan tubuh bermandi keringat" ucap Beatrice
Sankara terdiam sebentar. Menatap keluar jendela di mana terlihat pohon pohon besar di sepanjang jalan yang di tempuh nya.
"Sayang, itu semua hanya mimpi bukan pertanda apapun, kamu nggak usah khawatir," ucap Sankara sambil merangkul bahu sang kekasih.
"Sayang, masalah nya sejak bangun tadi pagi hal itu masih terngiang ngiang di telinga ku, seakan akan itu bukan mimpi" ucap Beatrice
Sankara tidak lagi menjawab, dengan lembut Sankara memeluk tubuh sang istri dan mengusap punggung nya berharap bisa memberi sedikit rasa nyaman dan mengurangi kegelisahan sang istri.
Tapi pelukan mereka terlerai karena kereta kuda mereka melambat hingga akhir nya berhenti. Beatrice dan Sankara saling pandang karena mereka berhenti di tempat yang tidak lazim yaitu di tempat sepi yang di apit hutan yang lumayan lebat.
Satu satu nya hal yang mungkin hanya lah serangan dari para bandit,tapi bandit mana yang terlalu bodoh menyerang di pagi hari pada rombongan sebesar rombongan mereka dengan banyak ksatria yang mengawal perjalanan.
"Kamu tunggu di sini, jangan keluar apapun yang terjadi" ucap Sankara sambil meraih pedang panjang milik nya yang tersandar di dinding kereta.
"Sayang, hati hati" ucap Beatrice
Sankara mengangguk, tapi belum sempat dia membuka pintu Noah datang dan mengetuk jendela kereta di sisi Sankara duduk.
Sankara membuka jendela dan menatap Noah.
"Ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Sankara
"Ada kurir dari istana, dia mengantarkan pesan darurat" ucap Noah sambil menyerahkan sebuah amplop putih dengan segel lilin berlambangkan istana kekaisaran.
"Surat apa itu?" tanya Beatrice, Sankara menggeleng. Dengan menggunakaan sebuah pisau kecil dia membuka segel tersebut dan membaca nya.
***