Tragedi Kenikmatan

Zigga terus memandangi sang kekasih dengan perasaan tidak berdaya.

"Aku akan pulang dan menemanimu. Aku harus mengurus beberapa berkas untuk perjalanan bisnis, jika berkas sudah siap kita akan pergi bersama. Untuk sementara kamu di sini nikmatilah tempat ini." ujar Zigga meyakinkan Alle.

Alle tersenyum bahagia dan sangat bahagia sampai-sampai dia bersemangat menjijitkan kaki agar bisa mencium sang kekasih, tetapi apa daya, tinggi badannya tidak mendukung tingkah Alle membuat bibir Alle hanya tertahan di leher Zigga yang memiliki jangkung yang sangat menonjol.

"Apa?" Zigga menahan tawa untuk meledek Alle.

"Iiiiii... Kenapa orang-orang bisa setinggi ini dan aku hanya sebotol Yakult? Tidak adil!" Alle sangat kesal, wajah cemberutnya hanyalah untuk memanipulasi rasa malunya.

"Aku suka botol Yakult, karena mudah untuk di angkat!" sahut Zigga langsung menggendong Alle sehingga kini wajah mereka dapat bertatapan dengan jelas.

"Zigga, aku malu sekarang?" Alle menyembunyikan wajahnya dengan merangkul leher Zigga.

"Hmmmm... Alle, terima kasih karena sudah mencintai ku?" ucap Zigga membuat Alle kembali kesal dan menatapnya. Alle tidak terima karena di sini hanya dia yang mencintai sedangkan Zigga hanyalah penerima saja.

Namun belum Alle meromet Zigga langsung mencium bibirnya dan menakan kepalanya agar Alle tidak melepaskannya.

Tapi mana mungkin Alle akan melepaskan cinta yang Zigga berikan. Alle pun semakin erat mengunci kedua kakinya agar tidak jatuh dan merangkul Zigga dengan kedua tangannya.

Berkiss'an dengan posisi berdiri benar-benar terasa sangat romantis, apalagi posisi wanita yang di gendong, itu akan menunjukan betapa kuatnya sang pria dalam permainan ini.

Beruntunglah pasangan yang memiliki tubuh tidak seimbang, seperti sang pria gagah dan sang wanita yakult.

Pergulatan berlanjut begitu lama dan Zigga membawa Alle ke bawah guyuran air hujan buatan dari shower yang jatuh ke kolam pemandian.

Dinginnya air dan hangatnya tubuh Zigga membuat Alle merasakan sensi yang sangat sulit untuk di jelaskan dengan kata-kata.

Alle mendongak ketika Zigga mencumbu menjalar ke lehernya yang cukup jenjang.

Zigga benar-benar tidak ingin melewati sejengkal pun dari tubuh Alle karena ini adalah hari terakhirnya sebelum dia akan berperang melawan musuh-musuhnya.

Zigga tidak berfikir untuk kalah dan pulang hanya membawa nama. Namun ia akan memastikan dirinya sendiri jika dia akan pulang membawa kemenangan.

Pergulatan yang cukup panjang membuat Alle langsung tepar dan tertidur dengan pulas di dada Zigga.

Dengan hati-hati Zigga meletakan kepala Alle ke bantal dan menyelimuti tubuhnya dengan lembut.

Zigga pun akhirnya harus meninggalkan sang kekasih di dalam ruangan rahasia. Dia menggeser lukisan besar dan menutupnya kembali sebelum dia membuka pintu.

Setelah keluar dari ruangan rahasia Zigga pun kembali menutupnya. Dengan keamanan seperti ini seharusnya Alle akan aman di dalam.

Alle yang masih belum menyadari dirinya telah di kurung kini masih terlelap pulas dan bermimpi indah.

Zigga kini sudah siap dengan pakaian yang sangat menunjang kegagahannya. Di padukan dengan serba hitam, turtleneck hitam, long Coat hitam, sepatu hitam, dan jam tangan hitam, meskipun serba hitam namun ini tidak seperti orang mau melayat melainkan terlihat sangat gagah dan aura perangnya sangat kuat sekali.

..............

Di bawah Prilliya menghampiri Zigga dan mencoba untuk membujuknya.

"Zigga, ini sangat berbahaya, aku mohon lebih baik kita berdamai dengan memberi berapapun yang mereka inginkan?" ucap Prilli terlihat tidak tenang.

"Kamu tahu mereka tidak kekurangan uang. Hanya ada satu cara, mengikis habis pola pikir mereka atau menembak kepala mereka, hanya itu yang dapat melepas Keluarga kita dari jerat dunia bawah tanah." jelas Zigga dengan lembut mengusap rambut Prilli.

"Zigga, kak Jennifer masih belum bisa aku hubungi, kenapa dia masih belum kembali ke mansion, bagaimana kalo dia ada apa-apa?" tanya Prilliya khawatir, karena hanya mansion Zigga tempat yang aman untuk saat ini.

"Kamu jangan khawatir, tetap stay di sini dan jangan kemana-mana." Zigga mencoba untuk menenangkan Prilli meskipun sebenarnya dia sendiri sangat mencemaskan kakaknya.

"Zigga, di mana Alle? Kenapa aku tidak melihatnya sejak semalam?" tanya Prilli menatap para bodyguard yang menjaga tangga. "Dan, kenapa kamu menjaga ketat tangga? Apa kamu takut jika aku akan menyakiti Alle?" lanjutnya.

"Perbuatanmu kemarin masih menakuti Alle, aku harap kamu tidak mengganggunya sampai dia siap untuk bertemu denganmu lagi." jelas Zigga.

"Apa aku semenakutkan itu?" tanya Prilli merasa tidak senang.

"Kita mewarisi gen gila dari keluarga kita, jika kamu melihat aku marah maka seperti itulah wajahmu." Zigga hanya becanda untuk meledek sepupunya.

"Isht! Aku akan lebih sering ke psikolog untuk mengontrol diriku supaya aku bisa segera punya kekasih idaman, bukan malah di jodohkan dengan mafia gila!" tuturnya.

"Hmmm... Aku pikir kamu memang cocok jadi mafia." lanjutnya mengejek.

"Isht ...Ziggaaa!" Prilli menahan kesalnya.

"Kamu ingat sudah berapa banyak pacar yang kamu bunuh, kamu patahkan kakinya dan-"

"Zigga stop! Mereka bersalah! Mereka berselingkuh di belakang ku! Jangan ingatkan aku pada para ba j!ngan itu!" seru Prilli dengan jantung yang berdebar-debar menahan tekanan yang kembali mencuat.

Zigga hanya tersenyum dan kembali mengusap rambut Prilli dengan sedikit kasar membuatnya berantakan.

"Ini adalah senjata, gunakan untuk perlindungan. Ingat, jangan asal menembak orang, ingat!" Zigga memberikan sebuah pistol kepada Prilli.

"Sudah lama tidak menembak, aku akan uji coba untuk menembak Alle." Prilli menatap sinis ke arah Zigga setelah mendapatkan pistol itu.

Namun bukannya takut Zigga malah mentoyol kepala Prilli karena Zigga tahu Prilli tidak akan berani menyentuh orang-orangnya.

"Sudah jangan banyak drama, aku akan berangkat sekarang." ucap Zigga melihat Sekertaris Xenia kini berjalan ke arahnya.

"Tuan, semuanya sudah siap." sapa Sekertaris Xenia.

"Sekertaris Xenia, ingat untuk selalu menjaga Zigga, gunakan nyawamu untuk selalu melindunginya!" tegas Prilli mengingatkan Sekertaris Xenia.

"Baik, Nona!" Sekertaris Xenia membungkuk hormat.

"Tidak ada nyawa yang perlu dilindungi." sahut Zigga terlihat sangat menganggap perang ini hanyalah permainan kelereng. "Ayo kita berangkat!" lanjutnya.

Ketika sekertaris Xenia sedang mengendarai mobil dengan santai karena mereka masih terus menunggu instruksi dari rekan mereka.

Tiba-tiba saja sebuah mobil menghalangi mobil mereka membuat Sekertaris Xenia mengerem mendadak.

Zigga dan sekertaris Xenia pun langsung mengambil senjata mereka dan bersiap-siap, tapi ternyata mobil yang menghalangi mereka adalah dokter Serka membuat Sekertaris Xenia dan Zigga menghela nafas lega namun juga sedikit kesal.

Tok tok tok dokter Serka mengetuk pintu mobil.

"Sekertaris Xenia, aku ingin berbicara denganmu!" ucap dokter Serka sama sekali tidak menghiraukan lirikan Zigga yang menatapnya dengan kesal.

"Tuan, aku akan bicara dengan dokter Serka sebentar." ucap Sekertaris Xenia turun dari mobil.