Selamat datang di cerita baru Aku teman-teman. Kali ini aku ingin membuat cerita tentang sekelompok keluarga yang diasingkan ke sebuah pulau yang tak berpenghuni.
Pulau itu dikelilingi oleh samudera yang luas. Butuh waktu lima belas hari pelayaran untuk sampai ketempat itu.
Pulau itu dimiliki oleh seorang billionaire asal Amerika yang bernama Steven Julio. Steven menikah dengan warga Indonesia yang bernama Zahra. Keduanya menikah karena cinta.
Saskia Aurora merupakan karyawan di perusahaan Steven. Aurora mempunyai obsesi untuk menikah dengan Steven. Siapa yang tidak menyukai lelaki tampan dan juga kaya? Begitupun dengan Aurora.
Sayangnya lelaki itu sudah memiliki seorang istri. Bukannya menyerah, Aurora malah tertantang untuk mendapatkan Steven. Banyak yang dilakukan Aurora untuk mendapatkan, bahkan dengan cara yang ekstrim sekalipun.
Apakah Steven tertarik?
Tentu saja tidak. Steven merupakan pria yang setia dengan istrinya. Bisa dibilang "Bucin Abis".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar
Maaf jika beberapa Hari ini tidak bisa Up. Tetangga yang ada di samping rumah meninggal dunia🙏🙏🙏🙏.
Hari ini Aurora dan keempat temannya akan memanen tumbuhan obat yang sudah mereka tanam. Sebenarnya baik Aurora dan keempat temannya tidak mengetahui nama tanaman itu. Yang mereka tahu tanaman itu akan panen setiap enam bulan sekali.
Bagaimana dengan si kembar?
Tentu saja Aurora mengajak mereka. Ada Lion dan Tiger yang akan menjaga mereka saat Aurora bekerja. Jangan lupakan Steven yang kini sudah dianggap sebagai hantu pelindung buat si kembar.
"Mama bekerja dulu ya Sayang. Main dulu sama Tiger dan Lion, " ucap Aurora dengan sayang. Seakan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Aurora si kembar menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Tolong jaga Bulan sama Bintang ya Daddy, " ucap Aurora pada Steven yang tidak bisa ia lihat. Steven hanya tersenyum sinis mendengarnya.
Setelah itu Aurora menghampiri teman-temannya yang sudah sibuk bekerja.
Steven sangat sayang dengan si kembar. Perlakuannya pada si kembar sangat lembut. Padahal ia mantan pemimpin mafia.
"Didi aem, " kata Bulan.
Selain menggendong si kembar, Steven kini bisa memegang barang. Jadi ia bisa menyuapi si kembar makan.
Sebelum berangkat, Aurora membuatkan bubur buat si kembar. Ia juga membawa bekal itu bersama bekal lainnya.
Steven dengan sigap mengambil bekal buat si kembar. Kemudian menyuapkannya pada si kembar secara bergiliran. Hal itu dilihat oleh Rania.
"Sungguh luar biasa. Daddy si kembar benar-benar perhatian. "
"Benar juga. Ada ya hantu seperti itu. "
"Nyatanya memang ada. Aku jadi penasaran sama wajahnya. Dia itu semacam pocong, genderuwo, atau kuntilanak."
"Kuntilanak ma perempuan. "
"Tahu darimana kamu? "
"Dari televisi lah."
"Kalau begitu pilihannya tinggal dua nih, pocong sama genderuwo."
"Tidak mungkin dua-duanya. Kalau itu pocong bagaimana cara menyuapi sama menggendong si kembar. Padahal tangannya saja tertutup kain kafan. Genderuwo juga tidak mungkin, si kembar pasti langsung nangis begitu lihat wajahnya."
"Kalau begitu tuyul dong."
"Itu malah lebih tidak mungkin lagi. Dari yang aku dengar, tuyul tu pendek. Tidak mungkin bisa gendong si kembar!"
"Terus apaan dong? "
"Pasti sejenis jin. Bukankah jin bisa merubah wajahnya. "
"Tahu dari mana kamu? "
"Akun gosip lah."
"Sudahlah... lebih baik kalian tanya sama si kembar langsung bagaimana wujud daddy nyanya. "
"Ya elah... ngomong aja belum tete."
"Tungguin sampai si kembar dewasa lah."
Steven yang mendengar itu hanya bisa mencibir. Dia dengan telaten menyuapi si kembar makan. Namun tiba-tiba saja tubuhnya terasa tertarik oleh suatu pusaran yang sangat kuat.
"Akh! "
Bekal yang ia pegang jatuh. Dirinya langsung menghilang dari pandangan si kembar.
"Didi! " teriak Bulan dengan panik. Tangisnya pun keluar. Bintang ikut-ikutan menangis bersamanya.
Aurora langsung meninggalkan pekerjaannya dan berlari menghampiri si kembar. Ia mempunyai firasat yang buruk. Apalagi saat mendengar tangisan si kembar.
"Ada apa sayang... jangan nangis ya, " bujuk Aurora sambil membawa si kembar kedalam gendongannya. Bulan disebelah kiri sedangkan Bintang disebelah kanan. Cukup repot sebenarnya. Apalagi tubuh si kembar cukup gemoy.
"Cup... cup... cup... "
Namun tangisan si kembar tidak juga berhenti. Rania dan Sania yang melihatnya kerepotan langsung menghampiri.
"Biar Bintang sama Aku saja, " ucap Rania. Tanpa menunggu persetujuan dari Aurora, Rania langsung membawa Bintang kedalam gendongannya.
"Didi... "
"Daddy nya kemana sayang? " tanya Aurora dengan lembut.
"Didi... "
"Daddy masih ada keperluan. Nanti kesini lagi kok," bujuk Aurora.
Mendengar ucapan Bulan serta bekal makanan yang ada diantara tanah, memberikan bukti jika hantu yang dipanggil Didi oleh Bulan itu pergi atau mungkin menghilang.
Steven yang menjadi tersangka sudah kembali ke tubuhnya. Ternyata ia bangun dari komanya.
"Ada dimana ini? " tanyanya dalam hati. Namun setelah melihat peralatan yang menempel di tubuhnya, ia yakin jika saat ini ia sedang berada di rumah sakit.
"Sayang... " ucapnya dengan lirih. Ternyata yang ia ingat untuk pertama kali bangun adalah Zahra.
Steven sudah melupakan semua kejadian yang telah ia alami selama koma. Semua kenangannya dengan si kembar seolah terhapus dari memorinya. Ia hanya mengingat semua kenangan bersama Zahra.
Cek lek
Pintu rawatnya terbuka. Nyonya Cristin langsung terpaku saat tatapannya beradu dengan tatapan Steven. Air matanya luruh seketika.
"Akhirnya Kamu bangun juga, " ucapnya penuh syukur. Dengan cepat ia menghampiri Steven yang terbaring di atas ranjang pasien. Tak lupa menekan tombol untuk memanggil dokter.
"Bagaimana perasaan mu? apa ada yang sakit? " tanya Nyonya Cristin dengan khawatir. Steven menggelengkan kepalanya. Mulutnya masih terasa keluh untuk mengeluarkan suara.
Tak lama kemudian tiga orang Dokter masuk kedalam ruang rawat dengan tergesa-gesa. Takut terjadi sesuatu pada Steven
"Anda sudah bangun tuan... sungguh luar biasa. "
Dokter itu segera memeriksa kondisi Steven. Ketiga dokter itu meriksa secara bergantian. Setelah selesai memeriksa kondisi Steven ketiga dokter itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
"Selamat Nyonya... kondisi Tuan Muda sudah membaik. Namun untuk memastikannya kita akan melakukan tes secara menyeluruh."
"Lakukan yang terbaik Dokter. "
"Baik Nyonya. "