Masih berstatus perawan di usia yang tak lagi muda ternyata tidak mudah bagi seorang gadis bernama Inayah. Dia lahir di sebuah kota kecil yang memiliki julukan Kota Intan, namun kini lebih dikenal dengan Kota Dodol, Garut.
Tidak semanis dodol, kehidupan yang dijalani Inayah justru kebalikannya. Gadis yang lahir tiga puluh tahun yang lalu itu terpaksa meninggalkan kampung halaman karena tidak tahan dengan gunjingan tetangga bahkan keluarga yang mencap dirinya sebagai perawan tua. Dua adiknya yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan bahkan sudah memiliki kekasih padahal mereka masih kuliah dan bersekolah, berbeda jauh dengan Inayah yang sampai di usia kepala tiga belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan dicintai, jangankan untuk menikah, kekasih pun tiada pasca peristiwa pahit yang dialaminya.
Bagaimana perjuangan Inayah di tempat baru? Akankah dia menemukan kedamaian? Dan akankah jodohnya segera datang?
Luangkan waktu untuk membaca kisah Inayah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pernikahan
Gadis berseragam SMA, membonceng dua anak berseragam SMP dan SD di belakangnya adalah pemandangan yang setiap hari Senin sampai Jumat dilihat orang-orang yang berlalu lalang di area komplek perumahan sederhana hingga ujung jalan komplek yang tersambung dengan jalan raya.
Pemandangan itu terlihat setiap hari selama beberapa tahun pasca berita meninggalnya seorang laki-laki penjual alat-alat rumah tangga di sebuah pasar tradisional, yang menjadi tulang punggung dan pelindung mereka selama ini karena sebuah kecelakaan.
Sepulang dari pasar ayah tiga anak itu dikabarkan mengalami kecelakaan tunggal, motor yang dikendarainya oleng dan menabrak pembatas jalan. Keadaan jalanan saat itu memang licin karena baru saja terjadi hujan lebat. Cuaca yang cukup mendung dan berkabut pasca hujan ditambah waktu menunjukan hampir maghrib diperkirakan menjadi penyebab laki-laki yang mengendarai motor itu kehilangan fokus penglihatannya.
Motor yang dikendarainya tiba-tiba oleng dan menabrak pembatas jalan. Sang pengendara terjatuh dengan posisi kepala terbentur ke aspal. Helm yang digunakannya lepas seketika dan dia terdampar di tengah jalan dengan darah keluar dari kepalanya. Isak tangis istri dan ketiga anaknya mengiringi pemakaman.
Kini tiga tahun berlalu dari duka yang tidak akan pernah dilupakan keluarga itu. Sang gadis bernama Inayah, anak sulung dari tiga bersaudara membantu sang ibu yang setiap pagi akan pergi ke pasar untuk berjualan san pulang menjelang magrib. Sementara tugas rumah dari mulai memasak, menyiapkan perlengkapan sekolah akan dilakukan oleh Inayah.
Otak cerdas dan sifat ulet yang dimiliki Inayah membawanya pada pencapaian pendidikan yang terbilang tinggi di kampungnya. Berkat kecerdasannya dia meraih beasiswa pendidikan sampai sarjana dari yayasan yang kini menjadi tempatnya mengabdikan diri. Jalur prestasi akademik dan non akademik yang dimilikinya selama bersekolah di SMP dan SMA Negeri yang ada di kampung itu menjadi bekal Inayah mendapatkan beasiswa kuliah.
Selesai menuntaskan pendidikannya, Inayah pun ditarik menjadi salah satu pengajar di yayasan yang memberinya beasiswa. Di yayasan tempatnya mengabdi terdapat lembaga pendidikan mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini sampai universitas. Inayah bertugas menjadi guru Bimbingan Konseling di SMA, sesuai dengan kualifikasi pendidikannya.
Di beberapa kesempatan Inayah juga tak jarang menjadi asisten dosen pada mata kuliah yang sesuai pendidikannya, satu waktu Inayah pernah ditawari untuk menjadi dosen di sana namun dia belum cukup percaya diri untuk itu mengingat pendidikannya dirasa masih belum mumpuni dan pertimbangan lainnya.
Hari-hari dilalui Inayah dengan bahagia, rutinitasnya tidak jauh dari mengajar, mengerjakan pekerjaan rumah dan kadang membantu ibunya berjualan di pasar. Hingga suatu hari seseorang yang sudah menaruh hati padanya sejak sekolah menengah atas datang untuk melamarnya.
Di masa lalu mereka sempat menjalin hubungan, namun karena sang lelaki harus kuliah ke luar kota alhasil hubungan mereka menggantung tanpa kejelasan. Setelah keduanya menyelesaikan pendidikannya masing-masing ternyata waktu kembali mempertemukan mereka dalam sebuah reuni, menjalin kembali hubungan yang pernah terputus ruang dan waktu. Selama tiga tahun ini Inayah setia menjalani hubungan jarak jauh dengan kekasihnya karena sang kekasih bekerja di luar kota.
Farhan Abdillah nama laki-laki itu. Kakak kelas Inayah saat menempuh pendidikan di SMA, usia mereka terpaut dua tahun. Laki-laki itulah yang sudah membuat Inayah memantapkan diri untuk melabuhkan hatinya pada dia. Selama ini Inayah dengan penuh ketulusan dan kesetiaan menanti kedatangan sang kekasih untuk meminangnya.
"Kapan Aa datang?" tanya Inayah, hari ini adalah hari Minggu, Inayah libur mengajar dan memilih tetap berada di rumah, kedua adiknya baru saja pergi. Indira ada kerja kelompok dengan teman kuliahnya sementara Irfan berlatih silat di padepokan tempatnya belajar ilmu bela diri.
Rencananya selepas dzuhur Inayah akan datang ke pasar untuk membantu sang Ibu berjualan, namun tanpa diduga dan menjadi kejutan yang membuatnya berbunga-bunga Farhan datang berkunjung.
"Sudah tiga hari Aa pulang." jawab Farhan, dia menatap lekat gadis yang selama ini menjadi kekasihnya.
Deg ...
Inayah yang sedang fokus menyimpan segelas minuman dan beberapa toples cemilan seketika mendongak ke arah sang kekasih.
"Sudah tiga hari?" tanya Inayah dengan intonasi terkejut, ada rasa kecewa yang tiba-tiba merasuki hatinya. Kenapa sang kekasih baru berkunjung, bahkan selama tiga hari ini tak ada kabar apapun walaupun sebatas pesan. Farhan juga baru mengunjunginya padahal tempat tinggal mereka hanya berjarak sekitar satu jam, masih satu kabupaten hanya beda kecamatan.
"Maaf aku baru menemuimu. Di rumah ada acara tasyakur aqiqah anaknya A Firman jadi aku sibuk membantu." ucap Farhan dengan tatapan yang tak lepas dari Inayah.
Inayah pun akhirnya mengangguk faham, dia tidak mau memperpanjang perkara dan memilih percaya. Selama menjalin hubungan baru dua kali Inayah diajak berkunjung ke rumah keluarga Fathan, terakhir saat Idul Fitrti tahun kemarin.
"Nay ..." Farhan menahan lengan Inayah yang akan beranjak untuk menyimpan nampan ke belakang.
"Duduklah, ada yang ingin aku sampaikan." Inayah patuh, nampan disimpannya di bawah meja dan dia siap untuk mendengarkan penuturan sang kekasih yang tampak serius.
"Aku mau menikahimu."
Deg ...Inayah seketika mematung mendengar kalimat yang tanpa prolog langsung terucap dari mulut Farhan.
"Aa serius?" tanya Inayah segera mengembalikan fokusnya.
"Iya, aku mencintaimu Inayah, kamu adalah wanita yang tepat untuk menjadi ibu dari anak-anak kita."
Seketika bunga-bunga seperti bermekaran di hati Inayah, penantiannya selama tiga tahun ternyata tidak sia-sia, sang kekasih akhirnya datang untuk mempersuntingnya.
Kesepakatan dua keluarga pun terjadi. Fathan datang bersama dua kakak dan kakak iparnya saat menentukan waktu pernikahan mereka. Kedua orang tua Farhan katanya tidak bisa hadir karena sedang tidak sehat dan akan hadir saat hari pernikahan.
Sejumlah uang juga Fathan transfer ke rekening Inayah untuk mempersiapkan semua perlengkapan pernikahan.
Ibu Ani, ibunda Inayah menjadi orang yang paling bahagia mendapati kabar sang putri sulungnya akan dipersunting lelaki pujaannya. Usia Inayah sudah lebih dari cukup untuk menikah, dua puluh lima tahun adalah usia uang cukup matang untuk ukuran gadis desa sepertinya.
Walaupun kedatangan Farhan hari itu tidak didampingi kedua orang tuanya tapi Ibu Ani menyambutnya dengan suka cita. Akhirnya dia bisa bernafas lega, gunjingan tentang putri sulungnya yang belum kunjung menikah akan mereda. Selain itu Indira putri keduanya yang juga sudah mempunyai kekasih tidak masalah jika harus menikah setelah selesai kuliah nanti.
"Teh, undangan semuanya jadi lima ratus orang. Semuanya jadi tanggung jawab Irfan untuk membagikannya. Kemarin udah dibagikan sebagian, ini sisanya tinggal dua ratusan, Insya Allah hari ini selesai." ucap Irfan, sebagai anak laki-laki satu-satunya dia terlihat lebih dewasa dari umurnya, sudah bersiap untuk pergi ke berbagai tempat untuk mengantar undangan.
Persiapan pernikahan sudah hampir sembilan puluh lima persen. Wedding organizer sudah oke, catering, dan lain sebagainya sudah oke. Tinggal membagikan undangan yang rencananya akan dibagikan seminggu sebelum hari H dan itu tepat hari ini.
"Kamu hati-hati di jalan ya, untuk ke sekolah biar Teteh yang mengantarkannya sekalian menanyakan surat persetujuan pengajuan cuti, kata bagian TU hari ini sudah bisa diambil." Hari ini adalah hari Senin, Inayah akan berangkat ke sekolah sekalian mengantarkan undangan pernikahannya.
"Bu Inayah, Alhamdulillah sudah datang. Tolong ke ruangan Bapak sebentar." Inayah yang baru sampai di ruangannya terkejut, pagi-pagi begini dia sudah dipanggil ke ruangan kepala sekolah.
"Tolong bantu siswa ini, dia sepertinya sudah tidak ada semangat belajar. Sudah dua minggu bersekolah di sini belum juga ada perubahan." Kepala sekolah mengulurkan sebuah berkas siswa baru di tangannya dan dengan sigap diambil Inayah.
"Rayyan Alfarizky Mahardika" gumam Inayah, membaca nama yang tersemat pada biodata diri murid baru itu.
padahal aku pengen pas baca Inayah ketemu sama siapa ya thor...🤔🤔🤔🤔🤔 aku kok lupa🤦🏻♀️