kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
menjalin hubungan baru
Yana dan Reza menjalani hari-hari mereka dengan hati-hati. Hubungan yang mereka bangun perlahan terasa semakin kuat, meski penuh tantangan. Di kantor, mereka tetap menjaga profesionalisme. Yana belajar menyembunyikan perasaannya, meski ada saat-saat di mana ia hampir tak bisa menahan senyumnya saat tatapan Reza tertuju padanya.
Namun, seperti yang sudah mereka duga, dunia luar tidak akan membiarkan mereka berdua begitu saja. Gosip mulai menyebar semakin luas, terutama setelah salah satu klien besar mereka memuji keberhasilan proyek yang dikerjakan Yana dan Reza bersama. Beberapa kolega mulai melihat hubungan mereka dengan iri, meskipun mereka tak punya bukti konkret. Fina, salah seorang rekan kerja yang cukup dekat dengan Yana, mulai menunjukkan gelagat ingin tahu yang semakin besar.
“Yana, kau yakin tidak ada apa-apa antara kau dan Pak Reza?” tanya Fina suatu sore ketika mereka berdua sedang berjalan keluar kantor.
Yana berusaha tersenyum, meski pertanyaan itu membuatnya sedikit gugup. “Tidak ada apa-apa, Fin. Aku hanya berusaha fokus pada pekerjaan.”
Fina memiringkan kepala, jelas tidak puas dengan jawaban itu. “Kamu tahu, Yana, kalau ada sesuatu yang terjadi, lebih baik jujur. Gosip akan semakin liar kalau kau terus menyangkal.”
Yana tidak menjawab. Dalam hatinya, ia tahu Fina benar. Tapi ia juga sadar, hubungan ini belum waktunya untuk diumbar. Mereka berdua masih berusaha mencari keseimbangan antara perasaan dan tanggung jawab profesional.
---
Sementara itu, Reza mulai merasakan tekanan yang lebih besar. Sebagai atasan, ia harus memastikan bahwa gosip tidak memengaruhi produktivitas tim. Namun, di sisi lain, ia juga tak ingin mengabaikan Yana. Ia tahu bahwa Yana adalah orang yang sensitif, meski ia jarang menunjukkannya.
Suatu malam, setelah rapat panjang yang melelahkan, Reza memutuskan untuk menghubungi Yana. “Yana, apakah kau punya waktu sebentar? Aku ingin bicara.”
Yana, yang saat itu sedang bersiap tidur, merasa gugup mendengar nada suara Reza yang serius. “Tentu, Pak. Ada apa?”
“Kita bertemu di kafe dekat kantor. Aku rasa ini penting,” jawab Reza singkat.
Yana setuju, meski hatinya berdebar-debar. Setengah jam kemudian, mereka sudah duduk di sebuah sudut kafe yang sepi. Reza menatap Yana dengan ekspresi serius, namun hangat.
“Yana, aku tahu apa yang kita jalani ini tidak mudah. Aku juga tahu gosip mulai mengarah ke sesuatu yang lebih buruk. Aku tidak ingin ini membebanimu,” ujar Reza.
Yana menggigit bibirnya. “Pak, saya juga merasa berat. Tapi saya tidak ingin menyerah. Saya hanya... khawatir. Tentang apa yang orang lain pikirkan, tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan.”
Reza menghela napas, lalu menggenggam tangan Yana di atas meja. “Aku mengerti, Yana. Tapi aku percaya, selama kita jujur dan saling mendukung, kita bisa melewati ini. Aku tidak akan pernah membiarkanmu menghadapi semuanya sendirian.”
Kata-kata itu membuat Yana merasa tenang. Ia tahu Reza benar. Meski sulit, ia tidak ingin menyerah pada hubungan yang sudah mereka bangun dengan penuh perjuangan.
---
Namun, cobaan terbesar datang ketika direktur perusahaan mereka, Pak Surya, memanggil Reza ke ruangannya. Tanpa basa-basi, Pak Surya langsung bertanya, “Reza, aku dengar ada gosip di kantor tentang kau dan Yana. Apa benar itu?”
Reza, yang sudah menduga hal ini akan terjadi, menjawab dengan tenang. “Pak, saya tidak akan menyangkal bahwa saya memiliki perasaan kepada Yana. Namun, saya pastikan bahwa hubungan ini tidak pernah memengaruhi pekerjaan kami.”
Pak Surya terdiam sejenak, menatap Reza dengan tajam. “Aku menghargai kejujuranmu, Reza. Tapi kau tahu, hubungan seperti ini bisa menimbulkan masalah di perusahaan. Jika salah satu dari kalian tidak menjaga batas, dampaknya akan sangat besar.”
“Saya memahami itu, Pak. Saya berjanji akan tetap profesional dan tidak membiarkan hubungan ini merusak dinamika tim,” jawab Reza dengan tegas.
Pak Surya mengangguk, meski wajahnya tetap serius. “Baiklah, Reza. Tapi ingat, ini peringatan terakhir. Jika aku mendengar ada masalah lain yang disebabkan oleh hubungan ini, aku tidak akan ragu mengambil tindakan tegas.”
Ketika Reza keluar dari ruangan Pak Surya, ia merasa lega sekaligus cemas. Ia tahu bahwa peringatan itu bukan sesuatu yang bisa diabaikan. Ia pun memutuskan untuk berbicara dengan Yana tentang hal ini.
---
Malam itu, mereka bertemu lagi di tempat yang sama. Kali ini, Reza tampak lebih serius dari biasanya. “Yana, aku baru saja bicara dengan Pak Surya. Dia tahu tentang kita.”
Yana terkejut. “Apa yang dia katakan?”
“Dia memberikan peringatan. Jika ada masalah lain yang muncul karena hubungan ini, salah satu dari kita mungkin harus pergi,” ujar Reza dengan suara berat.
Yana merasa hatinya tenggelam. Ia tahu risiko ini ada sejak awal, tetapi mendengarnya secara langsung membuatnya benar-benar takut. “Apa yang harus kita lakukan, Pak?” tanyanya pelan.
Reza menatap Yana dengan mata penuh tekad. “Aku tidak ingin menyerah pada kita, Yana. Tapi aku juga tidak ingin kau merasa terbebani. Jika kau merasa ini terlalu sulit, aku akan mengerti.”
Yana terdiam, menatap ke arah cangkir kopinya. Di satu sisi, ia ingin mempertahankan hubungan ini. Di sisi lain, ia tahu bahwa ini tidak akan mudah. Setelah beberapa saat, ia mengangkat wajahnya dan berkata, “Saya tidak ingin menyerah, Pak. Tapi saya pikir kita harus lebih berhati-hati. Kita harus memastikan bahwa hubungan ini tidak mengganggu pekerjaan kita.”
Reza tersenyum tipis. “Aku setuju, Yana. Kita akan melewati ini bersama.”
---
Hari-hari berikutnya, Yana dan Reza mulai menjalani hubungan mereka dengan lebih hati-hati. Mereka menjaga jarak di kantor, berbicara seperlunya, dan menghindari momen-momen yang bisa menimbulkan gosip. Namun, di luar kantor, mereka tetap meluangkan waktu bersama, berbagi cerita, dan saling mendukung.
Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa cinta tidak selalu mudah. Namun, dengan keberanian dan kejujuran, mereka yakin bahwa hubungan ini layak diperjuangkan. Meski jalan di depan masih panjang, mereka siap menghadapi segalanya bersama, langkah demi langkah, hari demi hari.
Di tengah semua tantangan itu, Yana mulai merasa lebih kuat. Ia tidak lagi terlalu peduli pada apa yang orang lain pikirkan. Ia tahu bahwa selama ia dan Reza saling mendukung, tidak ada yang tidak bisa mereka hadapi. Begitu pula dengan Reza, yang semakin yakin bahwa Yana adalah orang yang tepat untuk mendampingi dirinya, tidak hanya dalam pekerjaan, tetapi juga dalam hidup.
Perjalanan mereka mungkin baru saja dimulai, tetapi mereka tahu bahwa cinta yang tulus akan selalu menemukan jalannya.